Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Winter Serenade: Into The Michael-Verse

⚠ ATTENTION ⚠

Dua special chapter ini adalah spin-off dari Winter Serenade, sengaja aku bikin sebelum sequelnya dipublish.

Karena banyak yang minta extra part, oke aku bikin😂

Ceritanya ga ada kaitannya sama Winter Serenade yang udah tamat. Cuma buat seru-seruan aja.

Ada yang udah nonton Spiderman Into The Spider-Verse?
Kalau di universe Miles Morales, Peter Parker kan udah mati tuh. Tapi di Universe Peter Parker sendiri, dia masih hidup.

Dan Peter di universe Miles (gagah, berotot, berwibawa) beda banget sama Peter di universenya sendiri (nyeleneh, buncit, lawak)

Anggaplah seperti itu. Jadi ga ada hubungannya😆

Namanya juga spin-off, ya gak?

Chapter ini adalah paralel dari:
Chapter 1 - Natasha Winchester
Chapter 13 - The First Day

******

[Author POV]

Pagi yang cerah di bulan September, seorang murid laki-laki blasteran Asia-Amerika keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju ke dalam sekolah. Pemuda itu bercermin di spion mobilnya dan tersenyum miring.

"Great! Kau tampan sekali hari ini, Aiden!" Ia menyibakkan rambut panjangnya sambil bermonolog.

Saat Aiden berjalan menuju ke dalam sekolah, atensinya tertuju pada seorang gadis yang sedang berdiri di depan Ollie, patung maskot Berry High yang berbentuk macan.

Kedua iris cokelat tuanya bergerak dari ujung kepala hingga ujung kaki gadis bersurai pirang yang mengalihkan perhatiannya. Ia mengenakan oversize outer berwarna abu-abu serta celana jeans panjang. Converse Chuck Taylor low berwarna putih melengkapi penampilannya yang sporty namun tetap manis. Jujur saja, ini kali pertama Aiden melihatnya di sekolah.

Aneh sekali, untuk seorang Aiden yang selalu peka terhadap gadis cantik, seharusnya ia mengenali gadis itu, kan?

Aiden tersenyum, ia bergumam, "cantik. Mengapa bisa aku tidak pernah melihatnya di sekolah?"

******

Di sisi lain sekolah, tepatnya di kelas junior.

Seorang gadis bernama Natasha Winchester baru saja menghadiri hari pertamanya di Berry High. Ia bersama dengan Emma, sahabat pertamanya di Berry High, masuk ke dalam ruang kelas. Karena bel masuk akan berbunyi, hampir seluruh bangku di dalam ruang kelas sudah terisi penuh. Sisanya hanya dua bangku di paling depan dan dua bangku di paling belakang.

"Perfect! Ada dua bangku kosong di paling belakang. Ayo, Emma!"

Nat hendak melangkah ke belakang kelas, namun dengan cepat murid perempuan bernama Morgan menempati bangku tersebut.

Morgan menyeringai."Sorry, ini tempatku. Sedangkan bangku di sebelahku ini milik Mike."

Tiba-tiba, seseorang menabrak bahu Nat.

"Aduh!" Nat meringis.

Seorang anak laki-laki berambut cokelat yang menabrak bahu Nat menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari seorang anak perempuan di sebelahnya. Tiba-tiba, jantung anak laki-laki tersebut berdetak lebih cepat dari biasanya.

Satu yang ada di pikirannya, anak perempuan itu sangat cantik, bahkan lebih cantik dari cinta monyet masa kecilnya, Giselle.

"Ah, m-maafkan aku--" Anak laki-laki itu menjadi gugup.

"It's okay." Nat tersenyum. "Kau pasti Mike."

Michael terkejut. "B-bagaimana kau tahu namaku?"

Nat menunjuk ke arah bangku kosong sebelah Morgan. "Temanmu yang bernama Morgan baru saja menyebut kalau itu bangku milik Mike, jadi aku menduga kalau kau orang yang ia maksud."

"Oh, begitu." Michael mengusap tengkuknya dengan gugup.

Nat mengernyit, ia menatap anak itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Michael mengenakan jaket bomber berwarna hijau army, serta t-shirt bergambar tengkorak dan ripped jeans berwarna hitam. Pemuda bersurai cokelat itu juga memakai sepatu Vans hitam yang beberapa bagiannya ada tetesan cat berwarna merah. Michael juga sepertinya lupa mengikat tali sepatunya.

Sungguh, penampilannya sangat tidak cocok dengan kepribadiannya!

"Nat, guru kita sudah datang!" Emma berbisik pada Nat. "Kita harus mencari bangku yang lain! Di depan masih ada dua bangku kosong."

Tetapi terlambat, seorang guru sudah memasuki kelas dan melangkah menuju meja guru, high heels milik beliau bergeming di udara. Dengan cepat Emma berlari menuju bangku paling depan.

"Good morning!" Seru sang guru.

"Good morning, Mrs."  Semua murid yang berlalu-lalang kembali ke bangkunya, suasana di kelas mendadak hening.

Beliau menoleh ke arah Nat dan Michael yang sedang berdiri di belakang kelas. "Kalian, cepat duduk!"

"Sorry." Michael menoleh ke arah Nat. "Kau duduk saja di sini. Aku akan duduk di depan."

Michael berjalan menuju ke arah satu bangku kosong yang ada di depan--karena Emma sudah menduduki bangku kosong yang paling depan--namun langkahnya terhenti ketika Nat meraih tangannya.

"Mana bisa! Ini bangkumu! It's okay, aku akan duduk bersama Emma di depan," bisik Nat.

Guru kami melipat kedua tangannya di dada, beliau meninggikan suaranya. "Mr. Harrison dan Miss Winchester, cepat duduk di bangku kalian dan jangan pacaran di dalam kelas!"

Tiba-tiba, seisi ruang kelas menjadi gaduh. Semua murid yang ada di kelas bersorak dan bersiul. Pipi Michael berubah menjadi semerah tomat.

"Mike! Kau diam-diam sudah pacaran dengan murid baru di kelas ini?!"

"Sialan, kau curi start duluan!"

"Michael Harrison has grown up!"

Beberapa murid laki-laki melemparkan kertas ke arah Michael dan menggodanya. Pemuda itu tidak pernah merasa semalu ini seumur hidupnya.

Nat menunduk, ia berjalan melewati Michael menuju bangku kosong di sebelah Emma. Perasaan Michael pun menjadi campur aduk, ia merasa berdosa pada si anak baru. Karenanya, gadis itu sudah menjadi bulan-bulanan seluruh teman sekelasnya.

Michael menempati bangku di sebelah Morgan, ia menghela napas kasar dan melipat tangannya, kemudian mengubur wajahnya dengan tangan.

Morgan yang duduk di sebelahnya terkekeh sambil menyikut lengan Michael. "I smell love in the air!"

"Shut up!" Michael membentak Morgan, masih dalam posisi yang sama.

"Wes harus tahu kejadian ini. Dia pasti tertawa ketika mendengar kau tersipu malu di hadapan seorang gadis." Morgan masih terus menggodanya.

Hati Michael ingin sekali meminta maaf pada gadis itu, namun ia terlalu takut untuk meminta maaf duluan. Berkat gadis itu, Michael tidak bisa berkonsentrasi selama pelajaran, ia selalu melirik ke arah gadis itu di depan kelas.

Morgan mencondongkan tubuhnya ke arah Michael dan berbisik, "nanti kita jadi bolos tidak?"

"No. Aku jadi tidak mood untuk bolos," jawab Michael.

Morgan melemparkan sebuah bola kertas ke kepala Michael. "Yeah, agar kau bisa melihat si anak baru itu sepanjang pelajaran, kan?!"

*****

Saat jam istirahat, Michael berjalan menelusuri koridor untuk pergi ke lapangan belakang sekolah, tempat di mana ia bergabung bersama teman-temannya yang bandel. Pemuda itu sedang meminum coffee dalam kemasan. Karena pikirannya melayang ke mana-mana, hampir saja ia menabrak orang yang berjalan di depannya.

Michael menoleh ke depan. Crap! itu Emma dan si anak baru!

"Sorry." Michael meminta maaf.

Nat tertawa kecil. "Mengapa sih kau selalu minta maaf?"

"Karena aku hampir menabrak kalian." Michael menjawab.

Nat tertawa. "Tetapi kan kita belum bertabrakan!"

"Sorry." Michael kembali meminta maaf, membuat Nat semakin gemas padanya.

"Apologize accepted, tuan-yang-hobi-meminta-maaf." Nat melipat kedua tangannya di dada.

Semburat merah kembali muncul di kedua pipi Michael. Untuk pertama kalinya seorang gadis memberikan sebuah nickname untuknya. Karena tidak ingin berbuat bodoh semakin jauh, dengan cepat Michael pergi meninggalkan Emma dan Nat.

Nat menatap kepergian Michael dengan heran.

Emma terkekeh dan menyikut lengan Nat. "Kurasa Mike suka padamu."

"Hah?" Nat terkejut.

"Kau lihat pipinya yang semerah tomat? Jelas-jelas ia gugup ketika berhadapan denganmu!" Emma menjawab.

Nat mengangkat salah satu alisnya. "Seriously? He's a dork."

"Jadi, kau tidak tertarik padanya?" Emma bertanya.

"I dunno." Nat mengangkat bahunya. "He's adorable, but ...."

*****

Nat dan Emma sampai di cafeteria untuk makan siang, mereka melihat hampir seluruh bangku di sana sudah terisi penuh.

Emma mendekat ke arah Nat dan berbisik, "wow, kau lihat? Cafeteria siang ini dipenuhi oleh murid dari berbagai ekstrakurikuler. Kau tertarik untuk bergabung ke salah satunya? Atau mungkin kau mau bergabung bersamaku di tim cheerleader?" Ia menunjuk satu persatu perkumpulan ekstrakurikuler dan mengenalkannya pada Nat.

Kedua manik Nat membulat sempurna. "Wow, do you see him? The guy with long black hair and black sweater?"

"Yang mana?" Emma bertanya.

Nat menunjuk seseorang yang sedang duduk di bangku klub band. "Yang matanya sipit itu."

Emma membelalak. "Oh, God. Itu Aiden Zhou!"

"You know him?"

"Everybody knows him." Emma melanjutkan perkataannya. "He's crazy."

Nat mengernyit. "But he looks normal to me."

"Jangan bilang kau suka padanya?" Emma memicingkan matanya.

"Kalau iya, kenapa? Kalau tidak, kenapa?" Nat bertanya.

"Kalau aku jadi kau, aku tidak akan berurusan dengannya." Emma terlihat serius.

"But he's cute." Nat mengerucutkan bibirnya.

"Penampilan bisa menipu, Nat."

"Why? Is he a fuckboy? Playboy? Badboy?"

"Tidak, sih. Justru ia adalah komposer paling berbakat di sekolah ini." Lirih Emma.

Nat menyeringai. "Good. Itu artinya ia terlihat normal bagiku. Aku akan berkenalan dengannya."

Emma menghela napas. "Terserah kau saja, aku tidak mau bertemu dengannya. Aku akan kembali ke kelas setelah membeli sandwich."

"Emma, temani aku, please?" Nat merajuk.

"No, do it by yourself. Good luck, Nat." Emma melambaikan tangan pada Nat dan pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

Nat menatap kepergian Emma sambil bergumam, "Memangnya ada apa sih dengan yang namanya Aiden Zhou itu?"

TBC.

*******

BONUS

Momen langka: Michael senyum manis ala Aiden gitu deh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro