Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03


Elia duduk termenung di kamarnya. Tubuhnya terasa sakit semua. Semalam Bara menyiksanya lahir batin. Diambilnya sebuah kotak yang ada di dalam lemari bagian bawah. Sebuah foto dikeluarkannya dari kotak itu. Elia menatap foto itu. Sementara Wisnu menatap ibunya dari celah pintu yang tidak tertutup rapat.

Sejak bangun pagi Wisnu mengkhawatirkan ibunya namun ia takut Bara akan menyiksanya lagi kalau ia ikut campur hingga ia menunggu Bara pergi ke luar. Setelah Bara pergi Wisnu keluar kamarnya dan dilihatnya Elia sedang menatap sebuah foto sambil menangis.

Mendengar langkah kaki Bara, Elia segera membenahi kotak itu dan memasukkannya kembali ke lemari.

~~~•••~~~

Cecil
Hai

Wisnu menatap pesan di layar ponselnya lalu menaruh ponselnya di meja. Kembali dibukanya berkas-berkas yang sejak tadi dibacanya.

Cecil
Sibuk ya?

Layar ponsel kembali berkedip menayangkan pesan yang dikirim Cecil. Wisnu hanya meliriknya sekilas.

Cecil
Wisnu....

Wisnu meneguk kopi pahitnya yang berada di atas meja tepat di sebelah ponselnya saat pesan itu kembali masuk. Lalu kembali menekuni pekerjaannya tanpa berniat membalas pesan itu.

Ponsel Wisnu kembali berkedip namun kali ini bukan notifikasi pesan masuk melainkan sebuah video call. Wisnu melihat sebaris nama yang menghubunginya.

Nae cheonsa...

Wisnu segera memegang ponselnya lalu menggerakkan jarinya untuk menerima panggilan video itu.

"Uncle!" Si kembar kompak berteriak di dalam layar ponsel Wisnu.

"Hai!" Wisnu tersenyum ceria seraya melambaikan tangannya.

"Uncle Wila dapet bintang hali ini!" Wira menunjukkan stiker berbentuk bintang berwarna emas.

"Yudha juga uncle, dapet bintang dali miss Ana!" Yudha tidak mau kalah hingga di layar ponsel Wisnu hanya terlihat gambar dua bintang.

"Hebat jagoan-jagoannya uncle"

"Wira, Yudha, bintangnya jauhin dari kamera. Nggak kelihatan tuh uncle Wisnunya" suara Hana terdengar. Ada getaran di hati Wisnu mendengar suara Hana.

Si kembar lalu menjauhkan bintang mereka dari kamera sehingga wajah mereka kembali terlihat di layar ponsel Wisnu.

"Jagoan-jagoannya uncle kenapa bisa dapet bintang?"

"Wila pintel bikin ikan dali playdough"

"Yudha jago bikin kula-kula"

Jawab si kembar hampir bersamaan.

"Keren bisa bikin ikan sama kura-kura dari playdough, kapan-kapan ajarin uncle ya"

"Besok ke sini aja uncle, Yudha ajalin calanya" Yudha berkata penuh percaya diri.

"Ok besok uncle ke sana. Sekalian Uncle mau kasih hadiah buat kalian karena udah dapet bintang"

"Yeay uncle mau kasih hadiah!" Yudha bersorak gembira.

"Bunda, uncle Wisnu mau kasih hadiah!" Wira berteriak pada bundanya.

"Bilang apa sama uncle?" Tanya Hana pada si kembar.

"Thank you uncle!" Si kembar kompak berucap.

Wisnu tersenyum lebar melihat kedua keponakannya bahagia. Wisnu memang menjadikan mereka prioritasnya, dia akan melakukan apapun demi keponakannya. Kebahagiaan keponakannya adalah kebahagiaan Hana yang berarti kebahagiaannya juga.

Interkom di meja Wisnu berbunyi, Wisnu segera menjawabnya. " sebentar ya boys"
Wisnu berbicara sejenak dengan sekretarisnya. Ada perihal penting yang disampaikan sekretarisnya.

"Udah dulu ya, uncle ada tamu nih. Bye jagoan-jagoannya uncle"

"Bay uncle, si yu tumolow"

~~~♥~~~

Wisnu membuka pintu kamarnya, biasanya sepagi ini sang ibu sudah berkutat di dapur menyiapkan sarapan namun Wisnu tidak mendapati ibunya di dapur. Ia mengecek ke kamar mandi ternyata juga kosong.

"Mami!" Panggil Wisnu sambil melihat ke dalam kamar ibunya. Pintu kamar ibunya terbuka namun hanya tubuh Bara ayang terlihat di atas kasur.

"Maami!" Wisnu berteriak sekali lagi.

"Elia! Anak lu berisik!" Teriak Bara dari dalam kamar.

"Elia!" Teriak Bara sambil berjalan keluar kamar.

Tidak ada jawaban, Bara mondar-mandir mengecek seisi rumah namun istrinya tidak jua ditemukan.

"Mana mami lu?" Tanya Bara pada Wisnu

"Nggak tau" cicit Wisnu

"Nggak tau, nggak tau! Mami lu kemana?" Bara membentak

"Wisnu nggak tau mami kemana"

"Elia!" Bara berteriak sambil kembali ke kamar. Di bukanya lemari ternyata sebagian baju-baju istrinya sudah tidak ada.

"Elia!" Bara teriak lagi.

"Mami kemana papi?"

"Mami lu minggat!"

"Ming..gat?"

"Kabur. Mami lu kabur"

"Mami... hiks...hiks...hiks... jangan tinggalin Wisnu"

"Nangis aja lu! Bikinin gua kopi!"

Dengan langkah lesu Wisnu berjalan menuju dapur membuatkan papinya segelas kopi. Kali ini ia memastikan memasukkan gula bukan garam lagi.

Berhari-hari Elia tidak juga kembali, Wisnu mengharapkan kehadirannya setiap hari. Pintu rumah selalu dibuka oleh Wisnu.

"Wisnu, tutup pintu!" Perintah Bara. Wisnu tetap diam

"Tutup pintunya goblok, ini udah malem!"

Mendengar nada keras Bara, Wisnu akhirnya menutup pintu.

"Kunci!"

"Nanti mami pulang gimana kalo  dikunci?"

"Mami lu nggak bakal pulang"

"Mami pasti pulang"

"Nggak bakal"

"Mami pasti pulang mami sayang Wisnu"

"Ngeyel banget lu dibilangin orang tua!"

Bara mengambil ikat pinggangnya yang tergantung dibalik pintu kamar.

"Ngadep tembok!" Wisnu merasa takut melihat Bara membawa ikat pinggang.

"Ngadep tembok gua bilang!" Dengan takut-takut Wisnu menghadap tembok.

"Ini hukuman buat lu udah ngeyel dibilangin orang tua!"

Ctak! Ctak! Ctak!
Bara menyabet punggung dan pantat Wisnu dengan ikat pinggang.

"Sakit pi...ampun"

"Biar tau rasa lu, makanya nurut"

"Iya pi ... ampun pi"

"Sono tidur!"

Wisnu berjalan perlahan sambil menahan sakit di bagian belakang tubuhnya menuju ke kamar. Wisnu menelungkupkan tubuhnya di atas kasur, ia tidak mungkin berbaring. Pungungnya terasa perih.

Di tengah malam saat Wisnu terlelap Bara masuk ke dalam kamar Wisnu. Dibalurnya punggung Wisnu dengan gel penghilang memar. Di satu sisi Bara sangat membenci pengkhianatan istrinya hingga melampiaskan pada Wisnu di sisi lain Bara sadar Wisnu hanyalah seorang anak yang tidak bersalah.

■□■□■

Ebooknya sudah ada loh, cek di google playbook/playstore

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro