0 Spring is Here!
Pagi itu sudah memasuki bulan Juli, namun anehnya, udara masih terasa sejuk bahkan mendekati tengah hari ketika anggota Super Junior mulai berdatangan membawakan bingkisan menjenguk keponakan ketiga mereka.
Delapan Juli pukul lima subuh, anak perempuan dengan rambut cokelat lebat dan pipi merona itu lahir setelah sepuluh tahun pernikahan Kyu-Hyun dan Suri di tahun 2012 silam yang tentu saja disembunyikan dan dilangsungkan upacara kedua pada hari yang sama setelah delapan tahun menikah kemudian mengumumkannya sebagai pernikahan baru pada publik, berharap saja tak ada yang berhasil mengorek kebenarannya.
“Dia kelihatan seperti anak baik-baik,” komentar Hyuk-Jae saat melihat Bom tertidur pulas di pelukan Suri. “Entah kalau sudah besar, mungkin setan seperti bapaknya atau beku seperti ibunya.” Namun kalimat barusan diucapkan setengah bergumam, meminimalisir jangkauan pendengaran Suri.
“Aku mendengarnya.”
Yang tentu saja gagal.
“Maafkan aku.”
Semua mata terpana melihat bayi mungil dalam balutan selimut biru muda tersebut. Termasuk Kyu-Hyun yang sudah melihat bayinya semenjak subuh tadi dan belum bisa meredakan ketakjuban di dalam dadanya. Anak dalam gendongan Suri adalah bagian dari dirinya dan orang yang ia cintai, akan seperti apa anak itu kelak?
Perlahan kekhawatiran mulai menyusup di antara kebahagiaannya, anak merupakan sebuah tanggung jawab seumur hidup meskipun psikolog bilang ketika memasuki umur lima belas tahun, maka anak adalah milik anak itu sendiri, bukan lagi milik orangtua.
Sanggupkah ia melepaskan putri mereka ketika waktunya tiba?
Matanya sudah lelah menangis semenjak dini hari tadi dan rasanya tidak bisa lebih bengkak dari sekarang, jadi ia memutuskan untuk mencegah air mata lainnya yang jatuh.
Apa ini perasaan yang normal bagi orangtua ketika melihat anak mereka bahkan setelah berjam-jam kelahirannya? Kebahagian dan kekhawatiran menjadi sulit dibedakan.
Pernyataan Si-Won-lah yang menyadarkannya kali pertama dari rentetan pertanyaan panjang di kepalanya. “Dia masih jadi yang paling cantik di antara keponakan kita," ujarnya, merujuk pada anak Dong-Hae dan anak Si-Won yang berkelamin laki-laki.
“Putriku akan mengalahkannya.” Sambar Dong-Hae cepat dengan cengiran lebar pada istrinya yang membalas dengan alis kiri naik. “Aku ingin cepat-cepat memiliki anak kedua.”
Semua tergelak ketika Lee Hae-Ra, wanita yang Dong-Hae nikahi, semakin menaikkan alis kirinya. Putra mereka bahkan belum lancar bicara, luka jahit di perut wanita itu bahkan masih terasa nyeri tiap kali berjalan terlalu lama, masih berani bicara ingin menambah momongan secepat ini?
“Tolong, bertengkarlah di rumah kalian,” putus Kyu-Hyun sambil membenarkan baju putrinya. “Belum apa-apa kalian sudah memberi pengaruh buruk pada putriku.” Sekilas ia menilai pakaian rumah sakit yang Suri kenakan, takut-takut memperlihatkan dada istrinya berlebihan.
“Omong-omong, siapa namanya?”
Kyu-Hyun menatap Suri kemudian mengangguk, mempersilakan Suri mengumumkan nama putri mereka.
“Cho Bom-Ren.”
Anggukkan kepala terlihat serempak dari tamu mereka siang ini, menyadari keganjilan dalam nama Bom yang tak mencatut nama Suri maupun Kyu-Hyun apalagi perpaduan aneh yang biasanya tak digabung dengan nama lain hingga Yesung meneceplos.
“Tetapi ini musim panas, kan?” padahal pertanyaan itu sudah ditahan oleh yang lain, malah terucap juga oleh Yesung.
“Ya, musim panas tersejuk sepanjang dua puluh tahun belakangan.”
Benar juga, musim panas tersejuk sepanjang dua puluh tahun belakangan, paling tidak itu yang berita katakan.
Puas memotret Bom yang belum bisa membuka matanya, anggota Super Junior pulang membawa kebisingan dan kekacauan akibat kunjungan dua jam mereka. Sementara Bom sudah kenyang disusui, anak itu dikembalikan ke ruangan bayi sambil Suri bersiap kembali ke rumah.
Di kamar mandi, Kyu-Hyun mambantu Suri menggosok punggung wanita berambut, yang Kyu-Hyun setujui untuk kali pertama dalam sepuluh tahun usia pernikahan mereka, dipangkas pendek sepundak lantaran kehamilan membuat rambut Suri mengalami kerontokan parah. Menurut dokter, itu hal yang wajar, perubahan hormon selama masa kehamilan adalah hal yang biasa terjadi, setelah melahirkan akan kembali seperti sedia kala, semoga.
“Kau tadi melamun,” tegur Suri saat Kyu-Hyun mengelap sisa air di punggungnya. “Ada apa?”
“Hm?” haruskah ia menceritakannya? Tetapi bukankah ada beberapa hal yang semestinya tak perlu dibagi dengan pasangannya? Apakah yang ini harus?
“Cho?” Suri meraih tangan Kyu-Hyun di pundaknya, menatap suaminya melalui pantulan cermin dan tahu hal yang Kyu-Hyun sembunyikan amat menganggu pria itu.
Sepertinya tak ada gunanya juga menyembunyikan sesuatu dari Lee Suri.
“Apakah perasaan bahagia bisa salah diartikan sebagai kekhawatiran atau sebaliknya?” ia mengancingi kemeja Suri satu per satu, menyusuri perut Suri yang sudah tak ada bayi mereka di dalamnya. “Aku bahagia hingga aku ingin menangis tiap kali melihat Bom berada di pelukanmu, namun di satu sisi, aku khawatir, apakah kita bisa membesarkannya menjadi manusia yang baik? Apakah tepat memiliki anak?”
Belum Suri menjawabnya, Kyu-Hyun mendengus geli. “Harusnya kaulah yang terkena sindrom seperti ini, apa namanya itu—baby blues, ya itu, bukan aku.”
Tak ada yang patut ditertawai dari kekhawatiran Kyu-Hyun, menjadi orangtua adalah pekerjaan tersulit di dunia ini, bagaimana caranya mengajari bahwa terluka adalah hal yang berharga dan kegagalan juga harus dirasakan sementara insting mereka sebagai orangtua tak ingin anaknya terluka, perdebatan itu akan terus terjadi dalam diri orangtua, bahkan setelah anak-anak mereka memiliki keluarga sendiri di masa depan.
Dengan Kyu-Hyun yang tengah menunduk membantu Suri memakai sepatu, tangan Suri terjulur mengusap rambut Kyu-Hyun perlahan. “Kau sudah menantikannya, bahkan semenjak hari pertama kita kehilangan Soo-Hyun, kau sudah menantikan kedatangan Bom,” buka Suri, menunggu hingga Kyu-Hyun berdiri, menyejajarkan tubuhnya dengan Suri. “Mungkin dalam perjalan ini kita akan berbuat salah, banyak berbuat salah, tetapi kau tak sendirian, ada aku, kita bisa berbagi, semuanya, dan tentu kita akan belajar dari kesalahan kita untuk menjadi orangtua yang lebih baik.”
Ketika tangan Suri naik mengusap pipi Kyu-Hyun, pertahanan terakhir Kyu-Hyun runtuh. Ia menunduk, meluapkan ketakutannya sekaligus kebagiaan yang tak kunjung berkurang di dadanya, tubuhnya bergetar ketika Suri melingkarkan tangannya ke tubuh Kyu-Hyun, mengusap punggung Kyu-Hyun dan meminjamkan pundaknya untuk tempat Kyu-Hyun menangis.
“Himnaeseyo, Appa.”
*
Atas permintaan Kyu-Hyun, SM Entertainment dan SJ Label merilis berita kelahiran Kyu-Hyun dengan detail yang dibatasi. Pengumaman yang diedarkan melalui surel hanya mencakup jenis kelamin dan tanggal lahirnya saja tanpa nama rumah sakit ataupun detail fisik Bom secara keseluruhan.
Sama ketatnya seperti aturan yang ia berlalukan pada pengumuman resmi, Kyu-Hyun melarang siapa pun yang mengambil gambar atau video putri mereka diunggah ke jejaring media sosial, semua ditutupi rapat mengenai wajah Bom untuk saat ini. Rasanya jika ia yang mendapat ujaran kebencian dari warganet tak jadi masalah, namun jika Bom dan Suri yang menjadi sasaran, entah ia akan melalukan apa, ia ingin melindungi keduanya sebaik mungkin sementara ini, meski Suri mengatakan komentar buruk tak menjadi masalahnya, entah dengan hormonnya yang sekarang, ditambah dokter selalu memperingatkan sindrom baby blues yang menyerang ibu baru semenjak kehamilan Suri memasuki bulan ketujuh.
Larangan ini berlaku pada orangtua Kyu-Hyun, terutama Cho Young-Hwan, yang gemas ingin memamerkan pada kolega dan pengikutinya di laman Facebook wajah manis cucu perempuan pertamanyanya.
“Kenapa tidak boleh? Aku ini kakeknya!” bantah Young-Hwan ketika sudah bersiap mengunggah fotonya mengenakan setelan kerja sedang menggendong Bom yang membuka kedua matanya.
“Tidak! Pokoknya tidak boleh! Kalau ada yang mencela Bom bagaimana? Memang Appa tidak kesal?” Kyu-Hyun merebut ponsel ayahnya, membatalkan unggahan sebelum memberikan ponsel pada ayahnya lagi. “Kalau mau diunggah, yang wajah Bom tak terlihat saja.”
Mengalah dengan kekeraskepalaan yang sadar betul ia turunkan pada Kyu-Hyun, Young-Hwan meminta arahan pada menantunya, si jenius fotografi, untuk dipotret bersama Bom dalam pose yang tak terlihat wajah Bom namun mendalam.
Suri memakaikan Bom tudung kepala berenda pemberian Ah-Ra untuk menutupi wajah Bom yang berada dalam gendongan ayah mertuanya kemudian menyodorkan telunjuk Young-Hwan pada jemari kecil Bom untuk digenggam. Ia mengarahkan Young-Hwan berdiri di depan jendela besar yang sengaja tirai dari bahan tembus pandangnya menutupi sinar mentari langsung pagi itu hingga Young-Hwan kini hanya terlihat siluet dengan detail utama adalah kontak fisik Bom dan kakeknya. Wajah bahagia Young-Hwan jelas tertawa melihat pandangan Bom dari balik topi.
Dalam unggahannya, Young-Hwan menuliskan bahwa pengarah gaya dan fotografer foto tersebut adalah menantu perempuannya. Komentar pujian membanjiri akun pribadi Young-Hwan mengatakan bahwa Lee Suri tak diragukan lagi kemampuan mengambil gambarnya sementara di forum lain, beberapa orang sengaja mengejek keputusan Kyu-Hyun dan Suri untuk menyembunyikan wajah putri mereka hingga waktu yang tak ditentukan lantaran wajahnya tak serupawan orangtuanya dan kedua orangtuanya malu akan hal tersebut.
Sebenarnya tak ada yang patut dibenci dari hubungan mereka, jika saja wanita yang Kyu-Hyun nikahi bukanlah adik dari Lee Sung-Min. Fakta itu membuat segala hal yang Kyu-Hyun dan Suri lakukan menjadi sebuah kesalahan.
Setelah melihat komentar buruk tersebut, Suri sempat meminta maaf tentang asal usulnya. “Jika kau menikah dengan wanita lain, mungkin keadaannya takkan sesulit ini.”
Ada perasaan sesak yang merambati dadanya ketika Suri mengatakan hal tersebut menjelang tidur mereka. Namun, jika Suri sedang tak berada di kondisi mental terbaik, maka ialah yang harus berada di kondisi mental terbaik, maka ia menyembunyikan lagi kesedihan mendengar kalimat permintaan maaf Suri dengan senyuman paling tulus yang bisa ia berikan. “Mungkin, jika bukan kau wanitanya, aku belum akan menikah, dan tentu saja bukan Bomie-lah putriku, mungkin juga aku takkan sebahagia ini. Aku tak salah membuat keputusan saat menikahimu, tak ada yang bersalah.”
***
Sina belum bisa up, mungkin besok pagi atau paling cepet tengah malam ya. Ini FF btw.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro