Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Dengarkan dan Jalankan!

Serangan pertama Pangeran Erdu sudah dia lihat. Entah berapa banyak serangan lagi yang akan Shaka dan Kaili temui nantinya. Dia tidak bisa diam di tempat. Tidak bisa hanya mengandalkan ilmunya yang masih berada di tingkat tengah. Dia belum sepenuhnya bisa mempelajari ilmu panas dan dingin, ilmu tertinggi atau yang biasa di sebut dengan ilmu dewa.

Shaka mengeluarkan pagoda yang diberikan Ratu Annaki dari tas kunnya. Pagoda ini sama sekali bukan untuk melindungi dirinya, melainkan untuk melacak keberadaannya. Pagoda yang dia berikan ini adalah alat yang bisa melacak keberadaan dengan energi dan bau dari tubuh seseorang.

Shaka tahu, Ratu Annaki memiliki satu pagoda lagi untuk memantau keberadaannya. Dari awal, Ratu Annaki tahu kalau dirinya memiliki darah dingin, darah yang bisa mengendalikan seluruh kekuatan yang bersifat dingin di dunia ini. Shaka juga tahu kalau penjagaan, keamanan, serta kelembutan yang diberikan sang ratu hanya untuk membuatnya betah berada di istana, agar suatu saat nanti, dia bisa menyerap seluruh energi dingin dari darah Shaka untuk menyempurnakan ilmu dewanya.

"Jika Ratu Annaki tahu kalau Kai memiliki energi panas, tidak menutup kemungkinan nyawa Kai akan jadi taruhan."

Kaili manusia istimewa. Dia memiliki energi panas dalam tubuhnya. Jika terus dipicu, racun yang mengalir dalam darah perempuan itu bisa membangkitkan kekuatan panas dalam dirinya. Namun, Shaka tetap tidak boleh gegabah. Kaili adalah kunci utama untuk menghancurkan Ratu Annaki.

Ilmu dingin tidak akan menjadi apa-apa jika tidak diiringi dengan ilmu panas.

"Lata, panggil Kai ke sini." Shaka memberi titah seraya berdiri dari kursi kebesarannya. Laki-laki itu lantas melangkah keluar dari tenda miliknya.

Sebelum memicu kekuatan panas dalam tubuh Kaili, dia harus mengajari perempuan itu ilmu bela diri. Dengan begitu, di masa mendatang dia tidak akan kesulitan untuk menghadapi berbagai serangan musuh. Setidaknya, nyawa Kaili tidak terancam selama dia bisa menguasai beberapa jurus yang Shaka ajarkan.

Alis Shaka terangkat sebelah saat melihat Kaili berjalan sambil membaca kitab yang sebelumnya dia berikan. Sesekali perempuan itu melakukan gerakan ringan, seperti merentangkan tangan ke depan, sementara matanya fokus ke arah kitab.

"Tidak benar. Di mana menyimpan jarum-jarum peraknya? Bukankah jarum ini beracun?" Suara Kaili yang nampak kebingungan menyentuh indra pendengaran Shaka.

Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Kaili tanpa suara. Sebelum perempuan itu menyadari kehadirannya, tangan Shaka sudah merengkuh pinggangnya, menarik tubuh Kaili mendekat lalu berbisik, "Di sini. Jarum perak itu akan di simpan di sabuk yang kamu kenakan."

***

Mata Kaili terbelalak saat merasakan sentuhan di pinggang serta bisikan di telinga diiringi dengan embusan napas yang membuat bulu kuduknya meremang. Pandangan perempuan itu turun, melihat ke arah tangan yang melingkar di pinggangnya.

Sejenak Kaili menahan napas, tiga jam membaca dan mempelajari isi kitab yang diberikan Lata padanya, Kaili sudah menghafal satu jurus dari kitab itu. Hanya saja, melakukan jurus itu memerlukan kontrol emosi yang baik serta konsentrasi pada satu titik yang dijadikan target.

Matanya terpejam, sementara otaknya dia fokuskan untuk penyerangan. Kakinya perlahan bergerak ke samping, lalu dengan gerakan cepat, Kaili melepaskan tangan Shaka dari pinggangnya, memutar kedua pergelangan tangan laki-laki itu. Shaka yang nampaknya tidak siap, nyaris terjatuh saat Kaili membalikkan posisi badannya menjadi pemegang kendali.

Dia hampir merasa puas dengan usahanya jika Shaka tidak menjatuhkan tubuhnya ke atas tanah hanya dengan menendang kakinya. Kaili meringis saat merasakan sakit akibat benturan pada punggungnya. Pandangannya naik ke arah Shaka yang menunduk sembari tersenyum remeh.

"Saya cukup terkesan dengan kamu. Jurus paling rendah dan mudah bisa kamu praktikkan setelah mempelajari selama tiga jam. Tidak buruk, tapi tidak terlalu baik." Tangan Shaka terulur ke hadapan Kaili. Sembari mendengkus kesal, perempuan itu menyambut uluran tangan Shaka hingga dia kembali berdiri di hadapan laki-laki itu.

"Apa yang salah?" Kaili merasa semua gerakannya sudah pas. Namun, kenapa pertahannya menjadi lemah hingga mudah mendapat serangan balik dari Shaka?

"Kamu terlalu ceroboh, Kai. Di dalam kitab sudah jelas tertulis harus mengontrol emosi dengan baik. Saya lihat, kamu seperti memiliki dendam pribadi sama saya. Dan lihat? Kamu bahkan tidak bisa mempertahankan posisi kamu agar tetap berdiri tegak."

Kaili memejamkan mata. Sialan! Dia benar-benar ingin menyobek mulut Shaka. Andai saja gurunya tidak menyuruh dia bekerja sama dengan laki-laki ini, sudah dipastikan Kaili akan membunuhnya tanpa segan.

"Perhatikan ini. Jangan sampai saya mengulang lagi," ujar Shaka. Salah satu kakinya mengambil langkah mundur, sementara kakinya yang lain mulai melakukan gerakan memutar. Perlahan, tapi mampu membuat debu serta daun yang berada di sekitar kakinya terangkat.

Tatapan laki-laki itu seperti elang. Lalu dia melakukan pergerakan lincah. Kakinya yang semula menapak di atas tanah, kini terangkat ke udara. Satu tangannya seolah mengendalikan tubuh, sementara tangannya yang lain menyentuh pinggang lalu tidak lama kemudian Shaka menerbangkan jarum perak dari sela jari telunjuk dan jari tengahnya ke arah Kaili.

Dengan gerakan cepat, Kaili menghindari serangan dadakan Shaka hingga jarum ini tertancap pada dahan pohon yang berada di belakangnya. Shaka memamerkan senyum puas sebelum kembali berdiri di depan Kaili.

Kaili ingin marah, membentak, mencaci maki seperti yang sudah-sudah pada laki-laki keparat ini. Namun, dia sedang berada di kandang Shaka. Kapan pun laki-laki itu mau, dia bisa mengambil nyawanya kapan saja. Lebih baik cari aman dengan menelan amarahnya kuat-kuat.

Sabar, Kaili, sabar. Jangan marah.

"Kalau kamu punya kemampuan. Ikuti gerakan yang baru saja saya perlihatkan." Shaka bersiul sekali, lalu Lata datang dengan membawa sabuk hitam yang memiliki desain yang cukup menarik perhatian Kaili.

"Silakan, Ketua." Lata menyerahkan sabuk itu pada Shaka lalu pergi setelahnya.

"Mempelajari isi kitab jurus jarum mematikan itu akan memakan waktu bertahun-tahun lamanya. Saya tidak mungkin membuat nyawa saya terancam hanya karena kamu tidak bisa menguasai ilmu bela diri." Tangan laki-laki itu membuka pengait sabuk sembari berjalan mendekati Kaili.

Kaili ingin menjauh. Namun, tangan Shaka lebih dulu merengkuh pinggangnya hingga Kaili tidak bisa pergi.

"Namun, saya punya cara yang lebih mudah dan cepat. Jika kamu mengikuti jurus yang sudah saya perlihatkan tadi, ilmu dasar dari jurus jarum ini tidak penting." Shaka melanjutkan ucapannya. Sementara tangan laki-laki itu sudah berhasil memasangkan sabuk hitam di pinggangnya.

"Apa ini?" Jantung Kaili berdebar, matanya memerah, bahkan mulutnya tidak bisa lagi mengeluarkan suara barang sepatan kata pun saat merasakan perutnya seperti tertusuk oleh banyak benda tajam. Rasanya seperti jarum yang terus menusuknya tanpa henti.

"Pa-Pangeran ti-dak berniat membunuhku, bukan?" Kaili berujar terbata. Semakin dia marah, semakin banyak pula tusukan yang ada di perut serta pinggangnya. Sakit. Sakit sekali sampai Kaili memuntahkan darah usai batuk berkali-kali.

Melihat keadaan Kaili, Shaka sama sekali tidak menunjukkan rasa empati. Entah apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu. Namun, Kaili benar-benar tidak ingin mati. Dia tidak boleh mati.

"Dengarkan dan jalankan kalau kamu mau selamat."

***

Selesai ditulis Rabu 25 September 2024

Halohaaaaa lama ga ketemu Shaka dan Kaili. Awowkwkwkwkwk.

Gimana-gimana? Masih mau lanjut? Kita gas double up aja apa gimana? Mewhehehehehe.

Ekspresi Shaka waktu liat Kaili kesakitan. Senang dia. 😏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro