Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

| |0. Let's Break Up!| |

      "Aku mau kita putus!"

      Rentetan kalimat itu seolah menjadi sebuah ledakan besar di benak Taehyung. Lengannya mengepal seiring dengan amarah yang belum sepenuhnya lenyap. Ini bukan kali pertama mereka bertengkar soal tagihan sewa yang terus menunggak jadi—seharusnya gadis keturunan jepang itu tidak selalu mengungkit masalah ini dengan hubungan mereka.

      "Ya! apa ini karena aku belum membayar uang sewa? oke—minggu depan setelah aku mendapat gaji pertamaku aku akan—"

      "Ani! " potong Sana. Ia bangkit, berjalan mendekat kearah Taehyung dengan dagu terangkat. "Apa kau tidak sadar kalau kau telah melakukan kesalahan? ini bukan soal uang sewa."

     Kening Taehyung mengerut, pemuda itu memutar otaknya keras, mencoba mencari kesalahan apa yang telah ia perbuat hingga membuat Sana ingin memutuskan hubungan mereka yang sudah terjalin hampir lima tahun lamanya. Ia ingat kalau ia tidak membayar parkir pagi tadi, lalu setelah ia makan malam tadi, ia lupa mencuci piringnya lalu ia tidak meletakan sepatunya ditempatnya dan—rentetan kecerobohan sepele seorang Kim Taehyung lainnya yang sudah tidak terhitung jumlahnya.

      "Lupakan, kau bahkan tidak mengingatnya," ucap Sana jengkel karena sedari tadi pemuda itu hanya bengong dengan muka bodohnya itu.

      "Kau marah karena aku tidak mencuci piring kemarin malam?"

      "Apa?"

      "Aku lupa mencuci piring kemarin malam karena terlalu lelah, aku minta maaf. Aku selalu menyimpan sepatu dan kaus kaki dimana saja, aku minta maaf. Aku juga selalu terlambat untuk membayar uang sewa rumah kita, aku minta maaf. Dan—apapun kesalahan yang aku perbuat, yang membuatmu marah, aku minta maaf." Taehyung mengakhiri permintaan maafnya itu dengan tertunduk penuh penyesalan.

      Oh, Kim Taehyung. Kau sungguh aktor yang berbakat!

      Sementara itu, Sana mendengus melihat akting murahan pemuda itu. Bukannya ia tidak menghargai—tapi, ia berani bertaruh kalau pemuda itu akan melakukan hal yang sama lagi setelah mengatakan semua itu. Itu hanya omong kosong belaka! dan mungkin, Sana masih bisa menerima hal itu karena selama ia memutuskan untuk tinggal bersama sejak dua tahun terakhir, ia sudah terbiasa.

      Ia sudah kebal dengan segala tingkah malas dan manja seorang Kim Taehyung. Namun, ia sudah tidak tahan dengan apa yang pemuda lakukan kemarin malam.

      "Taehyung-ah"

      Taehyung mendongak kecewa saat mendengar namanya keluar dari gadis itu dengan begitu serius. Sana tidak pernah memanggilnya dengan namanya langsung seperti itu, itu artinya gadis itu marah sungguhan kepadanya.

     "Aku tidak ingin mendengar semua permintaan maafmu. Aku—aku sudah lelah dengan semua ini. Sebenarnya—ini bukan murni kesalahanmu tapi—kau membuatku semakin ingin mengakhiri ini semua."
      Taehyung terdiam, memilih mendengarkan perkataan gadis itu daripada harus mendengar amukannya lagi seperti tadi.

      "Belakangan ini, pekerjaanku menumpuk dan saat pulang, aku ingin langsung istirahat tapi kau—kau selalu membuatku kesal dengan keadaan rumah yang berantakan saat aku pulang. Belum lagi, kau selalu merengek ingin ditemani nonton drama kesukaanmu hingga tengah malam. Taehyung, aku bukan ibumu yang harus mengurusmu dari pagi hingga malam! aku juga butuh istirahat! aku butuh kebebasan!" setetes air mata mengalir dipipinya tanpa dapat dicegah.

      Buru-buru, Sana mengusapnya kasar. Beban yang selama ini ia pendam terasa menguap setelah ia mengatakan itu semua. Walaupun merasa sedikit sesak, Sana merasa lega.

      "Oh—jadi aku ini beban?" Taehyung berdecih pelan, ia terkekeh—bukan meremehkan, tapi lebih kepada tidak percaya kalau gadis yang begitu ia cintai setengah mati menganggap dirinya beban selama ini. Oh, kenapa Taehyung merasa sangat bodoh baru menyadarinya sekarang?

      "Tae, bukan begitu—aku hanya—"

      "Kau ingin kebebasan? oke, mulai sekarang, aku tidak akan memperdulikanmu lagi. Mari kita putus!"

     Berbarengan dengan itu, suara gemuruh petir disertai hujan deras terdengar dengan keras. Membuat suasana semakin tegang. Sana mematung ditempatnya, memejamkan matanya erat hingga air matanya terus menerobos keluar.

Ini keinginannya, kan? tapi kenapa hatinya sangat sakit?

     Sana menghembuskan napasnya, setelah agak tenang Sana berujar. "Diluar sedang hujan, sebaiknya kau pergi dari sini besok pagi saja. Itupun kalau kau mau."

     Taehyung yang sedang meneguk air minum tersedak. "Apa? kau mengusirku?!"

     "Bukankah hubungan kita sudah selesai? sudah sepatutnya kau keluar dari rumah ini!"

      "Tapi ini rumahku juga! aku juga ikut membayar sewa!"

      "Kau lupa? kau hanya ikut membayar selama tiga bulan! kalau perlu, aku akan mengembalikan uangmu setelah aku menerima gaji nanti."

      Taehyung berdecak tidak percaya. Setelah putus, ia diusir pula? kesialan macam apa ini?

      Matanya menangkap sebuah spidol permanen diatas nakas. Sebuah ide konyol tiba-tiba terlintas dibenaknya hingga ia menarik sebelah sudut bibirnya dengan percaya diri.

      Tanpa pikir panjang, Taehyung mengambil spidol itu, membuka tutupnya lalu menggoreskan tintanya ke permukaan lantai, membuat Sana memekik. "Ya! apa yang kau lakukan?!"

      Taehyung tidak peduli, ia terus menarik garis dengan spidol itu hingga rumah itu seakan dibagi menjadi dua. Taehyung tersenyum, ia melemparkan spidol itu lalu menatap mahakaryanya dengan senyum mengembang.

     "Kau gila?! Bibi Seon bisa memarahi kita jika dia melihat ini!"

     Taehyung melirik Sana santai, seolah mengatakan 'aku-tidak-peduli'.

     "Begini, biar adil, bagaimana kalau kita berbagi tempat?" Taehyung mengeluarkan argumen yang sejak tadi berseliweran dibenaknya. "Ini wilayahku." Taehyung menunjuk lantai di pijakannya lalu menunjuk lantai di bawah Sana. "Dan itu wilayahmu."

     Taehyung beralih pada garis hitam yang baru saja ia buat. "Dan ini batasnya, kau berada di wilayahmu dan aku berada di wilayahku. Bagaimana itu adil, kan?"

     "Ya! kau pikir ini sebuah lelucon? kau bisa saja menerobos masuk ke kamarku saat aku tidur!"

     "Siapa yang mencoba menerobos ke wilayah yang dilarang, dia harus dihukum. Kita buat peraturan saja, bagaimana, setuju?"

     Sana berpikir sejenak. Sebenarnya, ia pikir penawaran konyol Taehyung cukup masuk akal tapi—bukankah rasanya aneh berbagi rumah dengan mantan sendiri?

     "Ya! kau mendengarkanku, tidak?"

     "Hah, apa?"

     Taehyung berdecak, ia mengulang perkataannya sekali lagi. Dia mengangkat sebuah hvs yang entah sejak kapan telah penuh dengan tulisan ceker ayam berwarna merah. Tulisan siapa lagi kalau bukan Taehyung.

"Dilarang mengganggu kehidupan satu sama lain, dilarang membuat keributan, dilarang melewati batas, dilarang mencampuri urusan satu sama lain dan terakhir, dilarang membawa teman kencan ke rumah. Ada tambahan?"

     Sana melongo, peraturan macam apa itu? ia bahkan tidak bisa leluasa kecuali saat dikamarnya sendiri, begitu?

      "Satu-dua-tiga, oke waktu habis! aku akan menempel peraturan ini di belakang pintu masuk."

      Taehyung bangkit, merekatkan hvs itu di belakang pintu dengan solatip.

      Sementara Sana hanya menghela napas, sebenarnya apa yang ada dipikiran pemuda itu sih? kalau masih satu rumah, itu artinya mereka akan terus bertemu dan aarghh—Sana menjambak rambutnya kesal, kanapa ia harus terjebak dengan pemuda konyol seperti Taehyung, sih?

      Andai saja Sana memiliki cukup uang untuk kembali ke kampung halamannya di Jepang, mungkin Sana akan memilih kabur saja kesana. Tapi—dengan kondisi keuangan juga rasa tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya membuat Sana hanya bisa bertahan. Ia tidak mungkin pulang ke rumahnya dengan tangan kosong, setidaknya harus ada sesuatu yang ia petik setelah tinggal selama sepuluh tahun di negeri orang.

     Taehyung sudah kembali masuk ke dalam kamarnya, ia benar-benar menganggap Sana tidak ada—bahkan Taehyung tidak mengucap selamat malam atau sampai jumpa, ia hanya melenggang masuk ke kamarnya dengan santai seolah semua kekacauan tadi tidak pernah terjadi.

     Sementara Sana menghembuskan napas kasar, ia kembali melirik kertas hvs itu. Baiklah, kalau itu mau Taehyung, Sana akan menurutinya, mulai sekarang ia akan menganggap Taehyung sebagai orang asing atau mungkin—orang gila yang kebetulan berbagi rumah dengannya.

     Sana hanya bisa berharap, semoga besok, ia tidak berpapasan dengan Taehyung.

🏡

      Tidak ada lagi ucapan selamat pagi serta kecupan singkat dikeningnya. Pagi ini terasa asing bagi Sana karena ia sudah terbiasa dengan perlakukan manis si pemuda Kim.

     Lengannya bergerak mengusak rambutnya kesal, seakan saat ia mengacak rambutnya, memori tentang Taehyung yang melekat padanya akan keluar dengan sendirinya.

      Sana mengerjap-ngerjap, menguap sambil merentangkan tangannya. Walaupun terasa asing, pagi ini terasa lebih indah dari biasanya. Matahari telah bersinar cukup terik dengan udara hangat dan—astaga, matanya membelalak saat melihat jam tengah menunjuk pada angka sembilan.

      Dengan secepat kilat, Sana menyambar handuk, menyikat gigi sambil menyiapkan pakaian yang akan ia pakai. Astaga, pagi ini ia ada presentasi, kenapa ia harus bangun terlambat sih.

      Setelah gosok gigi, ia berkumur, mencuci muka cepat lalu membasahi rambutnya supaya terlihat lebih segar. Ia tidak memiliki banyak waktu lagi untuk mandi—akhirnya, Sana hanya mengganti piyama tidurnya dengan dress peach selutut dengan kardigan juga tas berwarna ungu yang selalu setia menemaninya.

      Baru saja ia keluar dari kamar, matanya bersiborok dengan Taehyung yang—entah kebetulan macam apa—juga baru keluar dari kamarnya. Pemuda itu bahkan masih terlihat acak-acakan, dengan celana boxer juga kaus kebesarannya yang bergambar donald duck.

      Sana memalingkan wajah lebih dulu, lalu berjalan kearah pantry dan mengambil sepotong roti yang baru saja keluar dari panggangan, lalu mengolesnya dengan selai cokelat.

      Sementara pemuda itu sudah masuk ke kamar mandinya—omong-omong, di dalam kamar Taehyung tidak ada kamar mandi seperti di kamar Sana, jadi ia menggunakan kamar mandi yang ada di dekat dapur.

      Sana tidak begitu memperdulikan Taehyung. Ia menyantap sarapan pagi sederhananya sebentar lalu berjalan ke arah rak sepatu. Refleks, tangan Sana meraih sepatu Taehyung dan meletakannya dibawah. Sana terdiam begitu menyadari apa yang baru saja ia lakukan.

      Sial, ia sudah terbiasa menyiapkan sepatu Taehyung.

      Sana kembali menyimpan sepatu itu di rak, lalu meraih flat shoes peach-nya sebelum memutuskan untuk berangkat kerja.

      Semantara Taehyung, entah sejak kapan pemuda itu mengamati Sana hingga ia keluar rumah. Jujur saja, ia tidak begitu ingin hubungan mereka kandas tapi—ia juga tidak bisa memaksakan kehendak untuk terus melanjutkan hubungan ini.

     Baginya, kebahagiaan Sana adalah segalanya. Biarpun kini statusnya sudah bukan lagi pacarnya, ia akan tetap memastikan kalau gadis itu baik-baik saja.

     Sebut saja ia egois karena ingin terus melihat gadis yang notabenenya sudah menjadi mantannya. Tapi, Taehyung memilih tetap menjadi egois daripada harus kehilangan orang yang sangat ia cintai.

🏡

Hii! Welcome to my imagination! Emmm... Honestly, aku udah kepikiran cerita ini sejak lama tapi aku ragu buat ngepost ><

This is my first ff about TaeSana, so hope you like it :"

Cerita ini keknya bakalan simple but—ahh you can know it in the next chapter. Hehe.

Anyway, wdyt about this?
Next or stop?

Ps. Sepertinya cerita ini upnya akan agak lama :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro