WC - 5
Sore itu, aku masih menunggumu di bawah guyuran air hujan. Aku sudah menghubungimu berkali-kali. Namun, nihil yang aku dapatkan. Bodoh memang aku masih tetap menunggumu di sini. Bahkan, aku berbohong pada Bunda.
Karena sudah lelah menunggu, aku mulai beranjak dari tempat dudukku. Di pinggir danau yang terletak di tengah Ibukota. Tiba-tiba kamu datang dengan keadaan yang sama basahnya denganku. Aku yang sudah terlanjur marah tidak mengucapkan sepatah kata pun. Langsung meninggalkanmu begitu saja.
"Chika, tunggu aku," terdengar kamu memanggilku. Namun, aku tetap berjalan tanpa menengok ke arah belakang sedikit pun. Tiba-tiba kamu mencekal tanganku.
"Chika, aku mau bicara sama kamu. Aku tahu kamu marah. Aku terima itu, tapi please dengerin aku dulu." Aku melihat ketulusan di bola matanya yang berwarna coklat terang itu. Membuatku luluh untuk memaafkannya kembali.
"Kamu mau bicara apa Gam? Aku capek, ini udah sore juga," ujarku dengan sebuah senyum yang dipaksakan.
"Akar dari suatu hubungan adalah kepercayaan. Jika salah satu di antaranya tidak mempercayai pasangannya, bagaimana suatu hubungan itu akan berjalan dengan baik," ia menghela napas lalu melanjutkan kalimatnya.
"Mungkin kamu berpikiran aku ini sudah membohongimu. Aku mohon untuk percaya sama aku. Aku nggak bisa memberikan kamu sebuah janji karena aku tahu kamu nggak butuh itu. Aku takut nggak bisa menepati itu, karena nggak akan ada yang tahu ke depannya akan seperti apa. Kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk semua. Aku minta maaf sama kamu, maaf udah bikin hari ini berantakan. Kalau gitu, aku antar kamu pulang yuk," ajaknya menuju ke sebuah mobil yang terdapat terparkir lumayan jauh dari tempat kami berdiri tadi.
Karya : syafsilarozaoctaria
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro