Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 3 Hari Pertama

Tarik napas. Hembuskan.

Oke. It's not that bad. It won't be bad, right?

Tapi mengapa rasanya seperti perutku mulas sejak tadi pagi? Aduh, gila.

Sejak Bu Lesita mengabari bahwa aku diterima bekerja, dan aku dihitung mulai bekerja hari ini, rasanya selalu ada sesuatu yang membuat perutku mulas secara kontinyu. Pikiranku terus menerus ribut, pakaian apa yang akan aku pakai bekerja? Haruskah aku memakai blazer, kemeja atau semacamnya? Eugh, membayangkan memakai blazer rasanya aku kayak orang tua. Tubuhku pendek, sehingga seringkali memakai blazer yang tersedia di toko membuatku seakan tenggelam dan udah kayak ibu-ibu mau kondangan. Euh, no. Atau apakah apotek Good Health itu memakai seragam? Tapi mengapa Bu Lesita tidak bilang mengenai seragam apapun? Aduh, sumpah aku lupa tanya. Aku terlalu senang bahwa akan bekerja, mendapat uang tambahan, sehingga lupa bertanya hal yang krusial. Oke, oke, sopan nggak sih, aku balas menelepon orangnya dan bertanya?

Mama terus menerus merecokiku untuk berbelanja baju yang bagus untuk bekerja, yang kutolak mentah-mentah. Shopping dengan mama, itu berarti kami akan seharian mengelilingi Mall, dan pantang pulang sebelum membeli paling enggak selusin baju. Gila, kalau untuk bekerja aku harus keluar uang banyak sebelum gajian, ngapain aku kerja coba? I'm there for gaining money!

Aku sekilas ingat, kasir di apotek itu pakaiannya rapi meskipun tidak berseragam. Jadi aku memutuskan untuk mengenakan baju yang formal juga. Kuputuskan aku memakai bajuku waktu ospek, kemeja putih dan rok panjang hitam. No, no, pagi ini aku kuliah dulu, dan pake baju putih-hitam itu akan membuatku dipanggil anak culun. Thanks. Aku memang bukan fashionista atau apa, tapi aku nggak mau pakai baju yang membuatku ditatap oleh orang sekampus. I'm used to be invincible. Iya, makanya aku jomblo sampai sekarang, puas?

Kukenakan kaos kesayanganku, kaos hitam bergambar Inuyasha, anime favoritku, dengan celana jeans legging ketat berwarna biru muda. Punya kakak cowok yang usianya 10 tahun lebih tua, membuatmu dipengaruhi seleranya yang doyan nonton anime. Plusnya, dia suka beli jaket, hoodie, kaos anime yang berkualitas bagus, yang bisa kupinjam. Sementara aku harus menabung dulu hanya untuk membeli kaos anime favoritku. Untunglah jika kakakku sedang berbaik hati, ia akan membelikan aku merchandise anime saat gajian. Yang nanti juga bakal dia pinjam. Kampret emang.

Sementara baju kemeja putih dan rok hitam itu sudah terlipat rapi di tasku. Oke, aku pinjam tas mama, yang terlihat formal, tapi yah modelnya emak-emak banget, terpaksa. Aku nggak tahu apakah boleh membawa ransel buat kerja. Mama bersikeras kalo bekerja di kantor itu harus kayak Secretary Kim itu, blus dan rok, tas tangan. Not so me banget, astaga.

Aku suka nonton drakor juga tapi kalo harus berpenampilan kayak cewek-cewek drakor, aku rasanya kayak mati gaya. Oh, jangan tanya kenapa mamaku tahu Secretary Kim, dia udah nonton itu via aplikasi sebelum tayang di tipi. Mama ini tipe yang nggak anti teknologi, tapi ya dia lebih feminin daripada aku, sehingga banyak yang selalu mengolok apakah aku ini anak angkat karena aku nggak lembut dan feminin kayak mamaku. Betewe, dia bahkan punya boneka Sapi Pekerja Keras kayak punya Kim Biseo.

Aku mengikuti kuliah dengan perasaan campur aduk, kepikiran : ini hari pertamaku kerja, semoga aku nggak bikin kesalahan. Wait, aku lupa kalo bosnya kayak setan. Aduh, seseram apa sih dia? Masak iya sampai dijuluki setan? Aargh, harusnya aku nggak dengerin kata-kata cowok-cowok itu waktu wawancara.

"Hei, Kan, wajahmu cemberut aja dari tadi," sahut teman sekelas yang akrab denganku sejak hari pertama kuliah, Mila. Dia mahasiswi asal Bandung, yang cantik jelita seperti namanya. Entah kenapa beberapa kali aku berkenalan dengan orang Bandung, nama mereka udah kayak pengulangan. Mila contohnya , nama lengkapnya adalah Mila Karmila. Ada juga Yayan Ruhiyan, Entis Sutisna, Asep Surasep. Nggak semua emang, tapi mostly mesti diulang gitu.

"Iya nih, Mil. Deg-degan aku, hari ini aku masuk kerja hari pertama." Aku membereskan buku-buku yang hanya nangkring di mejaku untuk hiasan, karena sejak dosen masuk hingga keluar mengakhiri kuliah, nggak satupun buku itu terbuka. Hello, hari gini, kita tinggal modal flashdisk atau kabel data, ngopy presentasi dosen dari laptop. Catatan di papan tulis? Tinggal dicekrek aja beres. Kalo kalian mendapatiku menulis saat jam kuliah, jangan harap itu tulisan tentang materi yang dibahas dosen. Kadang aku sendiri nggak tahu apa yang kugoreskan ke lembaran buku kuliahku.

"E cie ... yang mau office romance. Gimana bosnya? Cakep nggak? Kayak Lee Young Joon di Secretary Kim?" tanya Mila antusias. Entah kenapa aku suka sekali mendengar logat sunda yang muncul setiap kali Mila bicara. I hope bisa punya pacar orang sunda juga, aihhh ...

"I Yongjun." Reflek, aku selalu membenarkan kalo ada yang menyebut nama artis atau karakter Korea dengan pengucapan yang salah. Lee Young Joon tidak dibaca Li Young jun, tapi I Yongjun. "Aku sendiri belum tahu bosnya kayak apa. Kemarin cuma ketemu HRD-nya."

"Ih, beneran deh, Kan. Siapa tahu jodoh banget, ketemu bos ganteng, kaya dan romantis. Apalagi kalo wajahnya kayak Park Seo Joon, pemerannya Lee Young Joon." Mila mengirimiku file presentasi dosen hari ini ke nomer whatsapp-ku. Benar-benar BFF banget sih nih anak.

Park Seo Joon

"Bukan Park Seo Joon, bacanya Bag Sojun," ralatku lagi. Mila hanya mengedikkan bahu. Lagian siapa juga sih yang bakal mengetes kemampuan berbahasa Korea hanya demi mengucapkan nama aktor favoritnya?

"Seru banget pasti, awal-awal nanti kamu dijutekkin, terus kamu balas balik, dia jatuh cinta, aaah! Mila jadi pengen office romance juga!" Mila menggandengku yang telah selesai mengemas bawaanku ke dalam tas mama yang norak banget.

"Ya ampun, Mil, ketemu bosnya aja belum. Mau office romance. Iya kalo bosnya cowok, single ganteng, kalo kakek-kakek gimana? Mana bisa dikecengin coba?" sahutku dengan nada ketus. Jangan salah, aku kalo ngomong emang ketus gini, herannya teman-teman cewekku pada suka, mereka berharap bisa punya cowok yang kayak aku, sok-sokan ketus tapi setia kawan banget. But damn, teman-teman cowokku hanya menganggapku cewek yang asyik buat teman main, bukan pacar. Sebel.

"Yah, siapa tahu, kamu doanya yang bagus-bagus dong, jangan neg-think terus. Kalo kejadian, nyesel kan?" Mila melambai ke arah sekumpulan cowok yang udah ngefans dia sejak hari pertama. Sigh. Bukan aku nggak suka punya sohib cantik kayak Mila, tapi asli, kalo jalan sama dia, aku berasa kayak bodyguardnya. Cowok-cowok akan menyapa Mila dengan lembut dan menggoda, lalu melihatku dan mengajakku tos, atau hanya menyapaku dengan, "Yo, Bro."

Hais, entahlah. Tapi jangan dikira aku tomboy banget kayak Anjeli di film India itu. Aku cukup mahir berdandan kok. Yah, such as smokey eyes, gothic look. Bahkan make up wajib yang aku kenakan adalah eyeliner. Still, bukan tampilan yang soft and nude, atau soft and warm yang bisa bikin cowok terpesona. Bodo amat.

Mila menemaniku berganti baju di toilet kampus (iya, kodrat alami cewek masih ada, kami nggak pernah ke toilet sendirian, siapa yang tahu ada troll nyerang kami atau mendapat kutukan saat membuka pintu toilet--kayak di film Harry Potter). Aku masih ngobrol saat menukar kaos Inuyashaku dengan kemeja putih, sementara aku yakin Mila saat ini sedang membenahi make up-nya. You know, touch up pasca kuliah. Setelah berganti baju, aku hanya mengenakan eyeliner dan memulas lip tint bewarna peach.

"Itu enggak kepolosan?" Mila mengamati make up-ku. Aku menghela napas. Dia mengenakan make up natural look yang sudah pasti nggak natural, karena aku tahu pasti ada moisturizer, primer, foundation, eye shadow, blush on, eyeliner, mascara, pensil alis dan lip tint nude di sana. Wajahnya selalu terlihat cantik, bahkan ketika tidak mengenakan make up, tetapi baginya dia harus pake make up setiap kali dia keluar.

"Ini cukuplah, buat kerja. Aku nggak mau menor-menor." Kali ini aku mengikat rambutku yang panjang sebahu menjadi kuncir kuda yang tinggi dan rapi seperti Secretary Kim. Biarlah agak norak sedikit, demi penampilan di hari pertama kerja. Aku kembali menghela napas. Aku siap. Yaelah, kenapa jadi kayak Spongebob gini sih?

Kuncir kuda ala Secretary Kim

"Nanti kabarin ya, Mila kepo sama bosmu." Mila suka sekali menyebut namanya sendiri sebagai kata ganti aku, membuatnya makin cute dan imut. Beda banget sama aku. Apa aku harus mulai menyebut namaku sendiri ketika ngomong? Nah, kalo aku yang melakukannya pasti orang akan mengira aku kesambet. Aku berpamitan dengan Mila saat di parkiran kampus, lalu aku melajukan motor Beat hitamku ke arah apotek yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampusku di kawasan Dukuh Kupang.

Sesampainya di apotek, aku berkaca dengan spion motorku, mencoba merapikan lagi dandananku. Oke, good. Semoga setidaknya ini memberikan kesan pertama yang bagus. Aku memasuki pintu samping, Bu Lesita sudah membriefingku via telepon kemarin, bahwa karyawan harus masuk kantor lewat pintu samping. Sesampainya aku di dalam, aku melapor ke ruangan Bu Lesita yang menyambutku dengan senyuman hangat. Setelahnya, ia mengajakku ke gudang dan betapa terkejutnya aku bahwa setiap karyawan yang di dalam yang kutemui, pakaiannya nggak ada yang formal.

Astaga.

Mereka mengenakan kaos dan jeans, ada yang bahkan mengenakan hoodie kusam dengan celana yang robek di lutut. Saat memasuki gudang, ada seorang cewek yang manis kayak Mila, tapi pakaiannya pun nggak formal. Dia mengenakan kaos (berwarna putih bergambar kelinci, sesuai dengan imejnya yang manis) dan celana legging biru donker, rambutnya dikuncir ke sebelah kiri seperti Han Ji Eun di drakor Full House. Bu Lesita mengenalkannya sebagai Ranty, rekan kerjaku di gudang.

Kuncir ala Han Ji Eun

Kemudian muncullah seorang perempuan kira-kira berusia 25-30 tahun, mengenakan kaus lusuh berwarna hijau army, bercelana pendek selutut dengan motif belang-belang army, rambutnya digelung asal-asalan. Ih busyet.

"Oh, kenalin ini Tami, kamu bisa memanggilnya Mbak Tami, sekretaris bos." Bu Lesita menunjuk perempuan itu. Astaganaga, sekretaris? Sekretarisnya kayak gini? Lalu aku melirik ke bawah, di mana rok hitam panjangku terlihat rapi jali. Yass, dear. Aku berasa jadi anak culun.

👿Episode03👿

Assalamu alaikum, Hola!

Duh nggak kerasa udah episode ketiga aja. Ada yang tempat kerjanya kayak Kanya nggak, pakaiannya mana suka aja gitu? Kalo apotek Good Health ini menggambarkan tempat kerjaku dulu, aku pernah kerja di apotek yang emang nggak ngurusin kamu mau pake baju apa, kecuali kamu bertugas di depan, melayani pelanggan he he he ...

Oiya, kali ini aku menyertakan castnya Kanya. Ini dia orangnya :

Terus, mana karakter cowoknya? Bosnya? He he he, sabar ya. Nanti pada saatnya, tak kasih cast juga kok. Ini masih menceritakan Kanya, jadi castnya dia dulu aja ya.

Yah, kapan keluar tokoh cowoknya? Hmm, aku sengaja belum ngeluarin tokoh cowok di awal episode, karena emang ceritanya berpusat tentang dinamika Kanya di dunia kerja. So, semoga sabar ya karena emang fokusnya ke kerjaan. Walaupun iya bakal ada romance, tapi masih belum saatnya. Betewe, ada yang mau kasih masukan, cowok yang bisa menaklukan hati Kanya di sini enaknya karakternya gimana? Misterius, bad boys atau cowok alim dan kalem? Kasih tahu aku ya :)

Makasih udah ngikutin ceritaku ya Bossque ...

Love,

DhiAZ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro