15. Fokus
Kaili batuk hingga mengeluarkan darah dari mulut. Perempuan itu meringis saat merasakan nyeri di bagian dadanya setelah menyelesaikan pembentukan dua pil sekaligus. Mata sayunya menatap ke arah dua pil berwarna merah yang berada di telapak tangannya. Meski rasanya menyakitkan ketika banyak mengeluarkan energi sin dari tubuh, Kaili tetap merasa puas karena dia berhasil melakukannya.
Pintu kamar yang diketuk dari luar membuat Kaili beranjak dari duduknya, menyimpan dua pil itu ke dalam kotak kecil yang terletak di meja kamarnya sebelum membuka pintu. Keningnya berkerut saat melihat pelayan di sisi pemimpin desa yang datang menemuinya.
"Ada apa?" tanya Kaili begitu pintu sudah dia buka sepenuhnya.
"Pemimpin desa sedang menunggu Tuan Putri di pendopo untuk meminum teh bersama," ujar pelayan itu menyampaikan. Kaili tidak banyak bertanya, dia lantas keluar dan menutup pintu kamar lalu mengikuti pelayan menuju pendopo, di mana pemimpin desa telah menunggunya.
"Salam, Pemimpin Desa." Kaili mengucap salam sembari membungkukkan sedikit badan, lalu dia duduk begitu pemimpin desa mempersilakannya.
"Tuangkan Putri Kaili tehnya." Pelayan yang berdiri di sisi pemimpin desa langsung patuh pada titah beliau dengan menuangkan teh dari kendi ke cangkir kecil yang tersedia di meja. "Silakan diminum, Putri. Saya sudah menambahkan ramuan pereda nyeri ke dalam teh ini."
Kaili menurut, dia langsung mengambil cangkir itu dan meminum teh yang disajikan oleh pelayan, lalu meletakkannya setelah berhasil menandaskan. Kaili mengangkat dua sudut bibirnya ke atas membentuk lengkungan, memberikan senyum pada pemimpin desa sebelum bertanya apa maksud dan tujuan beliau memanggilnya ke sini padahal Shaka sedang berlatih tertutup di goa batu.
"Ada hal apa yang ingin Pemimpin Desa sampaikan?" Kaili bertanya, berusaha menyusun kata agar tidak terkesan kurang ajar saat melontarkan tanya pada tetua.
"Apa kamu sudah tahu kalau nadi kamu terhubung dengan Pangeran Shaka?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh pemimpin desa berhasil mengundang tanya di benak Kaili.
Dengan kening yang berkerut, perempuan itu kembali bertanya, "Maksudnya bagaimana?" Nadinya terhubung dengan nadi Shaka? Sebentar, Kaili tidak mengerti. Otaknya tidak bisa mencerna ucapan pemimpin desa dengan baik. Apa yang dimaksud dengan nadi terhubung satu sama lain?
"Sebelum kalian melewati hidup dan mati bersama, apa kamu ingat Pangeran Shaka sudah berapa kali mentransfer kekuatannya pada kamu?" Bukannya menjawab kebingungan Kaili, pemimpi desa justru kembali mengajukan pertanyaan yang membuat keningnya semakin berkerut dalam.
"Yang saya ingat hanya sekali." Kaili tidak memiliki ingatan lain tentang Shaka yang menyalurkan kekuatan ke tubuhnya selain waktu mereka ingin melewati mekanisme terakhir.
Pemimpin desa tersenyum tipis, beliau lantas menuang teh kembali di cangkirnya, lalu meminum dengan sekali teguk. Pemimpin desa kembali memusatkan perhatiannya pada Kaili yang memasang wajah penasaran sekaligus bingung sebab belum mendapat jawaban yang dia inginkan.
"Sebenarnya suami kamu itu sudah dua kali mentransfer kekuatannya pada kamu. Dalam hukum dunia ini, siapa pun yang menyalurkan kekuatannya pada seseorang lebih dari satu kali, itu artinya dia siap hidup bergantung dengan orang yang dia berikan kekuatannya." Pemimpin desa menjeda ucapannya saat beliau terbatuk. Lalu pelayan di sampingnya dengan sigap memberikan air pada tuannya.
"Maksudnya ... suami saya sudah dua kali melakukan transfer kekuatan pada saya?" tanya Kaili yang belum merasa yakin dengan perkataan pemimpin desa. Masalahnya Kaili sama sekali tidak ingat. Kapan dan di mana Shaka pernah menyalurkan kekuatan selain saat mereka henda melewati mekanisme ketiga?
"Benar. Pangeran Shaka bilang, pertama kali dia menyalurkan kekuatan pada kamu saat ingin membangkitkan energi sin dalam tubuh kamu. Itu pertama kalinya kamu menggunakan energi sin untuk menyerang seseorang. Dan yang kedua adalah sewaktu kalian melewati mekanisme ketiga untuk masuk ke wilayah saya. Menurut aturan dunia ini, setelah menyalurkan kekuatan lebih dari satu kali ke tubuh ke tubuh seseorang, maka secara otomatis nadi mereka akan terhubung satu sama lain.
"Apa pun yang kamu rasakan, Pangeran Shaka pasti akan merasakannya. Tapi tidak sebaliknya. Saat Pangeran Shaka sakit, kamu tidak akan merasakan sakitnya. Namun, saat kamu sakit, Pangeran Shaka akan merasakan apa yang kamu rasakan. Maka dari itu, setelah kamu mengetahui hal ini, saya harap ke depannya kamu selalu berhati-hati dalam bertindak. Sedikit saja kamu terluka, Pangeran Shaka juga akan terkena imbasnya."
Mulut Kaili terbuka, matanya terbelalak usai mengetahui fakta tentang dia dan Shaka. Kaili tidak pernah menyangka kalau Shaka bisa merasakan apa yang dia rasakan. Itu artinya ... saat Kaili merasa kesakitan sewaktu dia melakukan pembentukan pil, Shaka juga merasakannya.
"Lantas ... apa yang harus saya lakukan agar nadi kami tidak lagi terhubung?" Kaili tidak ingin membuat Shaka terus merasa sakit karena ketidak mampuannya mengendalikan kekuatan dalam tubuh. Dia ... tidak ingin membuat Shaka terus terluka padahal laki-laki itu tengah berjuang mempelajari banyak ilmu dan jurus agar berada di tingkat dewa.
"Berlatih. Jalan satu-satunya adalah kamu harus berlatih mengendalikan kekuatan kamu sepenuhnya. Dengan begitu, kamu tidak akan mudah terluka karena ketidakmampuan kamu." Pemimpin desa lantas beranjak dari duduknya, dibantu dengan tongkat yang selalu beliau bawa ke mana-mana.
"Sudah cukup larut, kamu bisa kembali ke kamar kamu. Berkultivasilah selama semalaman agar kekuatan kamu kembali stabil," ucap pemimpin desa sebelum benar-benar pergi meninggalkan Kaili seorang diri.
Benar. Shaka sering bilang kalau Kaili harus rajin untuk berkultivasi. Perempuan itu harus rajin mengelola energi sin dalam tubuhnya agar dia tidak kesakitan lagi saat mengeluarkan energi besar. Mulai sekarang, Kaili harus melatih diri. Dia tidak bisa selamanya mengandalkan Shaka. Apalagi sampai membuat laki-laki itu tersiksa karena ketidakmampuannya dalam mengendalikan kekuatan.
***
Kaili memegangi dadanya yang terasa begitu nyeri sampai dia merasa sesak dan kesulitan bernapas. Entah apa yang terjadi. Setelah dia kembali ke kamar dan berkultivasi, serangan kekuatan yang cukup besar selalu mengganggunya. Kaili sudah mencoba menghindar. Namun, tetap saja dia terkena serangan akibat tidak terlalu fokus.
"Shaka ...." Bibirnya bergetar saat memanggil nama Shaka. Pun dengan pandangannya yang mulai mengabur. Kaili menggeleng, perempuan itu lantas berujar, "Tidak boleh. Aku tidak boleh pingsan." Di ambang batas kesadaran, Kaili berusaha untuk tetap bertahan, dia kembali meletakkan tangan yang terbuka di atas paha. Matanya terpejam saat perempuan itu kembali berkultivasi.
Dia merasakan energi dalam tubuhnya seolah sedang berperang, menyerang satu sama lain hingga membuat fokus dan ketenangannya terganggu. Rasa sakit yang dia dapat pun sama sekali tidak berkurang. Kaili merasa kultivasinya kali ini benar-benar sulit untuk dilakukan. Namun, Kaili tidak boleh menyerah begitu saja. Kata pemimpin desa, dia harus bisa mengendalikan energi di dalam tubuhnya.
Kaili membuka mata, dia menggerakkan tangannya ke atas, lalu ke samping dengan cepat, mengumpulkan bola energi di tangan kemudian mempertahankannya. Kaili menyadari dari kedua tangannya mengeluarkan energi yang berbeda. Di tangan kanan mengeluarkan energi sin, energi yang memang dimilikinya. Sementara di tangannya yang lain justru menghasilkan energi cos, energi milik Shaka yang sudah menyatu di tubuhnya.
"Bersikap tenang dan latih keseimbangan. Energi sin dan cos tidak boleh tidak seimbang atau mereka akan saling menyerang." Kaili masih ingat semua ajaran Shaka. Fokus dan ketenangan paling dibutuhkan saat berkultivasi. Yang terpenting, emosi dalam diri harus stabil agar tidak membangkitkan energi lain yang tidak diperlukan.
Tangan Kaili bergerak cepat, mengendalikan kedua energi yang sudah dia keluarkan. Lalu dia mengarahkan satu tangannya yang mengeluarkan energi sin ke langit, sementara tangannya yang mengeluarkan energi cos dia arahkan ke tangan yang mengarah ke langit hingga energi sin dan cos keluar secara bersamaan.
"Aku berhasil." Senyum Kaili mengambang sempurna setelah melihat energi sin dan cos menyatu. Dia bahkan bisa mengendalikan kedua energi itu tanpa merasakan sakit pada bagian dada. "Shaka ... aku berhasil. Ke depannya, setiap aku mengeluarkan energi, aku tidak akan merasakan sakit. Begitu juga dengan kamu."
***
Shaka ... aku berhasil. Ke depannya, setiap aku mengeluarkan energi, aku tidak akan merasakan sakit. Begitu juga dengan kamu.
Shaka menghentikan kultivasinya sejenak setelah mendengar suara Kaili. Laki-laki itu membuka mata, melihat jimat pelindung hati yang dipasang pemimpin desa di tangannya sedang berkerlap-kerlip. Meski awalnya Shaka tidak terlalu mengerti mengapa pemimpin desa menanamkan jimat pelindung hati serta menikahkannya dengan Kaili, seiring berjalannya waktu dia sedikit demi mulai memahami maksud dari sang pemimpin. Jika ingin menghubungkan dengan perkataan kakeknya dulu dan tindakan yang diambil oleh pemimpin desa, semuanya terasa masuk akal.
Dulu, sebelum memasuki dunia ini kakek pernah berkata untuk akan menunggunya pulang. Beliau ingin Shaka menguji kelayakan tinggal di dunia ini dengan energi yang ada di tubuhnya. Sejak kecil, Shaka sudah mengendalikan energi dalam tubuhnya. Kakeknya bilang, Shaka memiliki kondisi tubuh yang khusus, di mana darah yang dia miliki bisa menjadi obat untuk segala penyakit.
Menguji kelayakan dunia ini dengan cara menyebarkan racun dan kekuatan negatif. Jika Shaka berhasil dalam artian selamat melewatinya tanpa mengandalkan energi di tubuhnya, dunia ini sudah layak ditempati karena bisa menghalau racun dan kekuatan jahat yang hendak menyentuh. Namun, entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja dunia yang semula terang benderang ditutupi oleh kabut hitam pekat. Komunikasi Shaka dan kakeknya pun mendadak terputus.
Shaka kehilangan arah. Dia lantas mengeluarkan energi di tubuhnya untuk bertahan hidup. Waktu itu Shaka hampir saja kehilangan nyawa jika tidak diselamatkan oleh seorang wanita yang kini dia sebut sebagai Ratu Annaki.
Dia mengangkat Shaka sebagai anaknya. Sebagai orang yang selalu bertindak hati-hati dan penuh perhitungan, Shaka terpaksa mengikuti arus. Dia menuruti apa saja yang dikatakan dan diperintahkan oleh Ratu Annaki hingga Shaka mengetahui, energi jahat yang dimasukkan kakeknya salah satunya adalah sosok manusia yang berkultivasi menjadi penganut aliran kesesatan.
Kakek menyuruhnya bersabar. Kakek berkata kalau dia akan menemukan cara untuk menyelamatkan Shaka. Namun, tindakan Ratu Annaki benar-benar kejam. Setiap hari ada setidaknya paling sedikit ada sekitar seratus jiwa manusia yang dia tangkap dan dijadikan budak. Sebagian ada yang berguna, dan sebagian ada yang tidak berguna. Jika berguna, manusia itu akan ditahan di istana. Jika tidak berguna, Ratu Annaki akan membuangnya ke kota-kota yang lebih kecil dan tidak peduli lagi bagaimana nasib mereka.
Sepuluh tahun yang lalu, Shaka kembali terhubung dengan kakeknya. Beliau berkata sudah menemukan cara untuk menghancurkan dunia dan menyelamatkan Shaka serta manusia-manusia yang terjebak di sana.
"Nanti, jika masanya sudah tiba, Kakek akan mengirimkan seseorang untuk membantu kamu. Dia adalah orang terpilih yang memiliki keistimewaan sama dengan kamu. Ingatlah untuk selalu terhubung dengannya agar kamu bisa keluar dari dunia itu." Begitu kata kakek setelah mereka terhubung. Namun, setelahnya Shaka tidak bisa lagi menghubungi kakek sebab segel dunia sudah diperkuat oleh Ratu Annaki.
"Sekarang saya bahkan masih belum tahu apakah Kaili benar orang yang dikirim kakek. Jika Kaili memang benar orangnya, keputusan pemimpin desa menikahkan mereka adalah hal yang tepat. Karena tujuan jelas agar mereka selalu terhubung. Dengan ikatan pernikahan, Kaili tidak akan pergi begitu saja. Namun, jika bukan Kaili orangnya ...."
Shaka mengembuskan napas panjang. Perjuangannya sudah sejauh ini. Namun, jika ditilik lebih dalam lagi, hanya Kaili yang tidak memiliki latar belakang. Dia seolah-olah datang dari dunia lain untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh atasan.
"Tidak usah dipusingkan." Tiba-tiba saja pemimpin desa masuk ke goa batu, mendatangi Shaka yang duduk di batu besar dekat dengan aliran air. "Sebelumnya saya sudah menjelaskan pada kamu kalau Kaili bukan orang biasa. Dia memiliki latar belakang yang kuat, bahkan kekuatannya lebih besar dari kekuatan kamu."
Pemimpin desa berjalan mendekat ke arah sumber air yang mengalir deras. Beliau lantas mengayunkan tongkat hingga mengenai air sebelum kembali berkata, "Air ini begitu jernih. Kemarilah, Pangeran."
Shaka menurut. Laki-laki itu turun dari batu besar, berjalan mendekat ke arah pemimpin desa yang berdiri memunggunginya.
"Apa kamu pernah mendengar tentang air yang selalu berubah-ubah sesuai dengan tempat yang menampungnya?"
"Pernah. Air bersifat cair, dia akan menjadi apa saja, menyesuaikan dengan wadah atau tempat yang menampung." Meski pertanyaan dari pemimpin desa berhasil mengundang tanya di benaknya, Shaka tetap memberikan jawabannya.
"Lalu, pernahkah kamu tau akan menjadi apa air itu setelah berada di tangan seseorang?" Shaka diam saja ketika pemimpin desa kembali bertanya. Beliau lantas melanjutkan, "pada dasarnya, air itu suci. Lihat air ini, dia sangat jernih. Namun, ketika air sampai ke tangan seseorang, air ini akan berubah nama tergantung orang memanfaatkannya.
" Jadi, Pangeran, hal yang ingin saya sampaikan adalah manusia itu ibaratkan air jernih ini. Dia bisa melakukan penyesuaian di mana pun dia berada. Namun, dia tidak bisa menentukan akhirnya akan seperti apa. Entah dia akan tetap menjadi air jernih, atau justru sudah menjadi minuman. Apa kamu mengerti maksud saya?"
Shaka diam sesaat dengan mata yang terus tertuju pada air di hadapan mereka. Kemudian laki-laki itu mengangguk sembari berujar, "Saya paham."
Pemimpin desa tersenyum, beliau menepuk pelan pundak Shaka dan berbicara pelan di dekat telinganya, "Fokus saja dengan tujuan kamu saat ini. Bertindaklah sesuai dengan situasi. Jangan terlalu memikirkan akhirnya akan bagaimana."
****
Selesai ditulis tanggal 19 Oktober 2024.
Nyeni dikit ga ngaruh. 🤣
Shaka pusing, Kaili pusing, apa aku juga nggak ikut pusing? 🤣🤣🤣
Bentar lagi ending. Tapi sebelum ending, bakal ada klimaks dulu. Agak pening kepalaku. Besok kita ketemu lagi.
See u🔥🔥
Luv, Zea😘🔥
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro