[4]
"Wah... Daebak! Kalian terlihat seperti tokoh animasi!" Salah satu manajer W1 bertepuk tangan. Puas dengan hasil jepretan Fotografer Sun yang sibuk membidik pose-pose keren W1.
Waktu menunjuk angka sebelas malam ketika Eunbi baru saja menyerahkan pakaian-pakaian untuk anggota W1 sebelum para idol itu mengganti bajunya.
Tangan Eunbi tak sengaja menyenggol ponselnya di dalam saku ketika ia memasukkan sebuah kertas jadwal kerja. Dengan segera ia membuka ponsel, membaca sebuah pesan dari Lee Chaeyeon.
"Ah gawat. Apakah dia masih tidur?" tanya Eunbi menatap ponselnya ragu-ragu. Dengan satu tarikan napas panjang, Eunbi memencet tombol dua cukup lama. Di speed dial itu nama Chaeyeon terpampang di layarnya.
"Eonniiii," jerit Chaeyeon antutias pada dering pertama. "Kau ke mana saja eoh? Aku sampai tak bisa tidur menunggu panggilanmu!"
"Mianhae." Bibir Eunbi berkedut pelan mendengar teriakan Chaeyeon dari seberang. Samar-samar lagu kesukaannya masuk di telinga Eunbi. Chaeyeon pastilah sedang memutar musik.
"Eonni," panggil Chaeyeon dengan suara berbisik seru. "Kau tahu pagi ini?"
"Em?" gumam Eunbi menyandarkan punggungnya ke kursi di studio.
"Kau tahu anak laki-laki yang kusuka?"
"Eo..."
"Dia menyapaku, Eonni!! Aduh kepalaku rasanya mau meledak! Kau tahu juga kan, dia mengabaikan siswi lain dan bahkan menampik sunbae yang memberikan bunga. Hahahaha..." Chaeyeon terkikik senang. "Tapi sayang pertemuan kami hanya sebentar. Dia langsung pergi ke Seoul karena pekerjaannya."
"Begitu. Sudah selesai?"
"Ye?" pekik Chaeyeon heran. Bingung dengan pertanyaan Eunbi yang tidak tertarik dengan percakapan itu.
"Kau sudah selesai cerita? Cepat tidur Lee Chaeyeon. Kalau aku melihat lingkaran mata di bawah kelopak matamu, aku akan meredam wajahmu dengan ramuan kecantikanku," ancam Eunbi dan tersenyum lebar membayangkan wajah Chaeyeon penuh dengan tomat dan timun.
"Ah.. Geurae." Chaeyeon menyahut jengkel. Tapi hatinya sudah lega menumpahkan apa yang ingin dikatakannya. Ia tahu Eunbi masih sibuk, tapi setidaknya kakak sepupunya masih sempat untuk menghubunginya.
***
"Lee Chaeyeon?" tanya Woojin tiba-tiba di belakang Eunbi.
"Aigomonina..." Eunbi terlonjak kaget melihat kehadiran Woojin seperti hantu, datang dari belakangnya tanpa suara. Terdengar suara ponsel jatuh ke lantai. Jantungnya bertalu hebat melihat pemilik rambut biru elektrik itu menatap lekat padanya.
"Noona mengenal Chaeyeon?" Woojin menunggu respon Eunbi. "Astaga, apakah dia adik Noona?" tanya Woojin dengan mata membelalak.
Woojin langsung menyimpulkan ini Chaeyeon yang sama. Padahal ada banyak nama Chaeyeon yang disandang ribuan orang. Tetapi otak Woojin hanya tertuju pada satu gadis riang di Busan, gadis yang dia sapa tadi pagi.
"Noona seharusnya bilang dari tadi. Ah senangnya berkenalan dengan kakak Chaeyeon. Kau tahu, Chaeyeon cukup banyak menceritakan tentangmu padaku."
"Eoh?" Bibir Eunbi membuka, heran mendengar Chaeyeon menceritakan dirinya pada Woojin.
"Kau tahu, aku penasaran dengan sosok yang diceritakan Chaeyeon. Ternyata Chaeyeon benar-benar baik mendeskripsikan tentang Noona."
"Woojin-ssi. Adikku selalu menceritakan tentangmu setiap malam dan tak akan bisa tidur kalau aku tak mendengarkan segala ucapannya. Kau tahu dia selalu menyebut namamu?"
"Jinjjayo?" Kali ini Woojin terkejut dengan wajah yang lebih serius. Dahinya berkerut lebih dalam, ingin memastikan apakah noona stylist yang ada di depannya sedang bercanda. Tapi sejauh yang ia kenal tentang Eunbi, gadis itu memang tak pernah bercanda.
"Dari ribuan perempuan yang melihatmu, mungkin kau sudah buta melihat remaja putri yang menggilaimu. Tapi pernahkan kau mendengar rintihan gadis yang merindukanmu? Mudah bukan untuk melewatkan gadis yang menunggumu kembali ke Busan setiap waktu?" tanya Eunbi tersenyum sinis.
Eunbi berdiri dan membungkuk sebentar untuk mengambil ponselnya yang mati. Lalu meninggalkan studio.
Ya, apa salahnya memberi tahu Woojin jika Chaeyeon menyukainya sejak SMP? Chaeyeon terlihat lebih menyebalkan jika sedang dilanda kesedihan yang amat berlebihan. Setiap hujan deras mengucur dari langit, ia terisak keras mendengarkan Downpour persis saat Woojin menyanyikan harmonisasi indahnya dengan Jaehwan, menghayati liriknya sampai hujan reda.
Eunbi menghela napas panjang. Ia ikut bergabung dengan Manajer Kang, duduk di sofa melihat Jisung melakukan pemotretan individu.
"Noona, wajahmu sangat pucat," komentar center grup, Kang Daniel menatapnya lekat.
Tanpa sengaja, gadis itu menguap lebar-lebar. Eunbi masih ingat tiga hari ini ia tidur tiga jam demi mempersiapkan berkas ujiannya.
"Hahahaha." Daniel terkekeh pelan melihat gadis itu terlihat nyaris oleng. Jika angin berembus di dalam ruangan saat ini, sudah pasti Eunbi ambruk ke lantai.
"Ini untukmu," kata Daniel menyorongkan satu gelas plastik berisi coklat panas.
"Gomawo," ucap Eunbi menerima coklat panas itu. Perutnya merintih keras karena sejak siang belum diisi apapun. Begitu menerima panggilan dari kantor agensi, Eunbi yang baru saja tiba di rumah, buru-buru kembali ke Seoul untuk bekerja.
"Noona, kau sudah punya pacar?" tanya Daniel tanpa basa-basi.
"Aniya," balas Eunbi tersenyum sendiri.
"Tadi aku melihat kau sedang menelpon seseorang dan tersenyum bahagia."
"Itu, adikku," jawab Eunbi dan menyesap coklat panas pemberian Daniel. "Kenapa kau menyimpulkan seperti itu?"
"Tidak. Kukira saja kau punya pacar."
"Noona, yang kau telepon siang tadi. Kau marah padanya itu..."
"Itu adikku. Kenapa kau ingin tahu siapa yang menghubungiku?" tanya Eunbi agak terusik melihat keingintahuan Daniel yang besar.
"Ah begitu. Kalau kau tak punya pacar, bagaimana kalau kau kencan denganku?"
DEG...
Eunbi bengong sesaat. Ia ingin memastikan apakah telinganya berfungsi dengan baik. Apakah Daniel tidak sedang dalam kondisi kurang waras mengajak orang yang baru dikenal satu hari untuk kencan?
"Neo jugullae?" desis Eunbi menghindari Daniel. Tetapi Daniel membututi langkah kaki Eunbi. Ia menunggu jawabannya.
"Aku serius dengan kata-kataku Noona," ucap Daniel tersenyum manis padanya.
"Shireo! Cari saja gadis lain yang bisa kau ajak untuk kencan. Naega wae?"
"Karena Noona sangat imut kalau judes begini."
"Dasar gila!" rutuk Eunbi dalam hatinya. Mudah bagi laki-laki yang umurnya selisih setahun lebih muda itu mengajaknya bicara soal kencan.
"Noona, bagaimana?"
####
Holaaaa.... Makasih ya yang antutias nunggu FF ini. Walau pendek-pendek, sebisa mungkin aku up tiap hari barengan FF lain yang lagi ongoing.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro