Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. Malam Yang Sedikit Kacau

Pada akhirnya sebuah kemenangan manis Yoshi peroleh dengan mendapatkan jagung rebus  menu spesial makan malam miliknya. Yoshi terbebas sejenak dari kegiatan di klinik, dan ini adalah waktunya untuk dia beristirahat menikmati suasana malam di hari.

Yoshi berjalan santai menyapa semua orang-orang dan berakhir di tempat Jihoon dan yang lainnya menghabiskan makan malam. Yoshi menyapa semua orang yang ada di sana, berkenalan dengan para pendatang baru yang lain, dan melakukan berbincang-bincang santai.

“Yoshi…” Doyoung memanggil pelan, hampir seperti mencicit. 

Yoshi menoleh.

“Besok kita belajar?” tanya Doyoung. Wajahnya mencerminkan seperti berharap jika dirinya besok mendapatkan bonus hari libur.

Yoshi lantas mengangguk. “Tentu saja,” katanya, itu mematahkan harapan Doyoung. “Hari ini tidak sempat belajar karena ada pemakaman. Besok kita belajar, sekalian juga dengan para pendatang.”

Dan tentunya, hal tersebut langsung membuat wajah Doyoung langsung berubah suram seketika. Tidak ada kata santai besok, harus belajar.

Jaehyuk yang mendengar itu menyerngit. “Belajar?” 

Jihoon dan Haruto mengangguk bersamaan. Kata Jihoon, “Ingat rumah pintar saat tur keliling pack? Nah, di situ tempat belajarnya.”

Kemudian Haruto menimpal, “Ada ruang ada kelas, kami belajar. Bukan pelajaran seperti yang ada di sekolah umum---tapi kurang lebih sama, hanya ada beberapa tambahan pelajaran.”

Jihoon terkikik. “Tambahan…” dia membeo dengan nada mengejek. “Dulu aku berpikir akan lebih mudah belajar di sini dibanding sekolah umum, tapi aku salah besar.”

“Memangnya bagian mana yang sulit?” tanya Mashiho, merasa penasaran dengan kurikulum pelajaran untuk manusia serigala.

Jihoon berpikir sejenak. “Hm... Anatomi tubuh?”

“Tidak, tidak,” elak Doyoung. “Sejarah. Titik.”

“Bukan,” timpal Haruto kemudian. “Strategi? Kita selalu belajar itu tapi tidak pernah mempraktekannya, sangat menyebalkan.”

“Oh, ya?” Junkyu bertanya. “Apa kita ada pelatihan fisik juga? Eh, bukan--- pelatihan untuk bertarung? Begitu menyebutnya?”

Jihoon mengangguk. “Bisa dibilang begitu," katanya. "Di kondisi yang seperti sekarang, si Alpha sementara pasti akan mengusahakan agar semua jenis bisa mendapat pelatihan bertarung. Sekedar informasi: hanya keturunan murni yang dapat pelatihan itu, sedangkan campuran tidak.”

Yoshi melirik Jihoon sejenak. “Sedang ada apa antara kau dan Hyunsuk?” tanyanya. “Kenapa aku seperti merasa jika kau mengejeknya dengan menyebut ‘si Alpha sementara’?” lanjutnya dengan nada suara yang terdengar jahil.

Dalam hati Yoshi sesungguhnya paham betul jika Jihoon dan Hyunsuk sedang berselisih pendapat---kedua orang itu selalu seperti bertingkah seperti ini jika sedang dalam hubungan pertemanan yang tidak bagus: saling mendiamkan satu sama lain dan tidak nyaman berada di satu tempat yang sama. Tapi entah kenapa rasanya Yoshi selalu ingin mengungkit masalah mereka berdua, sebab baik antara Hyunsuk maupun Jihoon tidak pernah ada yang mau mengaku jika mereka sedang bertengkar dan itu sugguh mengusik Yoshi. Maksudnya… mengaku saja apa sulitnya, sih? Mereka malah mempersulitnya dengan ajang kegiatan bungkam.

Jihoon mendegus. “Kau salah dengar saja, Yoshi,” elaknya.

“Hyunsuk ada di mana saat ini?” tanya Yoshi kukuh.

Mendengus, lagi. Jihoon menjawab. “Mungkin sedang kencan dengan para tetua? Biasa, banyak hal yang harus diurus saat jadi Alpha baru… walau sementara.”

Yoshi terkikih. “Dasar…”

Perbincangan pun berganti dengan berbagai topik. Mulai dari terungkapnya jika pendatang baru yang ini sudah mengetahui adanya pendatang baru lain, perkara Son of The Moon, hingga kejadian mengerikan kemarin malam. Semuanya tersampaikan berkat Doyoung dan Haruto yang membeberkan informasi secara suka rela, dan Jihoon mati-matian menahan kesal karena menyampaikan hal seperti itu sama sekali bukanlah porsi yang diberikan untuk kedua manusia serigala muda tersebut.

Jujur, Yoshi sejatinya tidak mempermasalahkan Doyoung dan Haruto yang menceritakan banyak hal pada pendatang baru. Tapi khusus bagi Yoshi ini seperti… hm, sebuah kebalikan. Di klinik Yoshi sudah menceritakan tentang sejarah manusia serigala, dan di sini Junkyu serta pendatang lain malah mengetahui tentang Son of The Moon. Itu artinya besok Yoshi hanya perlu melengkapi masing-masing cerita yang sudah mereka dengar---itupun jika ada yang bertanya padanya. Tapi…ya, Yoshi rasa porsi dirinya untuk menjelaskan tetap banyak nantinya.

Waktu terus bergulir, jagung rebus di tangan Yoshi sudah habis dan hanya menyisakan bonggolnya saja.

Sejenak suasana terasa tenang dan hangat. Yoshi mulai berpikir jika lebih baik dirinya berdiam lebih lama lagi di tempat sebelum kembali ke klinik untuk melihat apakah Jeongwoo menghabiskan buburnya atau tidak. Yoshi sungguh tidak punya firasat aneh hari ini---atau setidaknya saat ini, semua seolah berjalan biasa saja. Tapi di detik selanjutnya…

“YOSHI!” 

Yoshi tersentak di tempat. Sontak dia berdiri ketika mendengar suara lantang memanggil namanya. Dirinya berbalik mencari sumber suara, dan menemukan sesosok Jeongwoo dari kejauhan beberapa meter berjalan tertatih-tatih disertai wajah yang tampak kesakitan. 

Walaupun malam hari pencahayaan hanya bersumber dari beberapa lampu dan juga api unggun, tapi Yoshi tetap bisa melihat dengan jelas perban yang tadinya putih bersih berubah menggelap: luka Jeongwoo kembali terbuka.

“Astaga!” Yoshi nyaris tidak bisa bernapas normal. Dengan cepat dia menghapiri Jeongwoo.

Doyoung dan Haruto tanpa diminta langsung segera menyusul Yoshi, dan hampir akan diikuti oleh Junkyu, Mashiho, serta Jaehyuk. Tapi Jihoon kemudian bersuara, “Kalian bertiga diam saja di sini. Biar kami yang urus,” dan setelahnya Jihoon menyusul jejak Doyoung dan Haruto.

Yoshi dengan hati-hati menyandarkan tubuh Jeongwoo ke dadanya. “H-hei, Jeongwoo… K-kenapa kau bisa begini?”

Napas Jeongwoo tersendat, kepalanya terasa berkunang-kunang, dan matanya mulai perlahan memburam. Tapi walau demikian dirinya harus tetap menyampaikan tentang keadaan Junghwan. “J-Junghwan…d-dia sadar, tapi tampak tidak baik. T-tolong bantu dia…” Tangan Jeongwoo merambat mencengkram bahu Yoshi. Dia menggeram rendah. “S-sial,” katanya. “I-ini sakit sekali…”

Jihoon menepuk punggung Yoshi. “Tinggalkan Jeongwoo, biar aku dan yang lain yang antar ke klinik. Junghwan butuh kau sekarang saat ini. Kau tidak akan sanggup mengantar pasien seorang diri, apalagi yang terluka dalam keadaan darurat dan tanpa ada tandu.”

Yoshi menyerngit. Jujur yang dikatakan Jihoon memang benar adanya. Menunggu tandu akan memakan waktu yang lebih sementara kondisi saat ini kedua orang itu butuh bantuan Yoshi, tapi jika memilih salah satu untuk ditangani terlebih dahulu bukan hal yang bagus juga. 

“Tenang saja, kami akan mengantarnya ke klinik dan membantumu mengobatinya. Aku lumayan tahu soal pengobatan.” Doyoung mencoba menyakinkan Yoshi.

Haruto mengangguk. “Berkat kelas kesehatan,” tambahnya.

Menghela napas, mau tidak mau Yoshi harus pergi ke klinik saat ini dan menyerahkan Jeongwoo pada Jihoon, Doyoung, serta Haruto.

“Aku mengandalkan kalian,” katanya, kemudian Yoshi menyerahkan Jeongwoo untuk disandarkan pada Jihoon dan berlari secepat mungkin untuk memeriksa keadaan Junghwan.

Jihoon mengamati keadaan Jeongwoo sejenak, kemudian memberi titah pada dua manusia serigala muda untuk membantunya mengangkat tubuh Jeongwoo dengan sangat hati-hati, sebab jika tidak darahnya akan keluar semakin banyak.

Dan sebelum itu mata Jihoon sempat melihat keadaan sekeliling. Dari klinik hingga aula terbuka, ada banyak orang yang berlalu-lalang  tapi kenapa tidak ada satupun yang membantu Jeongwoo? Entah karena Jeongwoo yang menolak untuk dibantu, atau… ah, Jihoon sangat tahu, keturunan campuran tidak terlalu diperdulikan apalagi jika dia orang baru.

Sialan. Orang-orang si sini sama monsternya dengan Son of The Moon.

.

.

.

Yoshi melesat masuk ke klinik dan menemukan Junghwan yabg kesulitan bernapas dengan dada naik turun hingga perbannya ternodai juga dengan darah dari luka yang terbuka. Mata Junghwan berkedip cepat serta keringat bercucuran dari pelipisnya.

Yoshi mendekat, otaknya berpikir keras dengan keadaan yang sedang dialami Junghwan. 

Yoshi mencoba memanggil Junghwan. “Junghwan… kau dengar aku?”

Tapi tidak ada jawaban.

Di detik selanjutnya mendadak napas Junghwan menjadi normal, tapi bergulirnya waktu napasnya menjadi semakin memburu bagai orang yang habis berlari, dan kemudian… 

“HA!” Junghwan sadar sepenuhnya. “TOLONG!” dia berteriak panik dan memaksakan diri duduk hingga semua lukanya terasa sangat menyakitkan dalam waktu yang bersamaan. “Kami dikejar-kejar moster, tolong kami!” suaranya terdengar serak.

Yoshi menggenggam tangan Junghwan. “Tidak apa, kau sudah aman,” katanya.

“M-mana temanku?” tanya Junghwan.

Lalu tepat setelah pertanyaan itu terlontar, Jeongwoo yang dibawa oleh tandu hidup alias manusia sudah sampai di klinik. Jihoon dan yang lain membaringkan Jeongwoo di ranjang kosong.

Mata Junghwan bergulir melihat keadaan temannya. Dirinya merasa iba, tapi kemudian sekujur tubuhnya terasa sangat sakit. “J-jeongwoo---…”

“Tidak perlu khawatir,” sela Jihoon. “Kalian aman sekarang, dan kalian butuh diobati kembali.”

Junghwan pun terdiam.

Sementara itu Jeongwoo masih memiliki sisa kesadaran, dia berkata, “Ah… ini sakit sekali. Tapi kenapa aku malah merasa seperti pahlawan?”

Haruto berdecak. “Diam. Kau itu terlihat konyol, tahu!”

Yoshi menggeleng pasrah. Ah... Dirasa dirinya akan lembur malam ini. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro