Episode 1 : i found you
𝚂𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊, 𝚜𝚎𝚜𝚘𝚜𝚘𝚔 𝚙𝚞𝚝𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚓𝚊𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚊𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚔𝚞𝚒 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚗𝚝𝚞𝚗𝚐.
▶︎ •၊၊||၊|။||||| 0:01
Jakarta, 2022
"Terima!"
"TERIMA DONG, KAK!"
Sosok cantik yang tengah berdiri di bawah sinar matahari siang menyengat itu merasakan kepalanya kian berdenyut nyeri. Mampu ia lihat orang-orang di sekitarnya bersorak ramai dan menggenggam ponsel dengan posisi layaknya paparazzi, begitupun sosok pemuda dan rekan-rekan di hadapannya.
Setidaknya, tidak adakah tempat yang lebih teduh?
Menghela napas lelah, gadis yang masih terdiam itu menggeleng.
Tergagap, pemuda bertubuh pendek dan gempal yang berlutut dan dipayungi oleh rekan-rekan babunya tersebut berkata, "Ka ... mu te... te ... rima a... ku, kan Jamal?"
Sang gadis membelalakkan mata horor. Sejak kapan namanya berganti menjadi Jamal?
"Nggak!" Segera gadis itu membalikkan tubuh, namun ia tersentak ketika lengannya dicekal pemuda berwajah oriental dengan tubuh tinggi tegap hingga spontan sang gadis harus kembali pada posisinya semula.
Takut-takut si pemuda bertubuh gempal dan pendek di hadapannya membetulkan posisi kacamatanya yang besar. "Ka... mu harus te... ri... ma aku, Johan!"
Astaga, nama siapa lagi yang pemuda tengik itu sebutkan?!
Orang-orang yang mengelilingi mereka terhibur bagai sedang disuguhkan opera murahan mulai bersorak kembali atas keberanian pemuda bodoh di hadapan sang gadis.
Enggan melihat sekelilingnya, sang gadis menatap tajam tangan yang sudah berani mencekal lengannya dan wajah si pemilik tangan secara bergantian.
"Yang nembak gue itu sebenernya lo apa cowok geblek itu, sih?!"
Para penonton terkesiap mendengar perkataan menohok sang gadis.
Tatapan sang gadis beralih pada si pemuda yang menatapnya ketakutan dan pemuda yang memayungi si pemuda ketakutan tersebut.
"Sekalinya nggak, ya nggak akan pernah! Bahkan, sampai lo guling-guling di tengah jalan tol sekalipun!"
"Dan nama gue Jenna Kayana."
Setelahnya, gadis bernama Jenna itu melepaskan cekalan di lengannya yang kian melemah lantas berlalu dari tempat itu.
ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢
Memasuki tempat peristirahatannya yang paling nyaman, Jenna merebahkan tubuh pada kasur king size. Ia nampak lelah perihal hari ini. Muak sudah perasaannya.
Akhir-akhir ini ia merasa kesehariannya dipenuhi dengan kesialan. Sejak putus dari sang mantan, si tampan yang cukup populer di penjuru angkatan jurusan kampusnya, seolah bala dilemparkan menuju sukmanya. Para pemuda yang mendekat padanya benar-benar tidak sadar diri dan jauh di bawah rata-rata dalam segi apapun, mulai dari otak, fisik, dan sikap sangat minus.
Dosen semakin sesuka hati mereka tatkala melimpahkan tugas pada para mahasiswa dan ia harus mengerjakan beban tersebut semuanya mulai hari ini. Ditambah lagi kesibukan latihan paduan suara untuk mengisi acara kemerdekaan di bawah lembaga Unit Kegiatan Mahasiswa di kampusnya.
Sejenak Jenna melirik wajah rupawan namun sangat pucat di sudut kamarnya yang mengenakan kaos putih dan celana hitam tanpa pernah berganti. Entah sejak kapan, gadis itu sendiri merasa bingung terhadap penyakit mentalnya yang mendadak muncul setahun terakhir. Ia kerap melihat penampakan wajah-wajah cantik nan tampan aneh tapi tak pernah sepucat yang satu ini.
Halusinasinya bertambah parah, bahkan walaupun ia sudah meminum obat. Maka, didiamkan saja pemandangan tersebut agar ia tampak normal.
Ponsel berdering membuyarkan kegiatan melamun sembari merebahkan dirinya. Segera Jenna mengangkat telepon ogah-ogahan.
Sebelum sempat berbicara sepatah kata, Jenna dikejutkan oleh suara di seberang ponsel. "Rebahan mulu lo macam pengangguran!"
"Diem-diem gini gue juga lagi mikir mau kelarin beban yang mana dulu," ucap Jenna lesu.
Tiba-tiba terdengar suara jentikan jari. "Coba deh instal MiChat aja."
Belum sempat Jenna menanggapi, sosok pemuda sompral di seberang ponsel menambahi. "Nggak perlu cerita juga gue tau lo merana gini juga gara-gara Sempak Buto Ijo itu kan, ngaku lo."
Entah siapa gerangan makhluk yang telah disebutkan sang sahabat, Jenna mengusap dada prihatin.
"Apa hubungannya sama MiChat?"
"Ya cari dedek-dedek gemes ganteng, lah!" Si pemuda menjawab pertanyaan Jenna seraya terkikik geli.
"Atau instal OmeTV aja." Jenna menggeleng tak habis pikir pada orang yang sedang melakukan panggilan telepon dengannya ini.
"Cuma pesan gue ya hati-hati. Kalau lo sampai pacaran sama orang dari OmeTV ini lebih baik jadi sebatas pacar virtual aja. Nah, ngaku aja dah lo dari awal jadi orang Thailand" Jenna membisu. Apa yang dikatakan sahabatnya juga merupakan ide bagus, namun buruk di sisi lain.
"Lo tau kan cara pakenya?" tanya pemuda di ujung sana, lantas Jenna mengangguk tanpa sadar.
"Intinya nanti lo harus dateng latihan padus, ya! Jangan izin terus!"
Seketika Jenna memutuskan sambungan telepon. Pemuda itu benar dan memang ia yang tidak profesional dan jenuh.
Kehidupannya mulai terasa hambar tapi tetap penuh masalah, padahal beragam kesibukan menantinya. Mengacak rambut, Jenna memilih mengesampingkan kesibukannya sebagai mahasiswa dan gadis yang patah hati karena seringkali dikejar pemuda-pemuda aneh nan minus segalanya.
Kepalanya mulai terasa sakit dan hal ini kerap terjadi saat ia banyak beban pikiran akhir-akhir ini.
Gadis itu segera membuka laptop guna menonton serial terbaru di suatu aplikasi penyedia tontonan menarik berbayar ber-genre romansa era sejarah kolonalisme. Namun, sebelum memulai menonton, ia masih mempertimbangkan untuk menggunakan OmeTV atau tidak.
Jenna sepenuhnya paham bahwa interaksi di aplikasi itu penuh kepalsuan dan hanya sebagai hiburan semata yang tidak boleh dianggap serius.
Menghela napas, lima menit berpikir dan keputusannya mengarah pada tetap memainkan OmeTV.
ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢
Setengah jam berlalu dan Jenna semakin bosan kala permainan yang ia kira menyenangkan justru berjalan memuakkan. Seperti imajinasinya sebelum bermain dengan OmeTV, ia akan menemukan hal-hal tak senonoh dari para makhluk kebelet kawin. Ternyata imajinasi buruknya benar-benar terjadi.
Jenna menguap tidak anggun dan ia sudah tidak peduli lagi pada layar yang silih berganti—menampilkan wajah-wajah asing. Perlahan ekspresinya nampak bosan seiring berjalannya waktu, lalu Jenna memusatkan atensinya pada ponsel dan membiarkan layar laptop miliknya yang menampilkan beragam hal dari OmeTV.
Seseorang yang muncul di layar laptop miliknya menyapa dengan suara berat. Tak ada bedanya dengan suara sebelum-sebelumnya. Sontak, Jenna terpikir untuk menyicil tugas menumpuknya. Maka, beralihlah pandangan gadis itu pada laptop di hadapannya.
"Finally, you look at me." Sosok pemuda rupawan menyapa Jenna dengan nada tenang.
[Akhirnya kamu menatapku.]
"Did you wait for... me?" Jenna bertanya ragu seraya memindai wajah si pemuda.
[Apakah kamu menungguku?]
Memiliki rambut hitam kecoklatan, netra coklat bagai madu, kulit berona pucat, bibir tipis berwarna merah muda, dan hidung mancung. Pemuda ini setampan perwujudan Dewa Yunani dan makhluk-makhluk imajinasinya tapi yang ini benar-benar nyata dan ada. Jenna tertegun sesaat. Dalam diam, ia berharap semoga tidak ada kendala jaringan kampret atau di-skip oleh pemuda tampan seperti sebelum-sebelumnya.
"Yeah." Sosok di hadapan Jenna menjawab kalem.
Tanpa berpikir terlebih dahulu, Jenna berkata lirih, "Why?"
"Because you are the first one that i have ever met in OmeTV." Si pemuda menyahut enteng diiringi segaris senyum tipis terlukis di wajahnya sembari meregangkan tubuh singkat.
[Karena kamu yang pertama aku pernah temui di OmeTV]
"So, it's your first time playing OmeTV." Jenna berkata sembari mengulum bibir.
[Jadi, ini pertama kali kamu bermain OmeTV]
"You're right." Kali ini pemuda rupawan tersebut menyunggingkan senyum hingga nampak gigi gingsulnya yang manis.
[Kamu benar]
Detik demi detik berlalu dan Jenna kini membisu diiringi raut gelisah khasnya. Pemuda di seberang sana tengah memainkan ponsel lalu beralih menatapnya kembali. Sontak, Jenna meringis.
"Do you like history?" Jenna tidak tahu jenis petir apa yang menyambarnya hingga mampu mengutarakan pertanyaan dengan tiba-tiba tanpa berpikir dahulu.
[Apakah kamu menyukai sejarah?]
Pemuda bernetra coklat madu itu menaikkan sebelah alis sesaat. Tampak meneliti Jenna beberapa detik, setelahnya ia tertawa kecil. Hal itu menimbulkan beragam pertanyaan di benak Jenna.
Apakah ia salah mengajukan pertanyaan?
"What kind of history?" Pemuda kaukasia di hadapan Jenna mengulum senyum secara terang-terangan.
[Jenis sejarah apa?]
"Anything but family and relationship history." Jenna mengangkat bahu tak acuh, namun tak disadari dirinya sendiri menerbitkan lengkung senyum riang hingga mata kecilnya nampak bagai seutas garis.
[Apapun kecuali sejarah keluarga dan hubungan]
"Well—" Pemuda bernetra coklat madu di hadapan gadis itu mencondongkan tubuh. Ia menatap lekat Jenna dari balik layar laptop.
"What's your name?"
[Siapa namamu?]
▶︎ •၊၊||၊|။||||| 0:01
Jakarta Random Vibe, 2022
Source: pinterest
˚ ༘'✦ ˑ ִֶ 𓂃⊹
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro