Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 24 - Surprise Aleta

Nyatanya luka yang sengaja atau tidak sama-sama menyakitkan ketika sebuah kebenaran menjadi landasan. Kebenaran hanya aku yang merasa dan mencinta sedangkan dia tidak.

...

Selamat membaca.

Bab 24

...

Semua yang Ada di rooftop kini mulai menghitung mundur dari angka sepuluh untuk tepat Jam dua belas.

Di hitungan lima Andi mulai bergerak membuka penutup mata Aleta tapi dengan syarat Aleta harus tetap memejamkan matanya.

“Tiga, dua, satu,” teriak mereka bersama dan detik itu Juga Aleta membuka matanya lalu melihat ke langit.

Warna warni kembang api banyak di atas sana. Banyak menimbulkan letupan-letupan akhirnya kembang api itu membentuk sebuah kalimat.

Happy Birthday Aleta

Aleta terkesima melihat tulisan yang tercipta dari kembang api di atas sana. Dia tersenyum membayangkan betapa teman-temannya menyayanginya sampai membuat semua ini hanya untuknya.

Langit gelap tanpa bintang sangat pas ketika kembang api di atas sana membentuk kalimat itu. Hati Aleta menghangat seketika. Setelah tulisan itu menghilang dari gelapnya langit, Aleta beralih menatap teman-temannya satu persatu.

Di sebelah kanannya ada Donny, Riki, dan Renata berdiri lalu di sebelah kirinya ada Andi dan Pricille. Dia tersenyum manis kepada mereka sebagai isyarat bahwa dirinya begitu menyukai kejutan ini.

Namun Aleta baru menyadari bahwa di antara semua yang ada di sini dia tidak menemukan Johan. Bukannya laki-laki itu akan memberi tahunya sesuatu malam ini?

Aleta menunduk dan baru menyadari bahwa dia kini tengah berada di tengah-tengah gambaran love yang dihiasi dengan kelopak mawar serta lilin. Mengapa semua ini terlalu istimewa? Aleta perlahan melirik ke arah Renata dan lewat mata Renata Aleta menangkap sesuatu. Renata mengisyaratkannya untuk melihat ke arah samping kirinya. Aleta segera menurut dan benar saja Andi dan Pricille sudah menyingkir di sana.

Ada sebuah tirai putih yang menggantung di dinding rooftop dan detik berikutnya tirai terbuka. Andi yang membukakannya.

Di balik tirai ternyata ada sebuah papan persegi lalu perlahan papan itu beralih menjadi beberapa potong gambar yang yang menyatu menjadi satu seperti puzzel. Gambar itu tiga dimensi terlihat seperti lukisan tapi lebih terang seperti ada lampu di dalamnya.

Gambar itu semula menampilkan beberapa foto Aleta yang terbagi-bagi menjadi beberapa kotak-kotak. Ada foto Aleta ketika sedang tidak siap, ada foto ketika dirinya tersenyum manis dan ada juga foto Aleta sedang terlihat menahan amarah. Sangat bermacam.

Kemudian bagian tengah papan beralih membentuk gambar baru atau lebih tepatnya membentuk dua wajah manusia.

Aleta menutup mulutnya terkejut ketika melihat wajah di papan itu. Wajah itu wajah dirinya dan Johan ketika mereka tak sengaja di foto oleh Donny. Di sana terlihat Aleta berada dalam dekapan Johan tapi tidak memandang Johan, kedua tangannya berada di dada Johan dan wajahnya sedikit  dipalingkan dengan mata yang menunduk dan senyuman di bibirnya. Sedangkan Johan mendekap Aleta sembari menatapnya dengan lekat, tak lupa senyuman juga tersungging di wajah laki-laki itu.

“Happy birthday, Al.” Suara itu mengalihkan fokus Aleta. Dia segera menoleh ke sumber suara dan ternyata johan tengah berlutut di depan kursi rodanya membawa sebuah buket bunga. Bunga lily putih kesukaan Aleta.

Aleta hampir tidak menyadari bahwa Johan sudah bertekuk lutut di depan kursinya karena sedari tadi dia hanya menoleh ke samping menghadap dinding dan melihat foto-foto tadi.

“Thanks Han, ini buat gue?” tanya Aleta masih dengan senyuman di bibirnya.

“Iya.”

Tangan Aleta bergerak ingin mengambil buket itu tapi ditahan oleh Johan. “Nanti. Lo harus buka ini dulu,” kata Johan lalu beralih mengambil dua paper bag yang berada di sampingnya.

“Oke,” Aleta membuka paper bag pertama dan ada dua kotak di dalamnya. Perlahan Aleta membuka kotak yang di atas. Mata Aleta membola melihat isi dalam kotak ini ternyata adalah kotak musik berwarna biru. Aleta sangat menyukainya.

Beralih ke kotak kedua. Degupan jantung Aleta berpacu ketika melihat isi di dalamnya. Aleta mengganti raut wajahnya menjadi raut wajah yang minta penjelasan atas isi yang ada dalam kotak ini kepada Johan. “Nanti gue jelasin, bukak yang lain lagi,” kata Johan.

Aleta hanya menurut meskipun pikirannya berkecamuk. Kotak yang baru saja ia bukak berisi dream cather yang di tengahnya berbentuk love dan di bawahnya menjuntai dua dream cather kecil. Ini adalah barang yang Aleta pilihkan ketika Johan memintanya menemani membeli barang untuk gebetan barunya itu. Berarti ini?

Aleta kembali membuka paper bag yang satunya dan berisikan sebuah kotak yang cukup besar dari kotak-kotak sebelumnya. Hanya ada satu kotak di dalam sana. Aleta meraihnya lalu membukanya dan ternyata isinya lagi-lagi mengejutkan Aleta. Isi kotak ini adalah sepatu yang Johan beli untuk gebetannya tempo hari. Perasaan Aleta mulai bergetar. Aleta melirik sepatu yang di pakai Johan dan benar sepatu yang ada di dalam kotak ini sama dengan sepatu yang dikenakan Johan.

“Gue tau lo bingung,” kata Johan.

“Jangan bilang–”

“Iya. Semua itu untuk lo. Lo adalah perempuan itu. Awalnya gue nggak mau ngasih sekarang tapi gue nggak bisa nutupin ini lagi. Gue sayang lo. Perasaan gue sepenuhnya masih untuk lo, Al.” Johan memotong pembicaraan Aleta.

“Johan, lo lupa sama kesepakatan kita?” tanya Aleta dengan raut wajah yang sulit di artikan.

“Gue ingat. Gue cuma lagi mencoba jujur sama lo,” jawab Johan.

“Lo bercanda, kan?” tanya Aleta masih tak percaya.

“Gue serius. Gue sayang lo,” kata Johan penuh penekanan.

Aleta menggelengkan kepalanya. “Gue kira waktu kita buat kesepakatan, lo udah lupain gue.”

“Gue udah coba tapi nggak bisa.” Johan menatap Aleta dengan lekat. “Gue nggak minta lo balik ke gue kalau lo keberatan. Gue hanya ingin lo tau kebenaran kalau perasaan gue masih dan akan selalu milik lo,” lanjut Johan.

Aleta menutup matanya sesaat. Mengapa ini terasa menyakitkan. Perlahan Aleta merasa tangan kananya di genggam oleh Johan. Dengan berat Aleta menarik napas panjang lalu mengeluarkannya dengan gusar. Aleta menarik tangannya dari genggaman Johan. “Gue nggak bisa,” kata Aleta.

“Gue nggak minta lo buat–”

“Lupain gue Johan.” Ada penekanan dari nada bicara Aleta.

“Al.”

“Lupain gue,” lirih Aleta seraya memundurkan kursi rodanya dan membalik menjauh dari hadapan Johan.

“Kenapa? Gue yakin lo masih punya perasaan yang sama,” teriak Johan sambil berdiri berharap Aleta membalikkan kursi rodanya menghadapnya kembali atau setidaknya memberhentikan kursi rodanya. Namun semua hanya harapan, Aleta tetap melajukan kursi rodanya.

“Lo mutusin gue cuma dengan landasan kalau gue selingkuh sama Yura waktu gue ngantar dia pulang. Itu nggak logis Aleta. Apa yang lo sembunyiin dari gue?” tanya Johan yang masih berteriak agar Aleta mau menanggapinya.

“Cara lo, cara lo nggak pernah berubah ke gue Al, bohong kalau lo udah nggak punya perasaan yang sama buat gue,” kata Johan yang sudah hampir tak terdengar karena dia tidak teriak lagi dan posisi Aleta sudah sangat jauh dan hampir di depan pintu rooftop.

Aleta akhirnya memberhentikan kursi rodanya. “Lo mau jawaban dari semuanya?” tanya Aleta. “karena jauh sebelum gue mutusin lo, gue udah nggak ada rasa buat lo, Johan. Tapi gue masih punya hati untuk bilang itu ke lo.” Aleta mengatakannya dengan suara bergetar.

“Bohong!” teriak Johan.

Aleta tak menjawab dan secepat kilat Johan mengahmpiri Aleta. Dia memutar kursi Aleta menghadapnya. Dia kembali bertekuk di hadapan Aleta. “Tatap mata gue, kalau emang lo udah nggak ada rasa sama gue,” titah Johan.

Aleta menunduk dalam-dalam. Dia bisa merasakan Johan terluka karenanya. “Lo nggak berani natap mata gue, kan? Lo masih sayang gue Al,” kata Johan memegang bahu Aleta yang bergetar.

Perlahan Aleta menatap mata Johan. Laki-laki di hadapannya saat ini adalah kaki-laki yang selalu membahagiakannya. Mengapa dia masih mencintai dirinya ini? Aleta tidak mau melukai lebih jauh tapi untuk jujur pun rasanya sama saja, Johan akan tetap terluka karenanya. Dengan pasti Aleta menatap manik mata Johan. “Gue udah nggak sayang lo, Johan,” kata Aleta dengan mantap tanpa keraguan.

“Kenapa?” tanya Johan dengan lemah lalu perlahan melepaskan tangannya dari bahu gadis di hadapannya ini.

“Lo yakin mau dengar?”

“Kenapa Al?”

“Karena gue udah sayang orang lain.”

...

Salam sayang
NunikFitaloka

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro