Spoiler Pt.7
71. Judul: Tentang Kita
Nama Penulis: Asiyah Binnafsy
Kategori: Fiksi Remaja
Blurb:
Aisyah, gadis berumur 22 tahun yang sedang menyelesaikan studinya di salah satu kampus, harus bertemu kembali dengan cinta lamanya ketika zaman SMA. Lalu, apakah dia akan kembali jatuh cinta pada Ardani, cowok yang dia sukai sekaligus sahabatnya tersebut?
72. Judul: Desa Berangai
Nama Penulis: Rifky A Maulana
Kategori: Horor, Misteri
Blurb: Liburan yang seharusnya menyenangkan menjadi menyeramkan. Kala malam datang, desa Berangai dihebohkan dengan bermacam teror dan hal-hal mistis yang menyerang nyawa warganya. Bahkan, yang katanya tak kasat mata bisa membuat manusia meregang nyawa.
Ana, seorang gadis lima belas tahun yang selalu dipenuhi oleh rasa penasaran berusaha menyelidiki itu semua. Namun, yang akan dihadapinya bukanlah sesuatu yang sembarangan. Jalan yang dilaluinya pun tidaklah mudah.
Apakah yang sebenarnya terjadi di desa Berangai? Benarkan dalang dari semua ini sudah mati?
73. Judul: KASIH
Nama Penulis: LisaWidie
Kategori: Fiksi Remaja
Blurb:
Kasih Asmara, remaja berusia 17 tahun yang masih duduk di bangku kelas 12 SMA Bakti Nusantara. Di sekolah, ia dikenal sebagai anak yang cupu, tapi cerdas. Dia selalu mendapat peringkat 1 di kelasnya. Tapi sayang, dia hanya punya satu sahabat terbaiknya, namanya Nayara Sasmita. Kasih terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai tukang ojek, sedangkan ibunya sudah meninggal saat melahirkannya. Oleh sebab itu, Kasih kerapkali mendapat ejekan dari teman-temannya. Namun, Kasih tak menggubris ejekan mereka. Kasih hanya diam dan selalu bersabar.
74. Judul: Love me!
Nama Penulis: Alima Danish Ara
Kategori: Fiksi Remaja
Blurb:
Aldinia Cashel De Cezanio atau lebih kerao disapa Aldi adalah gadis periang, ceria dan terbuka kepada semua orang. Namun, tak salahkan ketika seseorang tetap mempunyai rahasia?
Semenjak sebuah insiden terjadi di sekokahnya yang mengakibatkannya lumpuh. Semenjak itu, satu persatu hal aneh menghampirinya.
***
"Dek, nanti ada waktu nggak?"
Aldi menoleh pada remaja yang barusan berkata sesuatu padanya. Aldi mengangguk, karena mulutnya penuh dengan makanan yang sudah lama tidak ia rasakan, Aldi yakin seratus persen bahwa makanan ini akan menjadi favorit nya di Indonesia.
"Bisa temenin Kakak?" Aldi hanya menjawab dengan anggukan. "Kemana?" tanya nya ketika semua makanan telah meluncur ke dalam perut. "Ke markas." jawab Aldari. Aldi mengangguk, tidak masalah.
"Kak, kakak tau nggak temen sekelas aku yang namanya Aura?"
Aldari menaikkan sebelah alisnya, lalu mengangguk. "Dia aneh, jangan temenan sama dia Dek. Ntar kamu dibully." jawab Aldari membuat kerutan di kening Aldi. Gadis itu memajukan tubuhnya mendekat ke arah Aldari. "Emang kenapa Kak?" tanya nya yang hanya dijawab gedikan acuh. Mereka hanya berdua karena Aarav ada urusan band dengan kelompoknya.
"Kayak pernah ketemu gitu..." tambah Aldi. Aldari menatapnya, lalu bersuara. "Kapan?" tanya Aldari. Belum sempat Aldi menjawab, terdengar suara teriakan riuh dari luar kantin, beberapa ada tertawa.
Aldi yang dasarnya ingin tahu, segera keluar dari kantin.
Ia menuju balkon lalu mengarahkan pandangan ke bawah, disana terdapat siswa siswi yang berteriak, seperti memberikan peringatan. Beberapa juga melambaikan tangannya seperti memberi isyarat 'Jangan!'.
Sontak ia menoleh ke atas, tepat di lantai enam, seorang gadis berdiri di pembatas rooftop. Lurus dengan tempatnya mendongak sekarang. Matanya melotot, rupanya gadis itu hendak bunuh diri.
Dan dapat ia lihat jelas tubuh gadis tersebut sudah tak lagi berpijak. Dengan cepat, ia ikut menjatuhkan tubuhnya. Aldi yakin, jika jatuh dari lantai dua tak akan merengut nyawanya, namun jatuh dari lantai enam bisa mengakibatkan hal fatal.
Dan tujuannya adalah, menjadikan tubuhnya sendiri sebagai pelindung tubuh gadis itu.
Tepat ketika hampir menyentuh paving, ia memeluk tubuh gadis tersebut. Dengan posisi yang menghadap ke atas, membuat kemungkinan cedera pada tubuh Aldi menjadi lebih besar.
Bruk!
Tubuhnya terasa kaku, tangan kanan yang ia gunakan memeluk tubuh Aura diatasnya, dan tangan kiri yang menyangga leher Aura agar tidak bertubrukan dengan paving. Punggungnya terasa sangat ngilu tak tertahankan. Tangannya terasa sangat kaku, bahkan untuk sekedar melepaskan pelukannya.
Aura segera beranjak dari atas tubuh Aldi. Gadis berambut panjang itu menggenggam tangan kanan Aldi. Sementara Aldi sendiri tidak dapat merasakan apapun, semuanya kaku, dan mati rasa.
Tangan kirinya menggantung di udara, hingga sebuah teriakan terdengar nyaring dari dua orang berbeda.
"ALDI!!"
Aarav menggeser tubuh Aura, begitu pula Aldari yang langsung bersimpuh di samping tubuhnya.
Bibirnya terasa kaku, lidahnya tak dapat digerakkan. Ingin rasanya tersenyum menenangkan namun tak dapat ia lakukan.
Aarav membopong tubuh Aldi, diikuti Aldari dan Aura. Tak mungkin gadis itu membiarkan orang yang telah menyelamatkan nyawanya begitu saja. Dalam hati, ia bersumpah tak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu yang buruk pada Aldi. Tak terasa, air matanya meluncur begitu saja.
Aldari dan Aarav juga tak menghiraukan Aura. Mereka membiarkan gadis itu duduk saru mobil dengan mereka.
Beberapa menit kemudian, keempat remaja tersebut tiba di rumah sakit khusus keluarga Sesanio. Beberapa perawat langsung mendorong brankar. Tubuh Aldi diletakkan di atasnya. Sementara Aldi sendiri merasa tak sanggup melakukan apa-apa. Hanya bola matanya yang mampu bergerak.
Walaupun tak ada setetes darah pun yang menetes, namun tak menutup kemungkinan ada cidera dalam tubuh.
Air mata gadis berambut panjang itu tak dapat berhenti. Jemari pucatnya bergerak merogoh saku roknya. Dengan tangan bergetar, ia berusaha menghubungi satu-satunya orang yang masih peduli dengannya. Erry, sang Kakak.
Terhubung...
"H-halo." suaranya terdengar parau.
"..."
"Mbak, n-nanti gue pulang l-lama..."
Prang!
Ponselnya jatuh, menjadi kepingan-kepingan yang tak berharga. Tubuhnya luruh, ia takut. Orang yang menyelamatkannya bukan orang sembarangan, bagaimana jika siswi baru tadi tidak selamat? Sungguh, ia tak dapat membayangkannya.
Sementara itu, di dalam ruangan luas, tubuh Aldi terbaring tak bergerak diatas tempat tidur luas. Di sampingnya, Aarav terua menggenggam tangannya. Aldari tengah berbincang dengan dokter di sofa.
Sebuah tepukan dibahu Aarav membuat sang empu menoleh. Dokter telah keluar, Aldari nampak terus menengadahkan kepalanya menahan air mata yang terasa ingin terus luruh.
"Kenapa?"
Aarav melepaskan genggaman tangannya pada Aldi. Menuntun sang adik menuju sebuah kursi kayu yang tersedia disana.
Aldari menunduk, kemudian menarik napas dalam-dalam sebelum mengatakan beberapa kata. "Aldi, dia lumpuh." ucapnya lirih.
75. Judul: Alveeron Stephen A.
Nama Penulis: mochigemoy28
Kategori: Fiksi Remaja
Blurb:
Vero sangat suka kebebasan namun suatu hari ia bertemu seseorang dan kehidupan berubah sejak itu...
"anjir! Lu siapa ngaku ngaku jadi ortu gw lu waras kan?"
-Alveeron Stephen A-
-"Baby bahasa kamu harus di rubah!".
-Damian Aldebaran-
"Babi!babi! Heh pak tua gw bukan babi sekate-kate lu bilang gw babi JIR-!"
-Alveeron Stephen A-.
76. Judul:Become a Princess
Nama Penulis: scrwrtr
Kategori: Fantasi
Blurb:
Bela berinkarnasi menjadi Alcina, bayi kecil yang baru lahir.
Alcina Dragna Moonlight seorang putri kekaisaran Moonlight yang tidak pernah dianggap oleh kaisar dan para pangeran.
Bela Putri seorang gadis berumur 25 tahun yang hidup sendiri tanpa kasih sayang,tapi dia tidak pernah mempersalahkan itu karena menurutnya hidup sendiri lebih bebas.
Alcina seorang Antagonis yang akan mati pada umur 20 tahun di novel Bela baca sebelum ajal menjemputnya,bagaimana jika Bela berinkarnasi sebagai Alcina?
77. Judul : ICHAN (Inyiak dan Chandra)
Naman Penulis : Da Pink
[ Kategori : Teenlit - Fantasi
Kenakalan Chandra menjadi penyebab ayahnya meninggal, karenanya ia pun diusir dari rumah oleh sang ibu.
Banyak hal yang terjadi padanya di luar sana. Termasuk pertemuan yang sering kali terjadi secara tak terduga dengan kakek misterius. Chandra tak pernah menduga, setiap kali telinganya berdenging disusul auman harimau yang memekakkan, ia selalu dihadapkan pada kejadian yang hampir menghilangkan nyawa seseorang, dari hal yang tampak oleh penglihatan, hingga yang tak kasat mata. Kemudian dorongan kuat di dalam diri memaksa kakinya bergerak sendiri untuk menyelamatkan orang-orang tersebut.
Tak lama setelah kejadian, mata Chandra selalu menangkap bayangan kakek misterius yang berjalan dengan menggunakan tongkat kayu menjauh dari tempat kejadian.
Apakah ada andil kakek tua misterius dengan semua kejadian yang menimpa Chandra? Dan apa tujuan dari semua ini? Bagaimanakah pula Chandra akan mengakhiri konflik dengan ibu yang sangat ia sayangi itu?
78. Judul : Sweet Sour
Nama Penulis : landnana
Kategori : Metropop
Blurb :
Sebagai seorang CDP, Aldio punya firasat bahwa anak magang baru yang namanya Mia itu punya potensi buat menghancurkan dapur the Jimmy's. Gadis itu selalu membuat kepalanya sakit dengan tingkahnya yang sering bikin kinerja dapur macet, bahkan sempat membuat anak magang lainnya cedera.
Setelah kejadian itu, Mia menghadap ke Chef Office dengan janji akan belajar lebih keras dan tak akan mengulang hal yang sama. Dari sorot matanya yang sarat akan takut dan keputusasaan, Dio akhirnya memberi Mia satu kesempatan lagi.
Keputusannya itu membawa Dio mengetahui terlalu banyak tentang Mia daripada yang semestinya. Bahwa gadis itu punya luka yang dianggap Dio tak seberapa, tapi di saat yang sama membuatnga juga berpikir; tidak ada luka yang tak pernah terasa sakit, sekecil apa pun itu.
***
Sweet Sour menceritakan kisaSweet Sour
Sinopsis:
Mia, mahasiswa tahun kedua D3 yang mengambil jurusan culinary art dengan tujuan tak banyak berinteraksi dengan tamu, karena Mia nggak begitu ngerti manajemen di front office dan selalu nge-blank kalau sudah berhadapan dengan tamu. Kata mamanya lagi, Mia nggak bakat di bagian sales marketing, jadinya dia mengambil di bagian back office, nggak banyak ngomong dan nggak berhadapan dengan tamu.
Maka dari itu dia mengajukan cv di salah satu Restoran bintang lima, masih dalam satu naungan Prihadi Group, perusahaan yang punya banyak hotel di Senayan. Semuanya berjalan lancar hanya sampai di tahap interview, karena habis itu semua ilustrasi indah tentang damainya magang di dalam kepala Mia hancur berkeping-keping kayak semangka habis kelindes sekawanan gajah raksasa.
Iya, Mia nggak perlu banyak omong pas kerja, tapi Chefnya yang tiap saat tiap detik bawel ngomelin Mia.
Iya, sih, kenyataannya Mia ngerasa dia, tuh, bego banget. Di the Jimmy’s itu standarnya semua staff—biar staff di back office sekali pun, seenggaknya bisa bahasa Inggris basic. Soalnya kata Bang Kun selaku senior cook, kadang-kadang ada tamu luar yang minta lihat kinerja dapur sama pengolahan makanannya langsung, jadi staff dituntut bisa seenggaknya bahasa asing karena bisa saja sewaktu-waktu, para Chef berhalangan hadir.
Maka dari itu Mia bingung sendiri pas orang-orang dapur bilang semua teknik masak dan bahan-bahannya in English semua. Belum yang pakai bahasa Perancis. Mia berasa kena jebakan Batman, sebab boro-boro bahasa Perancis, dia tahu bahasa Inggris juga sebatas yes, no, thank you, no smoking, gitu-gitu aja.
Jadinya awal magang Mia, tuh, kesannya berat banget.
Dia mesti mendadak hapalin bahan-bahan, proses memasak, alat, mesin, belum menunya yang selalu bikin Mia mengucap nama Tuhan. Maka dari itu, karena didorong oleh omelan Chef Dio yang setiap saat selalu ada, Mia kerja keras tiap senggang nonton youtube soal apa pun yang menurut Mia dirinya jeblok di situ, terus bangun pagi-pagi banget buat praktekin sambil ngomong ngalur ngidul pakai bahasa Inggris. Pelan-pelan, Mia mulai biasa meski masih sering lupa.
Terus suatu hari, ketika dirinya dapat shift pagi, Mia dihadapkan dengan tugas bikin prepare chicken wings alias sayap ayam. Buat ayamnya, Mia nggak ada masalah apa-apa, sebab tinggal ambil di freezer. Tapi, sweet potato chips itu dibuat dari ubi yang digoreng, tapi mesti diiris tipis sekali pakai mesin slicer lebih dulu. Inilah mesin yang bikin Mia ngeri setengah mampus meski mesinnya nggak nyala. Karena masih tak berpengalaman dan takut juga, jadinya Mia minta tolong Joy—anak magang di cold kitchen—buat mengiris ubinya.
Awalnya Joy nggak mau, tapi Mia minta tolong banget jadinya Joy luluh.
Saat itulah bencana badai, angin puting beliung, dan tanah longsor di hidup Mia dimulai.
Entah karena gemetar atau kurang fokus, tangan Joy malah kena mata pisau slicer, dan dalam sekejap, darah gadis itu sudah mengalir deras. Mereka sama-sama memekik, terus Mia buru-buru mengambil tisu sebanyak-banyaknya terus meliputinya di jari Joy. Bersamaan dengan itu, Bang Kun yang dengar teriakan buru-buru ngecek ke Gardemanger terus syok melihat darah Joy. Mia mencoba menjelaskan ke Bang Kun, terus Joy sudah pucat banget tapi nggak ngomong apa-apa. Seakan nggak bisa lebih kacau dari itu, Chef Dio datang disusul Mbak Ami selaku cook helper.
Mia jelas merasa bersalah banget, meski nggak ada yang nyalahin dia. Tapi, kelihatan banget semua orang kesal sama dia soalnya habis Joy dibawa ke rumah sakit karena pendarahannya nggak kunjung berhenti, nggak ada yang ngajak Mia bicara. Di situ mental Mia down banget. Terus karena feeling guilty, dia secara sukarela menghadap ke Chef Office buat jelasin semuanya, bahkan kalau Mia dihukum karena itu, Mia terima tanpa ada sanggahan lagi. Chef Dio jelas marah, tapi akhirnya dikasih kesempatan sekali lagi, sebab meski turut andil dalam tragedy itu, Mia nggak meniatkan sesuatu yang buruk ke Joy dan dengan jujur sudah mau mengaku ke Chef Dio.
Di sana energi Mia kayaknya sudah habis banget. Selain bantu-bantu di hot kitchen, dia juga mesti gantiin posisi Joy selagi anak itu day-off. Belum lagi Mia punya usaha kecil-kecilan dessert box yang mesti dia buat untuk yang sudah memesan, terus mesti rutin antar mamanya check-up dan cuci darah sebab penyakit yang diderita mamanya sejak setahun lalu. Belum lagi dia mesti menghapal menu baru di cold kitchen, terus bikin tugas dari dosen.
Mia capek, tapi dipikir lagi, hidup memang gitu, kan? Mia nggak mungkin minta senang-senangnya aja ke Tuhan, tapi nggak mau menerima setitik kesusahan. Dia berprinsip, selagi dia belum tumbang karena mati, Mia nggak akan mengeluh, karena waktu yang dia pakai buat mengeluh, bisa ia gunakan untuk melakukan banyak hal. Sekarang di samping mama cuma ada Mia, seenggaknya Mia bisa jadi tegar dengan berpura-pura baik-baik saja, sampai semuanya normal lagi, sampai Mia cukup kuat untuk tak lagi menangis diam-diam saat tak ada siapa-siapa, saat dia sendirian.
Seminggu terus-terusan kayak gitu, Mia bisa napas lebih ringan sebab Joy sudah kembali magang, yang artinya tugas Mia bisa dikorting dikit. Tapi, napasnya kembali berat saat tahu-tahu, mamanya dibawa ke rumah sakit oleh bibinya karena ditemukan tak sadarkan diri. Kata dokter, kondisi mama makin drop dan tensinya makin tak terkendali, gagal ginjal kronis membuat mama membutuhkan transplantasi ginjal segera.
Mia rasanya nggak tahu lagi mesti gimana selain nangis. Dia takut banget sampai nggak bisa mikir dengan jernih. Bibinya sudah menelepon Mirza, kakak laki-laki Mia di New Jersey dan akan segera kembali ke Jakarta secepatnya. Mia terus nahan tangis lihat mamanya nggak sadar, sekalinya sadar terus mengeluh sakit, Mia insomnia berhari-hari karena itu.
Setelah dua hari izin, Mia kembali magang sebab sudah ada Mirza yang jagain mama. Tapi, kelihatan banget Mia capek, lemah, lesu terus jadi lebih diam daripada biasanya, banyak bengong juga. Lalu di suatu kesempatan, Mia istirahat di kafetaria khusus staff, dia numpang tidur aja, sih, tapi Mia kebangun pas dengar suara Chef Dio samar-samar.
Lelaki itu buru-buru menarik tangan Mia, menyuruhnya bangun dan melarangnya bernapas. Mia bingung ini Chef nyuruh dia meninggalkan dunia apa gimana, tapi seketika sadar waktu dia lihat meja dan bajunya ternoda darah dari hidungnya. Mia mimisan. Untuk pertama kali dalam hidupnya.
Chef Dio menyuruh Mia duduk tegak terus mencondongkan badan, nggak boleh napas lewat hidung dulu, terus tanpa rasa jijik itu Chef memencet hidung Mia sambil minta air hangat ke ibu kafetaria yang berdiri di dekat mereka, ikut khawatir lihat Mia. Mia pelan-pelan pusing, tapi nggak sampai pingsan. Terus Mia dikasih buat izin soalnya percuma juga kalau sakit, nggak akan dikasih masuk kitchen.
Mama di rumah sakit tanpa perkembangan, malah makin drop, nggak ada calon pendonor yang cocok, rhesus darah mama lumayan langka soalnya. Sampai suatu ketika, saat Mia sedang makan siang, ada telepon dari bibi kalau mama sudah berpulang. Mia dengan hopeless dan keadaan kacau pergi ke rumah sakit. Sepanjang jalan terus keinget omongan mamanya sebelum pergi yang terus nyuruh Mia buka laci di nakas tempat tidur mama. Hatinya sakit banget, sampai Mia bingung mau mengekspresikannya kayak gimana lagi.
Terus di hari pemakaman, ternyata senior-seniornya bahkan Joy juga datang buat kasih dukungan moral. Di penghujung acara, waktu acara pemakannya sudah selesai, Chef Dio datang. Jujur Mia nggak berekspektasi, meski sikap Chef itu sudah lumayan lunak dibanding dulu. Mereka ngobrol di teras, tentang banyak hal random, meski nggak bikin sedih Mia hilang, tapi dia cukup terhibur. Soalnya Mia masih amazed itu Chef bisa ngomong santai juga.
Terus berhari-hari berlalu, pada akhirnya Mirza harus balik ke New Jersey buat kerja. Mia sedih, sih, tapi mau gimana lagi? Kakaknya juga berencana mau mengajak Mia tinggal di sana, sebab di Jakarta juga sudah nggak ada siapa-siapa yang bisa jagain dia. Mia sendiri nggak bisa bantah, sebab yang kakaknya katakan benar adanya, Mia sudah nggak ada siapa-siapa di sini. Jadinya mereka sepakat, kelar magang dan nyusun laporan, Mia bakal pindah ke New Jersey. Sementara ini Mia tinggal di rumah tetangga dulu, sebab Mirza nggak bakal tenang kalau Mia sendirian di rumah.
Lalu Mia kembali menjalani magang kayak biasa. Dia masih buat dessert box, dijual online. Lalu suatu malam, Chef Dio tiba-tiba me-reply unggahan story dessert box Mia. Mia bahkan nggak tahu sejak kapan mereka saling simpan kontak, tapi nggak heran juga, sih, kan mereka ada di satu grup khusus staff kitchen. Terus tahu-tahu Chef Dio memesan tiga box, katanya buat keponakannya, padahal Mia nggak nanya juga.
Karena harus antar pesanannya itu Chef, Mia jadi tahu rumahnya. Mia nggak tahu dan nggak paham gimana ceritanya dia jadi tamu dadakan di sana, tapi yang jelas Chef Dio punya kakak perempuan yang baik banget, nggak kayak adiknya. Terus mereka ngobrol seputar magang Mia gimana, terus tahu-tahu nyerempet ke obrolan soal Mia yang butuh kursus bahasa Inggris. Soalnya Mia jeblok banget bahasa asing, sementara dia akan pindah ke lingkungan yang mayoritas pakai bahasa Inggris. Makanya dari sekarang Mirza sudah nyuruh Mia kursus. Yah, meski Mia nggak bilang alasannya, sih.
Kakaknya Chef Dio iseng-iseng nyuruh Mia belajar ke itu Chef, Mia cuma ketawa garing soalnya serem banget kalau dia diajarin Chef Dio, itu namanya mencemplungkan diri sendiri ke ladang ranjau. Tapi, Mia rasanya tertekan berat pas Chef Dio malah mengiyakan kata kakaknya. Mia cengengesan doang, dalam hati sudah komat-kamit minta dijemput Tuhan, tapi takut dijemput beneran.
Mia berharapnya, sih, Chef Dio nggak serius soal tawarannya, ya. Tapi, Mia rasanya gamang banget pas itu Chef mengiriminya jadwal les kayak guru beneran. Kalau sudah gitu, Mia bisa apa? Mau nggak mau, Mia iyain aja, sebab waktunya juga udah mepet, tinggal dua bulan lagi. Tapi nggak seperti yang Mia bayangkan, ternyata Chef Dio ngajarnya halus dan kesannya sabar banget, Mia jadi cepat paham.
Terus karena itu, Mia jadi sering tanya dan bahkan makan bareng Chef Dio waktu di the Jimmy’s. Terus gitu, sampai Mia nyaman buat cerita masalahnya, dan soal kepindahannya sebulan lagi ke US. Habis itu nggak tahu kenapa ini Chef Dio tiba-tiba kayak jaga jarak sama Mia, dia heran, tapi segan mau nanya.
Dan suatu sore, Mia pulang habis nganterin dessert boxnya ke teman, tahu-tahu ada Chef Dio di depan pintu rumahnya, lelaki itu kelihatan panik, nggak tahu kenapa. Lalu otak Mia dibuat beku oleh pengakuan Chef Dio, yang kayaknya nggak mungkin banget beneran terjadi. Bahwa sesungguhnya, itu Chef sudah naksir Mia sejak jaman interview.
Mia sulit percaya. Takut juga kalau sampai Mbak-mbak waitress yang naksir Chef Dio tahu, Mia bakal dicakar. Makanya Mia gantian yang jaga jarak, tapi gagal mulu. Terus sikap itu Chef ke Mia makin kelihatan obvious di mata Mia, ya, soalnya dia sudah tahu. Mia kepikiran terus, sampai dia sadar kalau cara dia melihat Chef Dio, tuh, sudah nggak kayak dulu lagi. Kalau Mia ditembak, niscaya Mia mau menerima, tapi sadar dia mesti pindah ke New Jersey.
Sampai Mia selesai nyusun naskah dan tinggal sidang akhir, terus wisuda, nggak ada hilal Chef Dio mau menembaknya. Bikin Mia kepikiran apa jangan-jangan Chef Dio itu nggak benar-benar suka sama dia, tapi hanya ketempelan setan yang kebetulan lewat sesaat. Makanya pas sudah ditahap kemas-kemas barang, Mia galau berat. Ternyata semuanya hanya zonk, tapi Mia malah baper. Memang, tuh, ya, laki-laki nggak ada yang bisa dipercaya.
Pas Mia sudah mau menata hidup baru di New Jersey, tiba-tiba ada satu pesan dari nomor tak dikenal.
From : 082653xxxxxx
I’ll make sure your flight will brings you just on a temporary trip, not to stay. See u next week
p.s this is Aldio fyi.
79. Judul: 17 Hari Sebelum 17 Agustus
Nama Penulis: @NurIs_yan
Kategori: Misteri/Horor
Blurb:
"Selama 17 Hari Sebelum 17 Agustus, sudah berapa wajah yang kautemui di kota ini?"
17 Agustus, dirgahayu republik Indonesia. Biasanya di Istana Merdeka akan ada upacara kemerdekaan yang diisi oleh aksi baris-berbaris pemuda-pemudi terbaik bangsa. Namun, pernahkan kamu berpikir akan tragedi berdarah saat sang merah-putih dikibarkan? Atau salah satu di antara puluhan anggota paskibraka yang rupanya masuk lewat jalur suap sehingga menggugurkan satu anggota yang sudah bekerja keras setengah umurnya?
Bagaimana kalau itu semua berhubungan dengan seorang koruptor yang dibebaskan bersyarat sementara? Bagaimana jika sang koruptor berhubungan dengan seseorang selebirit yang tak tahu apa-apa?
Yang pasti, semua wajah di cerita ini bukanlah wajah yang sebenarnya. Hanya akan ada tragedi, misteri, tanpa protagonis. Telitilah saat membaca, maka kamu akan memahami cerita ini.
80. Judul: Narasi Amorfati
Nama Penulis: Lacunakara
Kategori: Fiksi remaja
Blurb:
Rainaya, yang kata orang hidupnya nyaris sempurna. Cantik, populer, cerdas, dan kaya. Tanpa tau ada berjuta klamufase sosok yang sebenarnya rapuh itu. Dendam dan kebohongan orang-orang terdekatnya perlahan menghancurkan gadis itu.
"Udah cukup bahagianya, Nay. Sekarang waktunya lo ngerasain hidup sengsara."
***
"Kak... Pertanyaan lo tadi. Apa gue gak mau pergi dari rumah? Gue mau, mau banget malah. Apa gue gak pengen tinggal sama Bunda aja? Jelas gue mau ikut Bunda. Tapi, itu bakal nambah bikin masalah. Dan, apa gak lebih baik gue tinggal sama lo?" Perkataan Naya terhenti. Menarik nafas sejenak.
"Jawabannya gue gak tau. Tau sendiri kan Ayah kayak gimana? Gue gak yakin kalo dia bakal diam aja kalo gue keluar dari rumah. Itu alasan gue gak mau ikut Bunda. Ayah pasti bakal nyari kita berdua, karena dia kehilangan sumber kesenangannya...
"Gue gak mau Bunda disakiti lagi. Udah cukup penderitaannya dulu. Kalo dibanding gue yang cuma dapet luka kecil, gak ada apa-apanya, Kak."
Edgar kehilangan kata-katanya. Berada diposisi Naya pastilah terlampau sulit. Seorang Ayah itu adalah cinta pertama bagi putrinya. Meskipun Ayah sambung sekalipun. Mengapa begitu tega memberikan penderitaan bagi putrinya.
"Sekarang gue tanya. Apa lo bisa jamin kalo gue keluar dari sana, gue bisa aman?"
Mau sampe pt berapa, kira-kira? Wkakakkzzz
Let'sLove,
Pacar Haechan
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro