Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. Bir Kaleng

Setiap kembali ke pack, Yedam pastinya akan selalu membawa barang-barang bagus dari perjalanannya. Dia akan membawa buku novel dewasa, peralatan dapur, atau peralatan untuk berkebun di ladang jagung pack yang luasnya sekitar 500 hektar---tapi kebanyakan barang yang dibawa itu biasanya adalah makanan serta minuman.

Malam ini adalah malam pertama Yedam kembali ke pack setelah pulang dari menjalani tugas mencari di luar sana selama kurang lebih 2 bulan. Yedam berniat menjauh dari keramaian aula terbuka, dan mempunyai niat untuk makan malam bersama Asahi di pos jaganya dengan ditemani bir kaleng serta cemilan renyah. Mereka berdua nanti bisa bersantai sambil makan, sambil bertukar cerita ataupun bertukar pikiran dengan bebas tanpa takut diganggu oleh Jihoon ataupun yang lainnya. Ketenangan, itu yang dicari saat ini.

Dari kabin Yedam membawa semua barangnya (makanan dan minuman) dalam kantong ramah lingkungan yang selalu dipakai saat berbelanja di supermarket kala menunaikan tugas sebagai Pencari. Usai itu Yedam bergegas mengambil beberapa jagung rebus sebelum pukul 7 malam, sebisa mungkin menghindari sebagian besar penghuni pack lain (agar makanan dan minumannya tidak diminta) dan meluncur secepatnya ke tempat di mana Asahi berada.

Setibanya di pos jaga, Asahi menerima kehadiran Yedam dengan penuh suka cita. Bagi Asahi  yang seorang penjaga yang kerjaannya hanya berjaga sendirian di pos jaga, mendapati kehadiran teman itu (terlebih lagi jika membawa banyak makanan enak) sangatlah berharga. Tidak ternilai pokoknya.

Dan mulailah acara makan-makan mereka berdua yang diselingi dengan bincang-bincang hangat merangkap keluh kesah persoalan hidup di dunia.

Pertama, sebagai pembuka mari makan camilan keripik kentang.

"Bagaimana kabarmu selama aku tidak ada?" tanya Yedam sambil mengunyah.

Asahi mengangguk pelan. "Biasa, masih seperti biasanya. Kau?"

Yedam menggeleng. "Tidak terlalu bagus," ungkapnya. "Seminggu yang lalu ada gadis cantik yang menyatakan perasaan padaku, dan aku juga tertarik padanya. Aku mau menerimanya tapi teringat jika waktuku hanya sebentar, jadi aku berbohong: aku mengatakan aku benci dia." Yedam mendecak. "Aku tidak pernah yakin dengan hubungan jarak jauh, jadi aku menyerah duluan dengan cara yang menyebalkan. Sialan."

Hm... Asahi sedikit berpikir untuk merespon sebab tidak terlalu paham dengan keluh kesal Yedam karena dirinya tidaklah mengerti.

Menjadi seorang pencari membuat seseorang yang berasal dari pack berkeliaran di kota dan daerah lain untuk mencari serigala lain yang belum atau tidak masuk pack (paling sering jenis campuran, dan akan sangat mudah untuk mengajak mereka masuk pack saat pada masa perubahan). Pencari akan berkeliling dan mencari di berbagai tempat, dan pastinya pencari akan banyak bertemu yang manusia---dan juga pastinya bisa jika pencari itu jatuh hati manusia sebelum akhirnya harus kembali lagi ke pack.

Lain halnya dengan penjaga yang tugasnya hanya menjaga kawasan pack, para penjaga hanya akan ditempatkan di area perbatasan ataupun area-area lain di pack. Tidak terlalu banyak bertemu dengan wajah-wajah baru karena pack tidak bisa dikunjungi sembarangan, tidak dibuka untuk umum, apalagi untuk turis manusia yang hendak melihat keindahan hutan barat---itu tidak pernah terjadi karena penghuni hutan barat lebih suka mengisolir tempat dari yang namanya manusia serta hal-hal lain.

Jadi kesimpulannya, Yedam sudah mengalami bertemu dan jatuh hati dengan manusia berkali-kali, sedangkan Asahi dengan NOL pengalaman. Menurut Asahi, wajar jika dirinya tidak paham situasi atupun mengerti bagaimana perasaaan Yedam saat ini.

Tapi dari yang sudah-sudah, Asahi sangat paham jika Yedam mengalami patah hati maka hanya ada satu hal yang menenangkannya.

Asahi memeriksa ke dalam kantong ramah lingkungan. "Ada bir kaleng?"

"Aku bawa banyak." Bingo! Singkat tapi membuat suasana bisa sedikit tercerahkan.

Melupakan sejenak masalah yang lain, mereka berdua minum bir tanpa sempat memakan jagung ataupun cemialn yang lain lagi. Persetan dengan semuanya, yang penting sekarang minum bir saja.

Dan tenang, mereka berdua sudah cukup umur untuk minum bir sampai berkaleng-kaleng... sepertinya.

Dan mereka juga tidak mudah untuk mabuk...

Serius, sungguh.

.

.

.

Asahi dan Yedam menyandarkan punggung mereka. Merasa berdua tidak bertenaga dan ingin terus duduk. Kepala mereka rasanya seperti berputar tapi bukan secara harfiah. Tubuh panas, wajah memerah, dan pandangan memburam. Mereka mabuk, dan pernyataan tentang tidak mudah mabuk akan ditarik kembali.

Yedam mengoceh-ngoceh tidak jelas dan terkadang menyanyikan lagu-lagu sedih, sementara itu Asahi hanya menatap sekitar. Walaupun sedang mabuk, Asahi tidak melupakan tugas utamanya sebagai penjaga dan untungnya tingkat kesadaran Asahi masih bagus hingga bisa mengamati keadaan.

Di sela-sela Yedam dengan ocehannya Asahi mengambil bir kaleng baru dan meminumnya. Lalu saat itu---Wush!... sesuatu seperti baru saja lewat di antara deratan tumbuhan jagung.

Dengan keadaan yang lemas Asahi mencoba berdiri. Dia keluar dari pos jaga, berjalan mendekat ke ladang jagung untuk memeriksa. Hidungnya mengendus udara mencium dan merasakan apakah yang baru saja lewat.

Wush!

Sesuatu itu lewat kembali.

Asahi bersiap ditempat, berusaha sekuat tenaga untuk tegap walaupun kepala terasa pusing. Dirinya masih mengendus, tapi tidak bisa mengidentifikasi apakah yang lewat itu. Mungkin karena sedang mabuk dirinya tidak bisa merasakan ataupun membaui.

Wush!

Sesuatu itu lewat kembali. Pergerakan cepat bagai angin, sulit tertangkap, tapi suatu keajaiban Asahi masih bisa melihat satu hal: matanya berwarna merah.

Entah itu adalah hewan liar yang tidak sengaja masuk kawasan ladang atau sesuatu yang lain, Asahi tidak bisa memastikan. Dirinya tetap menegdus, mencoba membaui, tapi tidak ada hasil sama sekali.

Deg!--- Jantungnya berdegup kencang, sangat kencang. Awalnya Asahi mengira ini adalah efek samping dari mabuk, tapi sebelumnya tidak sampai seperti ini.

Takut, Asahi marasakan takut. Sesuatu yang tidak pasti itu membuatnya mendapat firasat buruk. Instingnya mengambil alih. Ada sesuatu yang tidak beres, Asahi harus melapor.

Tapi di sisi lain, dirinya memberitahu jika dia dalam keadaan mabuk. Mau Asahi bersumpah melihat itu sungguhan, tidak akan pernah ada yang percaya karena saat itu dia sedang mabuk.

Dan juga... berhubung mabuk, apakah benar yang dilihatnya tadi? Mata merah itu bukan khayalan atau objek lain?

Asahi sungguh bingung dan sekarang dirinya menyesal karena membiarkan banyak bir masuk ke dalam tubuhnya. Entah bagaimana dia harus menjalani hari esok jika sesuatu yang lewat itu membawa sebuah malapetaka. Asahi hanya berharap itu tidak benar, sebab dirinya mabuk. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro