18. Perbincangan Di Pagi Hari
Seingat Junghwan, dirinya kala itu hanya berniat untuk menjauh dari kerumunan pekemah sekolah lain. Bersama dengan Jeongwoo, Junghwan kabur dari kawasan perkemahan.
Niat setelah kabur inginnya berjalan-jalan, tapi Junghwan tidak pernah menyangka jika berjalan-jalan bisa bermakna tersesat hingga tidak bisa menemukan jalan pulang.
Singkat cerita Junghwan dan Jeongwoo berjalan dalam ketidakpastian hingga matahari berganti menjadi bulan. Mereka tidak bisa menghubungi siapapun karena ponsel mereka berada dalam kantung guru yang membimbing, dan kini mereka hanya berharap jika ada seseorang yang bisa membantu: seperti mobil yang mengangkut kayu, pemburu, atau polisi hutan yang sedang berpatroli.
Tapi keberuntungan tidak berpihak pada mereka berdua, dan puncak kesialannya adalah ketika mereka tidak sengaja bertemu dengan seorang pemuda asing yang mendadak menjelma menjadi serigala jadi-jadian.
Mereka bertemu dengan Son of The Moon. Sungguh kesialan yang benar-benar besar.
Singkat ceritanya, lagi, Junghwan tidak terlalu ingat---entah benar-benar tidak ingat atau hanya tidak mau mengingat, tapi saat ini Junghwan berakhir terbaring di sebuah ruangan yang disebut sebagai klinik dengan sesosok yang mengaku bernama Hyunsuk.
Matahari sudah tidak malu-malu menyebarkan cahanya, ini hari baru. Tapi tidak ada Jeongwoo di klinik, dan Junghwan merasa penasaran ke mana temannya itu pergi.
Junghwan menarik napas pelan, menghirup udara dan mencium sesuatu yang sangat kuat: pepohonan, keturunan murni, Hyunsuk ini merupakan keturunan murni. Junghwan teringat kembali dengan perkataan ibunya, jika mencium aroma pepohonan itu artinya dia sedang berada di kawasan Pack Barat.
“Selamat pagi,” kata Hyunsuk. “Kau ada di Pack Barat. Aku Alpha di sini, hanya sementara.”
Junghwan benar, dia ada di Pack Barat.
Junghwan menghirup udara sekitar kembali. Dahinya sedikit menyerngit. Rasanya dia ingin sekali duduk, tapi perban di dadanya menutupi luka yang masih belum sepenuhnya kering sehingga sulit untuk baginya hanya untuk sekedar duduk. Kakinya juga kaku, rasanya tidak enak sekali. “Kau bukan tipikal orang yang punya hasrat supremasi,” kata itu keluar dari mulutnya.
Hyunsuk terkekeh. Duduk santai di sisi ranjang kosong penghuni, seulas seringai kecil menghiasai wajahnya. “Kau ini tahu saja, apa terlihat sangat jelas?” katanya. “Lalu kau sendiri, bagiamana bisa bertahan hidup di luar sana tanpa bergabung dengan pack?”
Junghwan mendengus. “Bukan urusanmu.”
“Tentu saja itu urusanku. Kau jelas-jelas tahu jati dirimu yang sebenarnya, tapi kau bisa bertahan hidup di luar sana tanpa perlindungan pack, tidak ada yang mengincarmu,” kata Hyunsuk.
"Aku tidak bilang aku sejenis denganmu," elak Junghwan.
"Dan aku juga tidak bilang kau sejenis denganku," balas Hyunsuk. "Aku hanya mengatakan perlindungan pack, bukan menyebutkan siapa dirimu secara gamblang."
Junghwan mendecak. Sial. Itu terdengar sama saja baginya.
“Baumu campur: pepohonan dan laut. Apa salah satu dari orangtuamu ada yang dari selatan?” Hyunsuk bertanya.
Berpikir sejenak, Junghwan sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan Hyunsuk. Ini menyangkut masa lalu kelam yang dirinya alami sewaktu kecil, Junghwan tidak bisa langsung begitu saja mengutarakan semuanya.
Tapi kata-kata ibunya selalu terniang. “Jika ke barat, mereka akan selalu menerimamu. Kau tidak perlu takut.” Dan Junghwan kecil akan bersembunyi dalam dekapan ibunya, menikmati bagaimana hangatnya pelukan sang ibu yang selalu membuat dirinya merasa nyaman.
Junghwan berdecak, lagi.
Sialan. Kenangan itu selalu menghantuinya.
Junghwan berdeham ringan. “Ibuku asli dari pack ini, dan ayahku dari selatan. Mereka berdua sama-sama seorang Pencari, dan saat dalam bertugas mereka tidak sengaja bertemu… lalu hadirlah aku.”
Hyunsuk mengangguk paham. Junghwan adalah keturunan murni dari dua pack yang berbeda.
Hyunsuk ingat sewaktu kecil dirinya selalu diberitahu jika keturunan dari dua (atau lebih) pack yang berbeda tidak bisa dengan mudah diterima. Mereka hampir sama diperlakukan dengan keturunan campuran manusia biasa, tapi lebih dianggap hina.
Tidak habis pikir kenapa jenis-jenis lain diperlakukan seperti itu. Maksudnya, mereka juga makhluk hidup yang berhak hidup dengan tenang, bukan barang yang bisa diperlakukan seenaknya. Hyunsuk sedari dulu tidak pernah setuju dengan pemikiran kolot itu, dan untungnya ayahnya juga sepandapat dengannya.
Pack itu bukan hanya sekedar tempat tinggal biasa secara filosofis maupun harfiah, pack adalah tempat berlindung dan tempat dimana para manusia serigala selalu bisa kembali setelah perjalanan sulit yang dilewati. Jadi jika ada yang ingin menendang seseorang keluar hanya karena keturunan dari dua pack berbeda, mungkin orang itu yang harusnya ditendang keluar terlebih dahulu.
“Lalu bagaimana keadaan orangtuamu sekarang?” tanya Hyunsuk.
Junghwan sedikit membuang wajah. “Son of The Moon membunuh mereka,” jawabnya. Suaranya terdengar getir, seakan ada luka dalam yang terbuka kembali: itu merupakan hati, perasaan, dan pikirannya. “Aku berhasil kabur dan berakhir masuk panti asuhan. Di sana aku bertemu dengan Jeongwoo, yang ternyata keturunan campuran tapi Jeongwoo tidak pernah soal tahu itu sebab sejak bayi dia sudah tinggal di sana, tanpa pernah tahu siapa orangtua biologisnya.”
Kasihan Jeongwoo, dan kasihan pula untuk Junghwan. Hyunsuk paham bagaimana perasaan Junghwan, rasa tentang kehilangan orang yang disayangi.
“Saat kabur umurku baru lima tahun. Aku sudah mengalami perubahan bentuk sejak umur tiga tahun,” kata Jungwhan. “Tapi setelah tewasnya orangtuaku, aku tidak pernah membiarkan bentuk serigala mengambil alih. Aku ingin melupakan siapa aku sebenarnya, tapi konyolnya aku malah bertemu dengan Jeongwoo untuk melindunginya hanya karena insting serigala sialan.”
Hyunsuk mengamati Junghwan dengan seksama. “Kenapa melindungi Jeongwoo? Kau tahu Son of The Moon hanya mengincar keturunan murni, kan?”
Junghwan menggeleng pelan. “Aku tidak tahu mereka hanya mengincar keturunan murni, tapi aku hanya ingin melindungi Jeongwoo. Mungkin karena dia senasib denganku---maksudnya, yatim piatu dan juga manusia serigala.”
Hyunsuk kembali mengangguk. “Aku juga senasib sepertimu,” katanya.
Mendecih, Junghwan meragukan perkataan Hyunsuk. “Yang benar saja… kau tinggal di pack, kau Alpha dan pastinya ayahmu juga Alpha yang sebelumnya, senasib apanya---…”
“Ibuku mati dibunuh Son of The Moon,” potong Hyunsuk. “Dulu ada pasukan siap mati yang punya nama konyol dan ibuku adalah salah satu anggotanya, bisa dibilang juga ketuanya.”
Junghwan jadi merasa tidak enak setelah meragukan Hyunsuk. Dagunya bergeser, matanya memandang Hyunsuk yang terlihat masih duduk tenang di pinggir ranjang setelah menceritakan masa lalu yang dimiliki. “Apa yang terjadi padanya?”
Hyunsuk tersenyum tipis. “Pack saat itu diserang. Son of The Moon membawa kelompok dalam jumlah besar dan memangsa banyak keturunan murni dewasa pack ini, termasuk ibuku yang saat itu berusaha melindungiku. Aku melihat kematiannya sendiri, dia berkorban demiku, dan ayahku mengorbankan cinta dalam hidupnya untuk pergi selamanya. Tamat.”
Junghwan hendak bersuara, tapi Hyunsuk memotong. “Aku tahu kau pasti mau bertanya apa yang dilakukan ayahku sehingga tidak bisa menyelamatkan ibuku dari Son of The Moon. Ya… saat menjadi seorang pemimpin kau tidak bisa hanya fokus pada keluargamu sendiri, ada banyak yang harus kau lindungi, dan itu yang ayahku lakukan.” Dan itu juga menjadi salah satu penyebab kenapa Hyunsuk tidak mau menjadi Alpha, walau ironisnya sekarang dia sudah menyandang sebutan kepemimpinan tersebut.
Junghwan terdiam sejenak, kemudian dia berkata, “Maaf soal yang tadi.” Soal yang meragukan senasibnya Hyunsuk. Ternyata Junghwan dan Hyunsuk memang senasib.
“Tidak apa,” kata Hyunsuk. “Kau mau keluar, jalan-jalan?”
Hah?
Tidak salah dengar, kan? Apa itu hanya sekedar olokan tidak langsung?
“Kakiku digips. Kau mau aku merangkak dari sini seperti orang cacat?” Junghwan berkata sarkas.
Hyunsuk mendecak. “Pengetahuanmu tentang jenis aslimu tidak banyak rupannya.” Selanjutnya dia berkata, “Tidak apa, kau akan cepat sembuh. Jadi perlahan latih diri untuk bergerak. Oke?”
Junhwan merasa tidak yakin, tapi memang benar jika pengetahuannya tentang manusia serigala tidaklah banyak. Jadi haruskah Junghwan percaya?
Ck, persetan. Turuti sajalah kata-kata Hyunsuk.
“Baiklah.” Dan Junhwan pun setuju untuk jalan-jalan berkeliling pack barat.[]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro