Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01. Pathetic


Halo, apa kabar?


Kali ini aku datang dengan cerita adult romance berjudul "Write Me a Love Story". Bercerita tentang Indira Gayatri, SPV Digital Marketing di perusahaan fashion, yang masih lajang di usianya yang udah 30+ dan rajin cari jodoh di Tinder. Suatu hari dia match dengan Malik Alvaro, penulis novel thriller, yang (ngakunya) masih lajang juga di usianya yang udah 30+.


Apakah hubungan yang mereka bangun dari aplikasi kencan itu akan berjalan lancar seterusnya sampai ke pelaminan, atau hanya berjalan lancar di awal lalu berakhir menyedihkan seperti yang sering Indi alami?


Yuk, langsung baca aja kisah Indi dan Malik dalam "Write Me a Love Story".


01. Pathetic


"Enak ya, jadi lo. Nikah sebelum umur 30. Laki lo baik, setia, sayang keluarga. Mertua lo nggak rempong. Nyokap-bokap lo masih deket dan perhatian sama lo. Anak lo ganteng dan gemesin banget. Dan bentar lagi lo bakal ngelahirin anak cewek. What a perfect life!"

Sheila tersenyum. "Enakan juga elo. Masih single, masih bebas mau pergi ke mana, sama siapa, ngapain aja, nggak bakal ada yang ngerecokin. Lo independen dalam segala hal. Karier lo bagus. Finansial lo oke. Mau beli apa pun nggak perlu banyak mikir ini-itu. Dan yang paling bikin gue iri, bodi lo masih langsing, kenceng, cocok pake baju apa aja. What a wonderful life!"

"Halah, nggak usah sok-sokan ngehibur gue!" cibir Indi. "Bukan wonderful life, hidup gue tuh pathetic. Masih jomblo dan homeless di umur 30 plus, sementara temen-temen seangkatan gue udah pada berkeluarga dan bangun rumah."

Sheila menatap sahabatnya. "Nikah, punya anak, dan bangun rumah itu bukan lomba lari. Lo nggak perlu nge-push diri lo buat ngejar pencapaian mereka cuma karena kalian seumuran dan lo pikir seharusnya lo juga sama kayak mereka. Nggak! Semua itu ada waktu dan konsekuensinya. Kalau ngomongin kebahagiaan dan kesedihan, orang yang udah nikah dan yang masih jomblo sama aja, kok. Sama-sama bisa bahagia dan sedih juga."

"Tapi yang udah nikah, kalau lagi sedih bisa nangis sambil pelukan sama pasangannya. Sedangkan yang jomblo mau pelukan sama siapa? Bantal guling?"

"Jangan salah, yang udah nikah juga kalau lagi sedih nggak selalu bisa pelukan sama pasangannya. Apalagi kalau sedihnya gara-gara pasangannya itu sendiri. Boro-boro mau pelukan, yang ada malah pengin jambak-jambakan. Ujung-ujungnya curhat ke sahabat atau malah lebih baik sedih sendirian aja." Sheila kembali berpaling pada deretan baju bayi new born berwarna pastel di etalase. Semua model dan warnanya terlihat cantik, membuat Sheila galau untuk menentukan pilihan. Dia bukan tipe ibu impulsif yang akan membeli sesuatu hanya berdasarkan keinginan hati. Dia hanya akan memilih satu yang terbaik dari beberapa pilihan, dengan banyak pertimbangan.

"Udahlah, La, lo nggak perlu segitunya ngebesarin hati gue. Gue tahu kehidupan rumah tangga lo selalu happy dan hidup lo udah sempurna banget. Cukup doain gue aja biar segera ketemu jodoh, terus nikah, punya rumah, punya anak-anak yang lucu."

"Oh, tentunya gue selalu doain yang terbaik buat lo, Indira Gayatri tersayang. Gue bukannya ngehibur atau ngebesarin hati lo, tapi bener-bener lagi ngasih tahu lo kalau kehidupan setelah pernikahan itu nggak seindah dan sesempurna yang lo bayangkan. Gue nggak bilang kehidupan rumah tangga gue nggak happy. Gue juga nggak menampik hal-hal baik yang lo sebutin tadi. Tapi yang namanya kehidupan itu kayak roda yang terus muter. Lo bakalan tetep ngelewatin fase bahagia dan sedih, dengan ataupun tanpa pasangan di sisi lo. Maksud gue, kebahagiaan lo itu nggak bergantung sama orang lain. Kebahagiaan lo ya tanggung jawab lo sendiri."

"Iya, gue tahu, La. Tapi dibanding lo, hidup gue tuh jauh lebih menyedihkan." Indi menunjukkan layar ponselnya yang baru saja memberi notifikasi. "Di saat postingan Instagram temen-temen seangkatan gue udah soal menu MPASI dan bekal makan siang suami, kehidupan gue masih soal swipe right dan swipe left di Tinder."

"Wah, siapa tuh? Pake kacamata, ganteng!" komentar Sheila saat melihat foto cowok yang baru saja match dengan Indi di Tinder. Mendekatkan wajahnya ke ponsel Indi, kemudian Sheila membaca profil cowok tersebut. "Malik Alvaro, 34 tahun, single. Boleh juga, tuh!"

"Jujur, gue tuh udah capek main Tinder. Udah bertahun-tahun pake aplikasi ini, tapi nggak ada satu cowok pun yang nyantol dan jadi cinta sejati gue." Indi menatap sedih layar ponselnya. Ada puluhan bahkan mungkin ratusan cowok yang match di akun Tinder-nya, beberapa di antaranya sudah chit-chat dengannya, tetapi hanya segelintir saja yang dianggap worth it untuk di-follw up. "Mungkin gue terlalu naif, ya. Terlalu berharap sama aplikasi kencan buat nemuin cinta sejati."

"Menurut gue, nggak ada istilah naif ataupun menyedihkan buat siapa pun yang sedang berusaha mencari pasangan di aplikasi kencan. Jodoh setiap orang itu kan misterius. Sah-sah aja dong, kalau kita mau cari jodoh di mana aja dan dengan cara apa pun. Latar belakang dan jalan hidup setiap orang kan beda-beda. Jadi, ketika seseorang cari jodoh di Tinder, nggak ada yang berhak nge-judge dan ngetawain dia, atau nganggap itu sebagai cara yang salah. Begitu pun ketika lo sendiri yang cari jodoh di Tinder, lo nggak perlu ngerasa rendah diri, naif, ataupun menyedihkan."

"Gue pernah cerita soal ini ke temen kantor, terus dia ceng-cengin gue di setiap kesempatan. Ngatain gue naif lah, pathetic lah, Tinderella lah. Mentang-mentang dia udah nikah."

"Orang kayak gitu nggak usah didengerin dan diladenin. Lo fokus aja sama apa yang lo yakini dan lo perjuangin." Sheila masih tampak bingung memutuskan baju bayi mana yang akan masuk keranjang belanjaannya. Ada yang bagus banget tetapi harganya kemahalan. Ada yang sesuai bujet tetapi kurang menarik.

Indi tertegun. Kata-kata Sheila membuatnya tenang sekaligus terharu. Validasi semacam itulah yang ingin dia dengar dari orang lain tentang usahanya mencari pasangan di aplikasi kencan.

Banyak yang bilang kalau shabat terbaik kita adalah mereka yang suka berkata blak-blakan bahkan cenderung kasar ketika mengomentari dan berpendapat tentang diri kita. Dan katanya, sahabat yang baik dan paling perhatian adalah mereka yang ngata-ngatain kita secara lugas dan pedas. Indi tidak sepenuhnya setuju, karena dia tidak menemukannya pada diri sahabat-sahabatnya. Bisa dibilang, semua sahabat Indi hampir tidak pernah berkata kasar, pedas, ataupun menyakitkan saat berpendapat tentang Indi. Mereka menunjukkan kebaikan dan perhatiannya dengan sikap yang baik dan hangat, serta kata-kata yang manis dan menenangkan, seperti yang dilakukan Sheila. Jika semua sikap dan kata-kata manis itu mengandung kepalsuan, persahabatan mereka tidak akan bisa bertahan sejak masa kuliah hingga sekarang.

Satu setengah bulan kemudian, Indi menjenguk Sheila di rumah sakit bersalin. Selain kado berisi sepatu dan pakaian bayi new born yang tidak jadi dibeli Sheila karena kemahalan, Indi juga membawa kabar baik tentang dirinya.

"La, gue lagi deket sama cowok dari Tinder."

"Oh ya? Gimana cowoknya? Baik? Ganteng? Sesuai tipe lo?" tanya Sheila dengan penuh antusias sambil menyusui bayi perempuannya di tempat tidur.

Indi menunjukkan foto cowok ganteng berkacamata di layar ponselnya kepada Sheila.

"Ini... cowok ganteng yang match sama lo pas kita belanja di toko perlengkapan bayi waktu itu, kan?"

"Ya. Malik Alvaro, 34 tahun, single," angguk Indi sambil membacakan isi profil Tinder cowok itu seperti yang pernah dilakukan Sheila. "Dan malam Minggu nanti, kami bakal ketemuan untuk yang pertama kali."

"Good luck ya, Ndi. Semoga pertemuan lo sama dia lancar, dan kalian berdua sama-sama cocok. Selanjutnya... terserah kalian mau ngapain. Udah sama-sama gede ini." Sheila tersenyum penuh arti.

Indi tertawa, tak bisa menahan rasa bahagianya. Meskipun ada setitik ketakutan di dalam hatinya.


***

Gimana? Sampai sini udah mulai seru? Jangan lupa vote dan komen, ya! Share juga boleh banget. Hehe.


Oh iya, "Write Me a Love Story" ini merupakan bagian dari adult romance series "Falling into Star" bersama 3 penulis lain. Masing-masing nulis 1 naskah.


1. Tell Me Your Dirty Secret - DesyMiladiana

2. Call Me When You're Single - handinamire

3. Burn Me in Your Kiss - naralahmusi

4. Write Me a Love Story - dadanerlangga


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro