Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

| |15. Clear| |

Taehyung sudah agak sadar saat Jungkook telah menepikan mobilnya di sebuah mini market dua puluh empat jam di pesisir laut. Jungkook melemparkan minuman pereda mabuk yang langsung ditangkap oleh Taehyung. “Kenapa aku bisa ada di sini? Dimana Sana?” tanya Taehyung setelah ia menghabiskan minuman itu.

Jungkook menghela napas seraya menatap hamparan laut luas di hadapan mereka. Ia meneguk bir kalengnya, lalu menyahut. “Sana masih ada di kedai bersama Nayeon dan Jungyeon. Aku sengaja menawarkan diri untuk mengantarkanmu karena ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu.”

Taehyung mengangkat alisnya bingung, tangannya refleks mengambil sekaleng bir tapi langsung ditepis tegas oleh Jungkook. “Hyung jangan minum lagi! Kau baru saja sadar.”

Taehyung berdecak kesal lalu melipat kedua tangannya. “Cepatlah bicara! Aku tidak punya waktu banyak!”

“Kau pasti kesal, kan. Saat aku mengatakan kalau aku dan Sana sudah berciuman?”

Ya, apa maksud pertanyaanmu itu?”

“Katakan, hyung kesal atau tidak?” Taehyung langsung mencengkram kerah kemeja Jungkook dengan wajah memerah menahan emosi. “Brengsek! Apa maksud perkataanmu itu? tentu saja aku sangat kesal dan marah!”

Jungkook mendecih, “Bukannya dulu kau yang menitipkannya padaku? kupikir kau tidak sebodoh itu untuk melupakan apa yang telah kau katakan padaku.” Taehyung semakin mengeraskan cengkramannya. Rahang tegasnya menggambarkan kekesalannya yang telah memuncak. “Dengar, kalau kau masih membahas hal bodoh itu, sebaiknya kau siap-siap saja, karena kau tidak akan segan menghabisimu jika masih ingin merebut Sana dariku,” peringatnya.

Dalam sekali sentak, Taehyung melepaskan cengkramannya. Taehyung berbalik, hendak meninggalkan Jungkook jika saja lelaki itu tidak kembali menyahut. “Kau jangan khawatir hyung, sejak awal kau lah pemenangnya.”

Taehyung menghentikan langkahnya, ia menatap Jungkook dengan pandangan bertanya sedangkan Jungkook kembali melangkah mendekatinya. “Sejak awal Sana hanya memikirkanmu, bahkan di saat aku menciumnya, dia sama sekali tak membalas—aahh ani, sejak awal aku tahu kalau Sana pasti akan menolakku.”

“Jadi—apa ini sebuah pengakuan kalau kau tidak akan mengganggu kehidupan kami lagi?”

“Tunggu, aku belum selesai.” Saat ini mereka saling berhadapan. “Selama ini aku hanya dapat melihat Sana yang kesepian dan merindu, ini kali petamaku bisa melihatnya tertawa bahagia saat bersamamu. Jadi—aku harap kau bisa menjaganya dengan baik karena hanya kau yang ia harapkan.”

Taehyung tersenyum remeh, entah pujian atau bualan yang baru saja Jungkook katakan, yang jelas ia paling tidak suka jika ada yang mengatur hidupnya. “Dengar, itu urusanku. Kau sama sekali tidak berhak mengaturku atau Sana. Tanpa kau mengatakannya pun, pasti aku akan menjaga Sana. Kau mungkin baru mengenalnya selama beberapa bulan, sedangkan aku sudah bertahun-tahun. Orang asing sepertimu tidak pantas untuk menceramahiku.”

“Baiklah, aku hanya ingin mengatakan itu saja supaya aku bisa tenang.” Jungkook menepuk bahu Taehyung guna mencairkan suasana. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang sebelum aku berangkat.”

Taehyung mendengus. “Memangnya kau akan kemana?”

“Aku akan melanjutkan studiku ke Jepang. Oh ya, jangan lupa untuk mengundangku saat kalian menikah nanti.”

Taehyung menyusul Jungkook dan memasuki mobil di samping kemudi. “Tentu saja, ibuku akan marah jika kau tidak datang.”

Jungkook tertawa, disusul dengan kekehan kecil Taehyung. Pada akhirnya, mereka telah meruntuhkan bongkahan es yang sudah sejak tadi pagi dibangun.

Sementara itu, sudah sejak sepuluh menit yang lalu Sana mondar-mandir di depan rumah Taehyung. Nayeon dan Jungyeon langsung tertidur begitu sampai, tinggalah Sana dengan segala kecemasannya. Begitu melihat mobil Taehyung, buru-buru Sana langsung menghampirinya. Namun alis gadis itu langsung mengerut saat menyadari hanya Taehyung saja yang keluar dari mobil. “Jungkook, mana?”

Taehyung mendelik sebal, “Bukannya menanyakan keadaanku kau malah mencari Jungkook? kau sebenarnya pacarku atau Jungkook?”

Sana menghela napas, “Tentu saja kau pacarku, tapi mana Jungkook? bukannya tadi ia bersamamu, ya?”

Taehyung melepaskan pelukannya lalu berjalan menuju rumahnya, meninggalkan Sana yang terus-terusan menanyakan keberadaan Jungkook. “Dia sudah pergi.”

“Apa? Pergi? Jangan-jangan kau membunuh—“

“Kau memikirkan apa sih? Jungkook pergi ke Jepang! Aku baru saja mengantarnya ke bandara dulu tadi,” ujar Taehyung sembari melemparkan jaketnya ke mesin cuci.

“Ke Jepang? Kapjagi?”

Taehyung mengangkat kedua bahunya. “Dia hanya mengatakan akan melanjutkan studinya di sana. Oh ya, dia juga minta maaf karena tidak sempat pamitan.” Taehyung berjalan mendekat ke arah Sana, lalu mengangkat wajah gadis itu yang terus menunduk. “Kau kenapa? kau sedih karena Jungkook pergi?”

Tanpa di duga, Sana malah mengangguk, membuat Taehyung menyesal telah bertanya. “Ck, kau selalu membuatku gemas dan kesal di waktu bersamaan, ya? Menyebalkan.”

Sana mendongak lalu menatap Taehyung dalam, “Apa Jungkook akan kembali? Aku belum sempat minta maaf dan berterima kasih padanya.”

Taehyung menghela napas, ia mengusap dan menyisir rambut Sana ke belakang telinga lalu mengecupp bibir Sana lama. Hanya sebuah kecupan, lalu kembali menjauhkan wajahnya. “Dengar, kau tidak usah memikirkan Jungkook lagi. Saat ini kau hanya harus memikirkan tentang kita. Hanya kita.”

“Tapi—“

Taehyung kembali membungkam Sana dengan bibirnya. Kali ini bukan hanya kecupan, Taehyung juga melumat dan menggigit gemas bibir Sana. “Jangan buat aku kesal lagi. Sudah, ini sudah sangat malam. Sebaiknya kita segera tidur.”

“Kita?”

“Iya, kita. Kamarmu kan dipakai dua temanmu itu.”

“Kan masih ada kamar lain yang kosong?”

“Itu sudah dijadikan gudang! Ayo, malam ini kau tidur di kamarku saja,” ujar Taehyung santai sementara Sana masih membeku ditempatnya. Taehyung yang sudah membuka pintu akmarnya kembali memanggil Sana. “Ayo, aku sudah sangat mengantuk!”

Sana mendengus, sebenarnya tidur sekamar seperti ini sudah biasa bagi mereka dulu—iya, dulu, tapi Sana tak pernah menyangka jika saat ini kejadian itu akan kembali terualng. Buru-buru gadis itu masuk ke kamar Taehyung lalu menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. “Kau pake selimut yang lain ya! Dan jangan lewati batas! Besok aku masih ada meeting jadi harus tidur nyenyak, oke? Selamat malam.”

Sementara itu, Taehyung yang masih diambang pintu hanya melongo melihat tingkah ajaib Sana. Sebuah gelengan dan dengusan geli muncul setelahnya. Astaga, kenapa seimut ini sih? Taehyung kan jadi tidak tahan.

Ciee digantung wkwk

Tinggal giliran Tzuyu nih, terus apalagi ya? Sampe nikah aja ya? Hehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro