Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

06

Cerita ini sudah ada di google play store ya.

***

Wisnu, Cecil dan si kembar sudah duduk di salah satu restoran yang ada di mall. Yudha dan Wira duduk bersisian sementara di depan mereka Wisnu dan Cecil duduk berdampingan.

Tidak berapa lama makanan pesanan mereka datang.

"Aunty suapin ya?" Tanya Cecil pada si kembar

"Nggak mau Wila bukan baby"

"Yudha juga sudah besal sudah mau 4 tahun mau makan sendili aja"

"Kalian emang keponakan uncle yang luar biasa, mandiri! Hebat!" Wisnu memberikan dua jempolnya.

"Kata bunda dede bayi udah mau lahil jadi Yudha halus mandili"

"Wila juga, ndak boleh lepotin bunda"

"Gemes deh sama kalian berdua!" Cecil mencubit pipi si kembar bersamaan.

"Aunty!" Keduanya memekik berbarengan. Wisnu dan Cecil tersenyum. Sejenak Cecil melihat ke arah Wisnu.

Senyumnya...

Acara makan pun berlanjut diselingi obrolan ringan antara mereka.

"Uncle kata bunda dua minggu lagi Wila sama Yudha mau dikhitan"

"Dikhitan?" Tanya Wisnu

"Iya"

"Di khitan kan dipotong 'itunya' kan sakit" kata Cecil

"Bukan dipotong onty, dibelsihkan!" Jawab Wira

"Tapi tetap aja dipotong"

"Lebih tepatnya dibuang sedikit kulitnya" jelas Wisnu.

"Onty kan pelempuan mana tau khitan, kata bunda yang dikhitan tuh cuma laki-laki. Ya kan uncle?" Yudha berkilah.

"Iya"

"Uncle dikhitan?"

"Iya"

"Sakit ndak?"

"Sakit sedikit"

"Kata ayah juga sakit sedikit"

"Kalian nggak takut? Kalian kan masih kecil" tanya Cecil.

"Kata ayah belum jadi laki-laki sejati kalo belum khitan"

"Kata bunda laki-laki halus dikhitan"

"Iya memang harus, setiap laki-laki muslim wajib dikhitan"

"Tapi kan mereka masih kecil" ucap Cecil

"Mungkin Hana punya alasan sendiri kenapa di usia sekecil mereka mau dikhitan"

●●●♥●●●

"Kenapa nangis nak?" Seorang pria paruh baya dengan seragam khas petugas KAI menghampiri Wisnu.

"Hu...hu... tas saya diambil orang" pria tua itu berjongkok si depan Wisnu.

"Rumah kamu dimana? Biar bapak antar"

"Saya... gak mau pulang"

"Loh kok gak mau pulang?"

"Nanti... dipukulin lagi"

"Kamu dipukul?"

"Iya"

"Siapa yang mukulin kamu?"

"Papi..."

"Bapak kamu?"

"Hiks...hiks...iya" sambil menangis Wisnu mengangkat sebagian bajunya memperlihatkan punggung ya pada pria tua itu.

"Ya Allah biadab ayah kamu"

"Bu...bukan ayah kandung"

"Lalu dia siapamu?"

Wisnu hanya menggeleng dan sesekali mengusap air matanya.

"Nama kamu siapa?"

"Wisnu.."

"Nama bapak Usman, bapak penjaga pintu rel kereta di sini"

Pak Usman mengusap kepala Wisnu merasa iba dengan nasib Wisnu.

"Sekarang kita ke rumah bapak aja ikut bapak sekalian pulang, kamu bisa mandi dan makan di sana. Ayo!"

Tanpa menolak sedikitpun Wisnu berdiri beranjak dari duduknya di pinggiran rel kereta. Wisnu berjalan mengikuti ke mana pria tua itu melangkah.

Sampai di sebuah rumah sederhana setelah Wisnu berjalan selama 15 menit.

"Assalamualaikum" pria yang berprofesi sebagai penjaga palang pintu rek kereta itu mengetuk pintu rumahnya.

"Waalaikum salam" seorang perempuan seusia ibu Wisnu membukakan pintu.

"Wisnu kenalkan ini anak bapak, Sari"

Wisnu menyalami perempuan itu dengan mencium pinggung tangannya tanda hormat.

"Ibu..." seorang anak laki-laki berusia 5 tahun menarik baju ibunya.

"Yang ini cucu bapak, Rio ayo salim sama kak Wisnu" dengan malu-malu Rio menyambut uluran tangan Wisnu.

Pak Usman mengajak Rio masuk, setelah makan dan beristirahat Wisnu menceritakan keadaan dirinya pada pak Usman dan putrinya. Pak Usman merasa iba. Wisnu diajaknya tinggal bersama mereka.

●●●♥●●●

Dikit ya, susah banget mempertahankan mood.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro