Bab 10 - Johan
Karena sejatinya tidak semua pertanyaan menemukan jawabannya.
...
Selamat Membaca
Bab 10
...
Sepulang mengantar Aleta, Johan membaringkan badannya di atas tempat tidurnya. Rasanya semua tenaganya terkuras. Lelah.
Tak lama Johan mendengar suara pintu diketuk. Setelah dia mengizinkan seseorang yang mengetuk pintu utuk masuk, berdirilah seorang wanita paruh baya yang masih lengkap menggunakan baju kerjanya di depan pintu kamar.
"Mama," panggil Johan setelah menoleh ke arah pintu.
Wanita yang baru saja dipanggil 'Mama' itupun mendekat kearah putranya. Diletakkannya tas di atas nakas lalu kemudian duduk di pinggir kasur sang putra.
Johan mengubah posisinya yang semula berbaring kini menjadi duduk beralaskan bantal di belakang badannya. "Mama baru pulang?" tanya Johan.
Wanita paruh baya itu mengangguk sembari tersenyum. "Mama mau tanya, boleh?"
Johan mengucek matanya menggunakan jari, rupanya kantuk mulai menghampirinya. Spontan dia menutup mulutnya yang menguap. "Mama mau nanya apa, Ma?" tanya Johan setelah menguap.
"Kamu udah benaran putus, ya, sama Aleta?" Johan sedikit terkejut mengapa mamanya menanyakan prihal ini kepadanya.
Dirinya belum menceritakan apapun tentang hubungannya dan Aleta saat ini kepada sang Mama, mengapa tiba-tiba mamanya sudah tahu saja bahwa hubungannya dan Aleta sudah kandas?
"Kamu nggak cerita sama mama bukan berarti mama nggak tau. Mama Cuma mencari waktu yang tepat untuk menanyakan ini sama kamu," kata Martia seolah mengerti apa yang dipikiran putra semata wayangnya itu.
Johan hanya mengangguk sebagai jawaban bahwa dirinya memang sudah tidak ada hubungan lagi dengan Aleta. Percuma dia menutupi, mamanya akan tahu juga hal ini.
"Kamu nggak kecewain Aleta, kan?" lagi-lagi mamanya menanyakan soal Aleta.
Johan mengerti dan memahami, mamanya, Martia memang sudah sangat dekat dengan Aleta dan pasti dia sangat menyayangkan jika hubungan Johan dan Aleta berakhir. Selama ini mamanya itu selalu memberi wejangan kepada dirinya agar tidak menyakiti Aleta. Tapi mau bagaimana lagi semuanya sudah berakhir, kan?
"Johan nggak tau, Johan udah ngecewain Aleta atau enggak, Ma. Tapi yang pasti mungkin ini jalan yang terbaik buat Johan dan Aleta." Entah mengapa Johan mengatakan itu hanya saja dirinya sudah sangat merelakan semuanya meskipun benar-benar menyulitkan awalnya, tapi lihat kini dirinya sudah biasa saja. Takdir hanya perlu diterima bukan dirutuki atau disesali.
"Ya sudah jika itu keputusan kalian. Tapi mama harap kalian akan menjadi teman baik selamya," kata Martia sebelum memilih keluar dan membiarkan putranya beristirahat.
"Papa belum pulang, Ma?" tanya Johan setelah mamanya berdiri di ambang pintu.
"Papa pulang agak malam hari ini. Katanya ada kerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Lembur," jawab Martia lalu menutup pintu kamar dan benar-benar pergi.
Johan Pranata merupakan anak tunggal dari pasangan Davide Pranata dan Martia Pularish. Davide memiliki perusahan di bidang properti sedangkan Martia merupakan seorang guru Sekolah Dasar. Johan dari kecil hidup berkecukupan tapi sangat sepi akan saudara, pasalnya setelah Johan lahir Martia divonis tidak bisa hamil lagi.
Johan yang awalnya ngin tidur tiba-tiba mengurungkan niatnya. Dia teringat bagaimana dengan keadaan Aleta. Kemudian, dia mengambil ponselnya di nakas dan menggulir layar lalu membuka ruang percakapan antara dirinya dan Aleta.
Tak ada pesan yang dikirim maupun diterima di sana, biasanya ruang percakapan antara dirinya dan gadis itu akan sangat penuh dengan pesan yang dirinya dan Aleta tukarkan. Apapun mereka bicarakan, apapun mereka ceritakan. Johan biasanya juga tidak menghapus isi pesannya, sengaja dibiarkan menjadi banyak. Tapi berbeda dengan kondisi sekarang Johan atau Aleta hanya akan mengirim pesan jika perlu saja, lagi pula selesai berkirim pesan maka pesan pun akan langsung dihapus.
Aleta Mrtptr
Gimana keadaan lo? Udah mendingan?
Setelah menekan tombol kirim, Johan mematikan layar ponselnya. Pesannya nanti akan dibalas jadi dia tidak perlu menunggu.
Johan membaringkan badannya lagi dan perlahan memejamkan matanya. Namun, saat matanya benar-benar terpejam dan nyaris dirinya dibawa ke alam bawah sadar, ponselnya berbunyi menandakan ada notifikasi chat masuk. Johan pun mengambil benda pilih itu dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
Aleta Mrtptr
Iy,udh mndingan
Oh oke, kalau besok belum FIT nggak usah ikut
Iy
Oma di rumah?
Nggk, lg di butik
Trus, sama siapa di rumah?
Nanya mulu elah, kek wartawan
Bersyukur masih ditanya
Kan jarang-jarang ada yang nanyain lo kek gini
Tau ah serah lo
Sendiri kan pasti di rumah?
Mau gue temenin nggak?
Cie perhatian..
Cie baper..
Dih
Mau nggak?
Apaan?
Gue temenin di rumah?
Nggak usah. Gue bukan anak kecil lagi, ya.
Ya udah. Hati-hati ada wewe haha
Gak takut
Itu di blakang lo
Sialan, awas ya, lo
Hahaha
Cepat sembuh!
Lalu Johan melihat pesannya bertanda centang biru itu artinya Aleta sudah membaca pesannya. Dimatikannya layar ponselnya lalu kemudian dia melanjutkan kegiatannya yang tertunda beberapa menit lalu. Johan benar-benar terlelap.
...
Maaf minggu kemaren nggak update hehe
Btw ada yang nungguin nggak sih?
Oke, see you next part:)
Salam
NunikFitaloka
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro