Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 4 : kamu bisa bicara


𝚂𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊, 𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚞𝚝𝚛𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚝𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚔𝚒𝚗 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚍𝚒 𝚊𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊𝚊𝚗.


▶︎ •၊၊||၊|။||||| 0:04


Jenna terbangun dari tidurnya lantas merasakan ada yang aneh di balik punggungnya. Mendudukan tubuhnya lalu mendapati bahwa sebelumnya ia berbaring di atas rerumputan.

Memandang sekeliling, ia tidak menemukan apapun selain langit malam diterangi ribuan bintang bagai fenomena milky way yang biasa ia lihat di sosial medianya dan padang rumput luas serta kumpulan beberapa batu berukuran besar seperti tengah melingkari dirinya.

Seketika bulu kuduk gadis itu meremang. Ia meraba permukaan tubuhnya hingga mencubit lengannya keras dan mendapati keadaan dirinya saat ini nyata.

Apa taraf halusinasinya semakin parah hingga khayalan menjadi terasa begitu nyata?

Jenna mengusap-usap kepala. Berharap ia akan kembali pada kenyataan yang seharusnya. Bahkan, kini ia tidak tahu bagaimana kenyataan seharusnya selain ia sebelumnya tengah tertidur.

Perlahan gadis itu berdiri lalu beranjak dari tempatnya semula berbaring sembari memandang awas sekeliling. Namun, tiada apapun selain batu besar, langit malam, dan pendar cahaya milky way di langit yang menerangi langkahnya.

Di sini benar-benar sepi. Tiada lagi sesosok makhluk tak kasat mata cantik dan tampan berkeliaran seperti yang biasa ia lihat setahun terakhir.

Sungguh aneh tapi nyata, Jenna mendengar sayup-sayup nyanyian kelompok paduan suara yang merdu. Suara-suara itu bagai mengisyaratkan kebahagiaan, kesedihan, kemurkaan, dan pemujaan menjadi satu. Melodinya begitu memabukkan, walau sedikit menakutkan dan tidak ada satupun kata dalam nyanyian itu yang familier.

Apakah suara-suara ini diperuntukkan sebagai media pemujaan atau ibadah agama lain?

Tanpa sadar, Jenna mengikuti sumber suara hingga senandung tersebut terdengar semakin keras barulah ia tersadar perihal apa yang dilakukannya secara tidak sadar barusan.

Angin bertiup kencang. Helaian rambut Jenna terbang tak beraturan, begitupun gaun putih yang dikenakannya. Rerumputan bergoyang kesana kemari tanpa arah pasti.

Kepalanya mendadak pusing, Jenna menutup mata dan telinga. Mendadak kedua kaki gadis itu bergerak sendiri tanpa diperintah menuju tepi daratan yang entah bagaimana di seberangnya terdapat jurang tak berdasar.

Tepat di depan tubuhnya, seperti tempat pembaringan yang terbuat dari batu seakan menanti untuk satu tubuh.

Ingin Jenna berlari dari semua ini, namun apa daya, tubuh mungilnya bergerak lagi tanpa dikendalikan, membaringkan diri.

Angin berhembus semakin kencang, maka semakin kencang pula suara-suara misterius tersebut. Jenna dibuat semakin ketakutan dengan jantung berpacu begitu cepat.

Entah perasaannya saja atau memang bebatuan besar yang lain di hadapan Jenna bergerak mendekat, sontak gadis itu menutup mata.

Mungkin memang sudah seharusnya ia menerima kalau ia sudah tidak waras.


ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢


Sinar matahari menyelinap dari jendela tak tertutup gorden merasuk pada mata yang masih terpejam itu. Perlahan sang pemilik mata terpejam bergerak tidak nyaman dan sedikit demi sedikit mulai terbuka.

Dari berbayang sampai jelas, Jenna menangkap sosok pemuda yang amat familier memandangnya. Ia menatap khawatir gadis tersebut.

Lambat menyadari, terdapat kain basah menempel di dahinya. Tubuhnya terasa lemas dan menggigil. Kepalanya juga masih terasa sakit.

Ah, berarti kejadian di padang rumput itu hanya mimpi dan mimpi buruknya terasa begitu nyata karena ia sedang demam. Masuk akal sekarang.

"Kak..."

Ian memandangi Jenna lekat. "Lo laper atau haus?"

Jenna menggeleng. Ia hendak mengatakan sesuatu, akan tetapi sang kakak menyela tiba-tiba. "Buburnya udah jadi, gue siapin dulu, ya."

Sebelum pergi dari tempatnya kini, lengan Ian ditahan Jenna oleh tangannya yang lemah. Ian yang masih cemas menggapai jemari adiknya lantas menelusupkannya. "Gue nggak akan kemana-mana."

Menyunggingkan senyum lemah, Jenna terharu sekaligus bahagia mendengarnya sebab hanya Ian yang satu-satunya gadis itu miliki di dunia. Bila diibaratkan, Ian merupakan harta paling berharganya.

"Janji ya Kak, jangan kemana-mana." Jenna berkata sembari memejamkan mata.

"Aku nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain kakak." Gadis itu mengatakan sesuatu begitu lirih hingga menyerupai bisikan, selanjutnya sepasang netra coklat milik Jenna memejam.

"Seumur hidup, gue berusaha menjamin kehidupan lo akan benar-benar bahagia."

Genggaman tangan Ian mengerat. Di kedua netra itu sebuah tekad membara lalu bibirnya mengukir senyum miring.

"Gue juga cuma punya lo di dunia yang kejam ini."


ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢


Hitam kelam seolah tenggelam.

Jenna sungguh tidak mampu melihat apapun di sekelilingnya kecuali kegelapan hampa. Bahkan tidak mampu gadis berparas cantik tersebut rasakan tubuhnya sendiri.

Suara-suara yang mampu membuat bulu kuduk meremang terdengar bersahut-sahutan hingga keras dan menggema di penjuru tempat gadis tersebut berada.

Karena tidak dapat merasakan sensasi ringan dan melayang, Jenna sudah pasti mengira kalau yang satu ini memang mimpi. Kali ini gadis itu tidak berlebihan dan merasakan perwujudan dirinya nyata.

Jenna benar-benar tidak tahan dengan suara ini. Nyanyian yang sama menghantuinya kembali. Terdengar unik dan secara hiperbolisnya, Jenna menyebut suara-suara ini sebagai lagu terkutuk.

Ketakutan dan kekalutan menguasai bahkan sesak memenuhi rongga dadanya.

Namun, setitik cahaya terang muncul dan semakin lama membesar hingga terpampanglah sinar api membara menyilaukan mata disertai hembusan hawa panas. Di sela-sela penglihatan, siluet seorang pemuda muncul lantas ia mengulurkan tangan.

Hendak menyambut ularan tangan tersebut, Jenna meragu kala warna bola mata pemuda tersebut menghitam lantas mendadak, suara nada dering ponsel terdengar. Ia terkesiap, sontak membuka mata dan terpampanglah pemandangan kamarnya.

Ah, tadi itu memang mimpi.

Suara dering ponsel masih terdengar dan kali ini begitu jelas, lantas gadis terseut menoleh dan mendapati panggilan video dari ponsel yang berbaring di atas nakas.

Jenna tersenyum lemah. Ia tak ingin terlihat menyedihkan saat ini. Maka, diabaikan panggilan tersebut hingga mati. Setelahnya, ia mengambil ponsel yang tergeletak lalu mengetikkan pesan berupa kata maaf dan kata lainnya agar Jeff tidak melakukan panggilan video maupun suara untuk sementara waktu ini.

Begitu kilat, sebuah balasan muncul.

'Aku menghormati keputusanmu dan lekas sembuh.'

'Kita akan segera bertemu sebab aku akan mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat ini.'

Mata membelalak, ia tidak menyangka akan kalimat terakhir yang tertera di kolom chat itu. Kenapa mendadak pemuda itu ingin berkunjung ke Indonesia?

'Tentu saja ingin berwisata, bodoh,' ujar Jenna dalam hati pada dirinya sendiri.

Tanpa bisa ditahan, seutas senyum terbentuk di wajah gadis yang arah matanya kini menerawang pada langit-langit kamar, sedangkan pikirannya mengembara.

Ketika melamun, Jenna menangkap suara bernada dingin pemuda yang membicarakan sesuatu begitu jelas. Namun, ia tidak mau menoleh dan berpura-pura masih melamun.

"Aku tidak tahu harus kasihan pada siapa," tanya seseorang yang menghuni kamarnya entah di sudut kamar bagian mana. Jenna tak berani melihatnya karena sosok itu yang biasanya hanya terlihat beberapa kali dan tidak pernah bicara.

"Padamu atau bayi malang itu yang terbunuh hampir dua puluh tahun silam."

Sosok pemuda asing itu seolah-olah sedang berbicara padanya yang tak sadar mampu melihat dan mendengarnya. Jenna tentu tidak tuli, maka ia mencengkeram ponsel erat dengan tangan bergemetarnya.

Lalu apa hubungan ia dan bayi yang katanya terbunuh itu?

Nampaknya penyakit kejiwaan yang dideritanya kian bertambah parah.


▶︎ •၊၊||၊|။||||| 0:04








Hai, kembali lagi bersama Vera! 

Sebelumnya, aku mau disclaimer tentang nama-nama aplikasi yang nggak ke sensor. Jujur aku lupa dan have no idea buat ngasih nama samaran buat aplikasi biar kalian langsung ngerti hehe. Jadi, aku gunain namanya langsung biar to the point. But, kalau kalian merasa kurang sreg atau terganggu sama nama-nama aplikasi dan merek yang aku sebut, kalian bisa langsung berkomentar dengan sopan, ya!

── .✦Cheers, cutest author






𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro