Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13. Pasien

Di dalam klink darurat ada Yoshi yang terduduk di kursi menjaga kedua pasien yang belum kunjung sadarkan diri. Yang bernama Jeongwoo di sisi kanan, sedangkan yang bernama Junghwan di sisi kiri. Kedua pasien ini mendapat luka yang parah---terlebih Junghwan, dia sempat hampir kehabisan darah.

Keduanya mendapat luka cakaran yang dalam dan melebar di daerah depan dada serta punggung, dan juga beberapa lecet di wajah serta daerah badan bagian bawah. Lalu dalam kasus Junghwan terjadi patah tulang, fraktur tertutup (kulit tidak terlihat sobek dan tidak ada tonjolan, tapi tulang di dalam rusak) di kaki kanan serta terdapat retakan kecil pada tulang kaki kiri.

Yoshi yang bertangung jawab atas bidang pengajar, pustakawan, serta kesehatan telah memberikan seluruh penanganan terbaik. Mulai dari membersihkan luka, memberi perban, hingga memasang gips seadanya untuk kaki Junghwan. Semuanya Yoshi kerjakan sendiri, dan dengan harapan kedua pasien itu bisa cepat membaik.

"Eugh..." Jeongwoo di sisi kanan melenguh. Kedua matanya mulai terbuka perlahan, dan kemudian berkedip dengan cepat untuk menyesuaikan pencahayaan ruangan. "I-ini... di mana?"

Oh, pasien ada yang sudah sadarkan diri. Kurang lebih begitulah yang Yoshi pikirkan.

Jeongwoo memaksakan untuk mendudukan diri di atas ranjang.

Yoshi bergerak cepat, menyangga kedua bahu Jeongwoo dan membantunya duduk dengan hati-hati. "Dimohon untuk jangan banyak banyak bergerak. Lukamu masih basah," kata Yoshi.

"Argh..." Jeongwoo mengerang pelan. Wajahnya menyerngit. Kemungkinan besar dirinya baru merasakan sakit pada lukanya. Dia pun menghela napas sejenak, menyadari bahwa dirinya tidak memakai pakaian atas apapun---hanya perban yang membalut luka, dan celana panjang di balik selimut. "Aku ada dimana?"

"Di klinik," jawab Yoshi sekenanya.

Mata Jeongwoo meneliti sekeliling. Ruang yang terlihat tidak luas, hanya ada dua ranjang yang satunya digunakan oleh temannya, serta dekorasi yang jauh dari kata klinik. "Kau yakin ini bukan kamar biasa? Untuk anak kembar?"

Yoshi menggidikan bahu. "Aku akui dekorasi tidak seperti klinik, tapi percayalah jika tempat ini memang klinik." Dia menyengir. "Oh, ya, namaku Yoshi."

"Aku Jeong---..."

"Jeongwoo, aku tahu," potong Yoshi. "Masih ingat orang yang menemukan dan membantumu kemarin malam? Aku diberitahu mereka."

Klek!

Pintu terbuka, menampakan sesosok Jihoon yang baru saja tiba.

"Sudah sadar rupanya..." kata Jihoon pada Jeongwoo.

Tak lama kemudian, Hyunsuk juga turut tiba di klinik.

Raut wajah Hyunsuk dan Jihoon tampak sedikit tidak bersahabat. Yoshi menduga kedua orang itu sedang berselisih pendapat saat dalam perjalanan kemari.

Hyunsuk melirik sejenak pada Junghwan yang belum sadarkan diri. Di sisi kiri, dengan perban yang sama seperti Jeongwoo di dadanya, dan kaki yang digips seadanya.

Jihoon berdeham pelan. "Kau ingat aku?" tanyanya pada Jeongwoo.

Jeongwoo menyergit. "Eh... sepertinya tidak?" nadanya terdengar tidak yakin.

Oke, itu normal saja terjadi pada korban yang baru mengenalkan diri dan kemudian tidak sadarkan diri tanpa sempat membiarkan orang yang bertanya memperkenalkan dirinya juga.

"Aku Jihoon. Kita bertemu kemarin malam---pada kejadian yang tidak mengenakan. Saat itu kau langsung tidak sadarkan diri setelah memberi tahu namamu," jelas Jihoon.

Jeongwoo terdiam sejenak. Kejadian tidak mengenakan, ya? Ah... dia ingat. "Ada makhluk aneh mengejar aku dan temanku. Wujudnya seperti serigala, tapi dapat berdiri tegak seperti manusia dan tingginya lebih dari manusia biasa. Matanya merah, gigi taringnya mencuat keluar, badannya besar dan berotot, dan..." Jeongwoo kembali terdiam. Kerutan di dahinya semakin terlihat jelas. "... Makhluk itu mengincar Junghwan, temanku."

Yoshi tertegun. "Lalu apalagi yang kalian berdua alami malam itu?"

Jeongwoo kembali mengingat. Wajahnya sedikit menyerngit kesakitan kala rasa perih menyambar dari daerah dada. "Kami dari kegiatan berkemah. Aku dan Junghwan terpisah sangat jauh dari kelompok, kami tersesat. Di pertengahan jalan makhluk itu pun muncul dan langsung menyeret Junghwan dari belakang. Kami mencoba melawan, dan untungnya berhasil kabur. Kami lari secepat mungkin tanpa arah dengan harapan makhluk itu berhenti mengejar. Tapi kami berhasil ditemukan," cerita Jeongwoo. "Tidak sempat melawan lagi, makhluk itu dengan cepat menyerang, tapi hanya Junghwan saja yang diserangnya. Junghwan dilempar dan jatuh dengan kaki yang salah, dia patah tulang. Lalu makhluk itu mencakar dada Junghwan berkali-kali. Aku tidak tinggal diam, aku melawan demi temanku tapi aku malah terkena cakarannya juga."

"Lalu apa ada yang membantu kalian?" tanya Jihoon.

Jeongwoo mengangguk pelan. "Aku berteriak minta tolong, seorang pria datang dari hutan dan menyerang makhluk itu. Makhluk itu terluka parah, tapi meskipun begitu cakar-cakarnya yang kuat dan tajam berhasil membuat kemenangan: makhluk itu memenggal kepala pria itu lalu membelah tubuhnya dan memakan darah beserta beberapa isi perutnya." Mendadak napas Jeongwoo tersendat. Tubuhnya menegang ketakutan. "A-aku tidak tahu apa yang terjadi. Yang aku lakukan hanya menyeret tubuh Junghwan agar bisa bersandar, lalu kembali berteriak minta tolong. Dan saat aku mendegar sayup suara lain, makhluk itu sudah kabur, pergi entah kemana."

Hah... Yoshi menghela napas. Cerita dari Jeongwoo nyaris membuat Yoshi menahan napas sepanjang penjabaran. "Mimpi buruk itu datang lagi," katanya.

"Son of The Moon sialan itu kembali lagi," Jihoon berguman pelan. "Jeongwoo, kau tenang saja. Sekarang kau dan temanmu aman di sini. Jangan khawatir."

Kemudian Jihoon berbalik, hendak melangkah pergi untuk mengerjakan sesuatu setelah mendapat informasi tersebut. Tapi suara Hyunsuk menginterupsi.

"Dia mengincar temanmu karena Junghwan merupakan keturunan murni," kata Hyunsuk.

Apa?

Jihoon kembali berbalik. Matanya menatap dengan sedikit sorot menghakimi tentang penilaian Hyunsuk. Selain itu, Jihoon tidak mau terlibat pembicaran dengan Hyunsuk, mengingat beberapa saat yang lalu mereka berdua sempat berada di pendapat yang berbeda dan berakhir dengan ajang 'diam-diaman', jadi Jihoon tidak akan merespon dengan kata-kata.

"Kau tahu dari mana?" Yoshi bertanya.

"Semua keturunan murni bisa merasakan dan membedakan golongan hanya dari indera penciuman. Junghwan keturunan murni, aku tahu sejak pertama kali melihatnya, itulah sebabnya dia jadi incaran utama. Sedangkan Jeongwoo hanyalah keturunan campuran dengan gen yang sangat lemah, oleh karenanya makhluk itu tidak mengincarnya," jelas Hyunsuk. "Makhluk itu menyerang Jeongwoo karena diganggu saat hendak menyantap Junghwan."

Menyantap Junghwan? Astaga, Jeongwoo merasa ada banyak sekali hal aneh dari perkataan itu. "Maaf, tapi---,"

"Yoshi yang akan menjelaskannya nanti. Sekarang kau istirahat saja, jangan terlalu memikirkan temanmu. Keturunan murni bisa memulihkan diri dengan cepat. Perhitunganku dia akan sadar nanti malam dan lepas dari gips dalam kurun waktu 2 hari," sela Hyusuk.

Hyunsuk mengangguk pelan. Dia menghela napas. "Baiklah kalau begitu, aku pamit dulu. Ada banyak hal yang harus dilakukan." Dia pun beranjak keluar klinik tanpa turut serta mengajak Jihoon.

Yoshi menatap Jihoon dengan sorot penuh tuntutan. "Apa yang terjadi antara kalian berdua?"

Jihoon terdiam sejenak, sebelum kemudian tersenyum lebar sembari menggidikan bahu dan mengeluarkan kalimat dengan nada yang ceria. "Kami baik-baik saja..."

Ck, cara yang basi menutup bau pertengkaran! []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro