Episode 14 Fancy Dinner
"Kanya, ini pesenannya." Kurir apotek Good Health, Yosi, menyerahkan kantong plastik kecil bergambar logo supermarket yang berwarna biru. Ia baru saja mengantarkan obat ke daerah HR Muhammad, sehingga aku meminta tolong membelikan sesuatu yang cuma ada di supermarket biru daerah sana.
Aku girang menerima kantong itu, lalu mengucapkan terima kasih. Yosi hanya melambai, tanda tak masalah. Setelahnya, aku kembali berkutat pada komputer. Hari ini cukup melelahkan. Setelah membantu Mbak Tami sampai jam dua, ternyata ada masalah dengan inputan administrasi gudang. Si Endah pagi tadi tanpa sengaja salah saat memasukkan nomor faktur. Karenanya, aku pontang-panting mengerjakan karena Ranty pun kurang memahami aplikasi terbaru. Ranty bertugas mengurusi kiriman yang datang, sementara aku yang masih membenahi inputan Endah mulai kelelahan. Bayangkan saja, karena kesalahan Endah, faktur terbaru belum bisa segera diinput. Sedari tadi, Ranty hanya menerima pengiriman, lalu menyetok etalase dengan barang-barang yang sudah terinput, seraya mengambil barang yang sudah dioper Endah ke etalase tapi bermasalah fakturnya.
Evil? Don't ask. Endah nyaris menangis saat Evil mengeluarkan Gomu Gomu no Kong Gun ala Luffy*. Aku tak berani membantah, karena kesal juga ia melakukan kesalahan sefatal itu. Tetapi aku juga agak iba, karena Evil nyaris melemparinya dengan telepon. Iya, pesawat telepon, bukan ponsel. Dia kan generasi 2D yang masih akrab dengan telepon rumah.
"Ma'am, maaf, tapi kami masih harus kerja. Akan kami bereskan sekarang," ujarku lirih dengan helaan napas berat. Entah kenapa, sejak aku berhasil menyela amarahnya waktu itu, aku kini punya keberanian untuk melakukannya lagi. Enggak, nggak ada niatan untuk membela anak baru. Yang kupikirkan sekarang adalah pekerjaan yang menumpuk ini harus segera diselesaikan.
Sayangnya kali ini tidak berhasil. Aku kini yang kena omel. Ya ampun. Dobel-dobel kesalnya. Akhirnya Endah pun resign! Ya ampun. Baru tiga hari. Yang bikin bete, dia bergegas pulang, padahal masih jam dua siang, sementara kekacauan yang dibuatnya jelas menambah pekerjaanku dan Ranty. Kami saling melempar pandang lalu sama-sama menghembuskan napas panjang.
"Guoblok, kalian semua!" maki Evil dengan suara sekencang bazooka. Aku hanya diam dan berdoa agar amarahnya cepat selesai. "Kania, bereskan kekacauan gudang sekarang! Ranty, ambil barang-barang di etalase yang salah input! SEKARANG!!!"
Nah, itulah kata-kata yang aku tunggu. Selesai juga serangan telak mematikan ala Evil. Kuping panas, nyaris jebol karena tidak hanya kata-katanya yang membuat aku makan hati, juga suara yang membikin gendang telingaku nyaris jebol. Aku melempar pandang ke arah Mbak Tami yang tadi senang hati mengajariku beberapa jobnya, kini aku harus kembali ke gudang.
Aku tidak berani mencuri pandang ke Saga lagi, setelah kiriman es kopinya muncul di gudang kemarin. Entah kenapa semua orang jadi tahu, Saga suka menraktirku es kopi mocha favoritku, setelah aku membuatkan capucino untuk Saga sebagai permintaan maaf. Padahal cuma dua kali. Ranty kini juga suka menggodaku, setelah dia tahu Dark Cherry Mocha yang dulu kubilang aku beli sendiri ternyata dari Saga. Hais, entahlah. Aku juga menjadi bingung kenapa Saga bisa mendadak baik.
Oke, sudah jam lima sore. Faktur yang bermasalah beres. Ranty bekerja sampai jam empat, padahal dia seharusnya pulang pukul tiga. Barang-barang sudah berada di tempatnya, sehingga etalase tidak kehabisan stok. Kini waktunya menginput faktur pengiriman tadi sore. Aku akan sendirian berada di gudang lagi.
Kuputuskan untuk beristirahat sejenak, karena perut tiba-tiba berontak minta diisi. Makan bekal tadi siang rupanya tidak cukup memberiku energi. Aku membuka kantong plastik yang diberikan Yosi, berisi empat onigiri (nasi kepal ala Jepang) dengan isian ayam mayo dan ayam pedas. Aku suka makan onigiri, apalagi ini tersedia di supermarket biru yang khusus. Harganya terjangkau juga. Baru saja aku mau menaruhnya di meja, tiba-tiba Saga berada di depan pintu. Aku tersentak kaget. Ya Tuhan, dia dan Evil sama-sama punya kekuatan: langkah yang tidak terdengar.
Aku salah tingkah, tetapi segera kupaksakan tersenyum ramah. "Makan, Mas Saga."
Saga mengerutkan dahi. "Saya boleh minta itu?"
Eh, aku tadi cuma basa-basi lho. Tapi karena sudah terlanjur dan dia minta, aku bisa apa? "Eh, silakan. Kalo mau."
Saga bergerak memasuki gudang, lalu duduk di sebelahku di kursi yang biasa dipakai Endah atau Ranty. Aku bergerak canggung. Lha kenapa dia malah duduk di sini? Kukira dia akan mengambil onigiri-nya dan pergi. Aroma parfumnya yang berbau samar seperti jeruk membiusku, membuatku menjadi semakin gugup. Segera kukendalikan diriku dan mencoba bersikap normal dengan menyodorkan kantong plastik ke arah Saga, yang mengambil satu onigiri secara acak.
"Saya baru tahu ada makanan begini." Dia membuka bungkus penutupnya secara asal, yang membuat nori-nya sobek, sementara punyaku membungkus sempurna nasi yang berbentuk segitiga itu. Kuberitahu ya, membuka penutupnya nggak bisa sembarangan, ada langkah-langkahnya, dan itu semua tertera di kemasan.
Saga menatap onigiri-ku, lalu membandingkan dengan yang ada di tangannya. Aku mengangguk segan, lalu menukar punyanya denganku. Tanpa suara, lahap kumakan nasi kepal dengan nori sobek itu, walaupun rasanya agak berbeda. Saga memandang onigiri itu cukup lama, sebelum memakannya.
"Ternyata enak juga. Ini pertama kalinya saya makan makanan fancy begini," celetuk Saga memandangku.
"Oh, iya. He he he." Respon apaan tuh? Aku bingung mendadak, karena entah kenapa jadi terjebak makan bersama Saga, tanpa rencana. Dan memang apa yang kuharapkan sih? Kencan makan malam yang menyenangkan? Bareng Saga? Mimpi!
"Kamu suka makanan begini?" tanya Saga masih menatapku, membuatku jadi salah tingkah.
"Suka-suka aja sih. Lagipula ini kan nasi, cuma tampilannya aja beda." Aku menjawab sediplomatis mungkin, tanpa harus menceritakan lebih detail mengenai kegemaranku terhadap anime-lah yang membuatku suka dengan makanan Jepang.
"Apa namanya ini?" Saga menuntaskan onigiri-nya dalam dua suapan.
"Onigiri." Aku menjawab dengan santai, lalu menghabiskan onigiri-ku. "Mas Saga mau lagi?" Aku menunjuk kantong plastik yang tergeletak di meja.
"Enggak ah, makasih. Kasihan kamu butuh banyak makan. Dimarahin Evil pasti capek." Saga menatapku dengan senyum separo khasnya itu. Yah, kenapa juga harus membawa Evil dalam percakapan ini sih?
"Udah biasa. Lagipula nanti aku juga makan lagi di rumah, ini sih cemilan." Aku tersenyum geli, mengambil satu onigiri dari kantong plastik, lalu menyodorkan sisanya ke arah Saga. Hitung-hitung balas budi karena sudah ditraktir minuman kopi mahal. Jelas aku tidak mungkin gantian menraktirnya kopi dengan harga segitu. Membelikannya kopi ala-ala yang biasa kuminum juga sepertinya bukan level Saga, karena aku melihat pakaian dan ransel yang dibawanya bekerja itu barang branded. Bukan KW super apalagi KW abal-abal. Aku pernah iseng mencari tahu harga sepatu yang pernah ia kenakan sekali saat bekerja, karena aku naksir modelnya, harganya setara dengan gajiku sebulan. Oke. Forget it.
Saga meraih kantong itu, tanpa sengaja jemarinya bersentuhan denganku. Aku mendadak terkejut, lalu kini jantungku berdentam-dentam dengan kecepatan tinggi. Aduh. Saga kembali menyunggingkan senyum khasnya.
"Saya baru pertama kali ini, fancy dinner kayak gini." Saga mengambil onigiri itu, lalu menyodorkan kembali padaku. "Gimana bukanya?"
Aku menunjuk angka-angka kecil di kemasan penutup. "Dibuka dari angka satu, ditarik benangnya, lalu ke angka dua, pelan-pelan robek plastiknya, lalu angka tiga." Fancy dinner itu apaan ya?
Saga berhasil membuat onigiri-nya tertutup sempurna dengan nori. "Wah, bisa beda ya hasilnya?" Ada sedikit ekspresi gembira dalam matanya, yang bergegas menerobos pertahanan hatiku. Ya Tuhan. Cobaan apa pula yang harus kuhadapi sekarang? Setelah Evil, lalu pesona Saga? Aku harus apa?
Kualihkan perhatianku dengan memakan onigiri, supaya tidak larut lagi dalam telaga yang tercipta dalam netra Saga Melviano. Ku dengar ia berdeham.
"Enak banget ini, Prasthikasasti. Makasih atas traktirannya, ya. Lain kali gantian saya traktir kamu makan malam yang spesial."
Aku menoleh ke arah Saga yang telah menuntaskan onigiri keduanya. Mulutku menganga. Aku lagi mimpi nggak sih?
👿Episode14👿
Gomu Gomu no Kong Gun : jurus mematikan karakter Luffy di serial One Piece.
👿👿👿
Finally, udah episode 14. Udah mulai ada tanda-tanda sweet bukan? Jadi apa Kanya bisa menaklukkan hati cowok misterius Saga Melviano?
Untuk tahu berapa sih jarak tinggi mereka berdua, lihat foto di atas ya. Kebetulan banget bisa nemu foto dua orang cast WWE dalam satu frame. Ya iyalah mereka pernah main film bareng 😅
Cocok nggak sih, kalo mereka jadian? 😅
Betewe, Keliners tersayang, cerita ini tuh mau ganti wajah. Soalnya cover yang lama ini tuh aku pake gambar dari pinterest. Takut kena copyright. Nah, minta tolong buat vote cover ya, biar kalian makin semangat bacanya. Dan setelah ini aku janji bakal update sampai tamat🤭
Please, komen ya, mana yang bagus menurut kalian. Yang kiri atau yang kanan. Pilih yang paling cakep ya 🤭🤭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro