Chapter 49 - What Goes Around Comes Around
[Aiden POV]
Pertandingan softball melawan Kepler High School sudah tiba. Sore ini, semua pemain berkumpul tengah di lapangan, begitu pula dengan cheerleaders. Bangku tribun dipenuhi oleh murid-murid gabungan dari tiga sekolah yang akan menonton.
Sebelum pertandingan dimulai, kami menghampiri Caleb dan Jade di tengah lapangan untuk memberikan semangat.
"Guys!" Tiba-tiba, Myra berteriak dan berlari ke arah kami.
"Myra! Kau hampir terlambat!" seru Caleb.
Gadis itu berhenti tepat di sebelahku dan Nat, ia membungkuk dan berusaha untuk mengatur napasnya. "Maaf aku terlambat, barusan--"
"AWAS!!!" Tiba-tiba Nat berteriak.
Gadis itu menarik Myra mendekat ke arahnya ketika sebuah bola softball melayang dengan cepat ke arah kami, nyaris mengenai kepala Myra.
"Brian! Apa yang kau lakukan?!" Max yang berada di tepi lapangan membentak Brian.
"You bitch!" Brian mengacungkan jari telunjuknya tepat ke arah Myra.
Myra shock. Kedua netranya membulat sempurna, membeku di tempat tak mengeluarkan satu patah kata pun.
"Bagaimana rasanya dipermalukan di depan umum, hah? Itu lah balasannya karena kau mempermalukanku saat konser tempo hari lalu!" bentak pemuda bersurai merah itu lagi.
Seluruh penghuni lapangan saling berbisik, bertanya-tanya dengan apa yang sedang terjadi, membuat wajah Myra berubah menjadi merah padam. Gadis itu merasa marah, malu, kesal dan sedih secara bersamaan.
"Apakah kau tidak pernah lelah untuk menghancurkan hidupku, Crandall?" ucap gadis itu parau.
Nat yang berada di sampingnya dengan sigap membawa Myra ke dalam pelukannya, menghalangi pandangannya dari pemuda yang baru saja melempar bola softball ke aranya.
Dengan emosi yang membuncah dan darah yang mendidih, aku mengepalkan tangan kuat-kuat dan berjalan cepat menghampiri psikopat itu.
"Enough, Crandall!" bentakku.
Melihatku akan mengamuk, dengan cepat Caleb dan Michael menahanku pergi.
"You wasting your energy, Aiden. Kau tahu sendiri kan Brian seperti apa?" Michael berbisik sambil terus menahan tanganku.
Brian tertawa sinis. "Mau apa lagi kau? Sekarang gadis kecil ini adalah pacarmu?" Kemudian ia menoleh ke arah Nat. "Winchester, jaga pacarmu baik-baik!"
"It called friendship, you dipshit! Something you'll never know!" sindir Caleb.
"BRIAN NICHOLAS CRANDALL!" Tiba-tiba seseorang di tepi lapangan berteriak, suaranya bergeming di seluruh sudut lapangan. Aku terdiam dan menoleh ke arah sumber suara, begitu pula dengan Brian.
Zoe yang sedari tadi duduk di bangku cheerleader beranjak dan melempar pom-pom miliknya ke tanah, kemudian berjalan mendekati Brian. Gadis itu sampai di tengah lapangan, berhadap-hadapan dengan sang mantan.
"You know what? Sudah lama sekali aku ingin mengatakan hal ini padamu. Kau pemuja patriaki menyedihkan, fuckboy yang merasa dirinya nomor satu!" desis Zoe.
Brian mengerutkan dahi, seolah-olah tidak terima disebut seperti itu. "Kau menjelek-jelekanku karena kau mantan pacarku!"
"Exactly!" Zoe membentaknya. "Maka karena itu aku tahu persis bagaimana perilakumu! Saat kita berkencan, kau selalu bertindak egois dan tidak pernah peduli perasaanku! Memandang wanita rendah seakan-akan mereka objek seksualmu! Itu adalah tiga bulan terburuk dalam hidupku!"
Brian mendengkus dan tersenyum sinis. "Kau menyelingkuhi Caleb dan berkencan denganku. You deserved it!"
"Hei, jangan bawa-bawa aku!--" Caleb protes, namun Jade mengarahkan tangannya ke arah pemuda itu dan mengisyaratkannya untuk berhenti.
Tiba-tiba, terlihat rona keruh di wajah Zoe, perkataan Brian membuatnya tak berkutik. Gadis itu terdiam selama beberapa saat, lalu menghela napas berat.
"Yeah, I deserved that, tapi tidak dengan Myra," lirihnya.
Brian melipat kedua tangannya di dada. "Minggir! Ini bukan urusanmu, Miss Ex-Girlfriend!"
"Aku juga perempuan, tentu saja ini menjadi urusanku!" Zoe merendahkan suaranya, namun tetap terdengar seperti ancaman. "Dengar, kalau sekali saja aku melihatmu berbuat seperti itu lagi pada Myra, aku sendiri yang akan menghajarmu!"
"Aku tahu kau hanya menggertak!" Brian merespon.
"Apa aku terlihat sedang menggertak?!" Zoe meninggikan nada bicaranya sebanyak satu oktaf.
"Tidak." Brian menggigit bibirnya, kemudian memalingkan pandangannya dari Zoe dan menjawab dengan sedikit ketakutan.
"Pergi dari sini dan jangan sampai aku melihatmu lagi!" Zoe menunjuk ke arah luar lapangan.
Tanpa basa-basi, Brian berlari keluar dari lapangan. Seluruh pemain softball dan penonton yang ada di tribun menatap kepergian pemuda dengan bingung, begitu pula dengan kami yang ada di sekitar Myra.
Zoe melipat kedua tangannya di dada dan mendengkus. "Ya ampun, aku sampai harus turun tangan supaya ia jera!"
Gadis itu membalikkan tubuhnya dan menghampiri Myra, kemudian berjongkok tepat di depannya.
"You okay?" tanyanya.
"Wait, what? Aku pikir kau membenci kami, Zoe," tanya Nat.
Zoe menekuk wajahnya. "How can I? You guys are too sweet."
Nat dan Myra mengernyit secara bersamaan, terlihat dengan jelas bahwa mereka kebingungan.
"Dengar, apa yang Brian lakukan padamu itu keterlaluan, Myra. Aku tidak bisa diam saja, kan?" ucap Zoe lagi.
Myra terenyuh, gadis itu mengulas senyum tipis."Thanks, Zoe. Can we hug?"
Zoe memutar bola matanya malas. "I'd rather not."
Myra tertawa kecil ketika melihat senyum kecil di wajah Zoe. "Good, because I don't want to hug you either."
*****
[Natasha POV]
Setelah diperlakukan buruk oleh Brian, Myra memintaku untuk menemaninya ke toilet. Gadis itu ingin merapikan riasannya. Ketika menunggu di depan pintu toilet, tiba-tiba aku melihat seseorang yang sangat familier berjalan tepat di depanku.
"Oke, bro. Aku akan menuju ke sana--" Brian terlihat sedang menelepon. Pemuda itu berhenti berbicara ketika melihatku. "--Talk later. Ada yang harus kuurus."
Brian menutup panggilan teleponnya dan menatapku tajam. Pemuda itu berbalik arah menghampiriku.
"It's your fault, Winchester!" Jari telunjuknya tepat mengarah ke wajahku.
"What the hell are you talking about, Crandall?!" bentakku.
"Kalau kau mengizinkanku membeli bunga untuk Myra, gadis itu pasti menerima promposal-ku!"
Aku meninggikan suaraku sebanyak satu oktaf. "You blame me?! You're a jerk, jelas saja Myra tidak mau pacaran denganmu!"
"I'm not a jerk!" Brian membentakku.
"Masih tidak sadar juga? Kau ingat kelakuanmu dulu di Berry High? Kau membuat Emma menangis, mencuri Zoe dari Caleb, mengucilkan Mike, lalu pergi meninggalkan tim football kami dan membuat kami kesusahan setengah mati untuk mencari penggantimu!"
"Emma is a nerd. Ia tidak selevel denganku."
"Jangan pernah berbicara tentang sahabatku seperti itu!" desisku. Kedua tanganku terkepal kuat
Pemuda bersurai merah itu mengangkat bahunya. "Zoe dan Caleb? Zoe mau-mau saja kucium, bukan salahku, dong?"
"Caleb was your best friend!"
"Was. Yeah. Dulu." Ia menyeringai. "Mike anak punk yang sering bergaul dengan anak-anak punk. Bintang football sepertiku juga tidak selevel dengannya!"
"Kau mengklasifikasi orang berdasarkan levelnya?!" Aku berdecak dan menggeleng tak percaya.
"Tigers? Mereka payah! Statton High berada jauh di bawah rantai makanan Tigers dan kita kalah melawan tim rendahan seperti itu? Lebih baik aku pindah ke tim yang lebih bagus, kan?" Ia meninggikan suaranya. "Apakah kau pernah menonton football? Banyak pemain bintang meninggalkan timnya saat bursa transfer!"
"Kita sedang membicarakan tim football sekolah, Brian, bukan profesional! Kami semua beruntung Mike mau menjadi quarterback kami!" Aku mendesah kasar. "Itu semua bukti bahwa kau brengsek!"
"I'm not a jerk, orang tuaku mengajariku untuk menjadi diriku sendiri!" Ia mengelak.
Aku semakin naik pitam. "Tapi, apa kau pernah dengar pepatah 'perlakukan orang lain sebagaimana kau ingin diperlakukan'?"
Brian terdiam. Psikopat ini mulai skak mat dengan perkataanku.
"Lalu perlakuanmu pada Myra saat spring concert, apakah itu pantas? Kau menerornya, melecehkannya, mempermalukannya di depan umum--"
"Itu promposal, Winchester! Semua orang melakukannya di depan umum! Aku yakin pacarmu yang freak juga melakukan itu!" Ia membentakku.
"Mirror, please! Kau yang freak!" Aku membentaknya. "Dan diantara hari-hari lain, mengapa kau memilih spring concert? Kau ingin membuat Zoe cemburu karena kau tahu gadis itu akan menonton penampilan klarinetnya Terrence? Kau ingin menunjukan padanya bahwa kau sudah move on?!"
Brian terdiam cukup lama. Seringai kemenangan terulas di wajahku ketika berhasil membuatnya benar-benar skak mat.
"Gotcha! Kau menjadikan Myra sebagai sasaran empuk untuk membuat Zoe cemburu. You're a jerk, Brian. Admit it!" Aku melipat kedua tanganku di dada.
"Whatever. Seluruh murid Hearst menyukaiku!"
Aku tertawa meremehkan."Who? Max? Kara? Di mana mereka saat Zoe mengusirmu keluar lapangan? Mereka membiarkanmu pergi, kan? They're learning, Brian!"
Brian tersentak, ia menggigit bibirnya.
Myra membuka pintu toilet dengan perlahan dan berbisik. "Nat, sudah hentikan!"
Aku berjalan menghampiri Myra, merangkul gadis itu dan membawanya pergi dari sana.
"Who do you think you are, Winchester? Kita belum selesai berbicara!" bentaknya.
PLAK!
Bunyi tamparan di pipi kiri Brian bergeming di udara. Pemuda itu mengelus pipinya, seakan tidak percaya akan ditampar seorang anak perempuan sepertiku.
"Nat! Astaga!" Myra shock, dengan sekuat tenaga ia mencoba menarikku pergi dari sana.
Aku menyeringai. "Itu balasan untuk perilakumu pada Emma, Caleb, Myra, Michael, Aiden, dan seluruh anggota tim Tigers!"
******
[Aiden POV]
Setelah hampir satu jam, Nat dan Myra kembali ke bangku tribun dan duduk tepat di sebelahku.
"Nat! Kau ke mana saja?! Pertandingan hampir selesai, kau melewatkan banyak sekali penampilan Caleb dan Jade!" Aku bertanya padanya.
Gadis itu tersenyum. "Aku melakukan sesuatu yang keren!"
Perasaanku bercampur aduk ketika mendengar apa yang Nat lakukan pada Brian di depan toilet wanita. Khawatir, marah, namun kagum. Semuanya bercampur menjadi satu.
"Kau menampar Brian?!" Dengan sigap aku mengelus kedua pipinya. "Dia tidak balik menamparmu, kan?"
"No, don't worry about that." Nat menjawab.
Aku menghembuskan napas lega, kemudian mengusap wajahku kasar. "Kau membuatku takut, Nat!"
"It's okay. I was so badass, right?" Gadis itu tersenyum.
"Jangan pernah lakukan itu lagi!" Tanpa sadar aku membentaknya karena khawatir setengah mati.
Nat menggigit bibirnya. "Sorry."
"Jangan marahi Nat seperti itu! Ia sudah membelaku!" Myra angkat bicara.
"Aku tidak marah, aku hanya--"
"Maaf sudah membuatmu khawatir," lirihnya
Aku tersenyum tipis, kemudian mengelus kepalanya. "Iya, tapi janji, jangan pernah lakukan hal senekat itu lagi, okay?
Nat mengangguk, kemudian kembali terfokus pada pertandingan. "Apa yang kulewatkan?"
Aku tidak menjawab, melainkan menunjuk ke arah anak laki-laki berambut cokelat yang sedang bersiap untuk melempar bola.
"Itu si Fastball Finn. Lemparannya benar-benar tidak terlihat! Kini Caleb menggantikan Julian yang cedera."
"Is he okay?" tanya Nat.
"Julian? Yeah, tim medis segera membawanya keluar lapangan. Kau tahu, ternyata Caleb seorang pemukul bola yang cukup hebat! Padahal selama ini ia hanya berlatih sebagai penjaga base." Aku menoleh ke arah Nat.
Pertandingan hampir berakhir, skor kedua tim hanya berbeda tipis, jika kali ini Caleb berhasil memukul bola, pertandingan selesai dan kami menang.
"Yeah! Caleb go Caleb!" Emma, dengan pakaian cheerleader lengkap dan pom-pom di tangannya, bersorak untuk Caleb dari tepi lapangan.
"You can do it, Caleb!" Bersamaan dengan Emma, Jade juga menyorakinya.
Caleb bersiap untuk memukul bola, aku dapat melihat pemuda itu mengerutkan dahinya dan berusaha untuk berkonsentrasi. Segalanya terjadi begitu cepat, Finn melempar bola secepat yang ia bisa, lemparannya benar-benar tidak terlihat. Sedetik kemudian, aku melihat Caleb mengayunkan tongkat softball-nya, membuat cheerleader yang ada di tepi lapangan melompat dan bersorak.
Seluruh penonton mengalihkan pandangannya pada bola yang berhasil dipukul oleh Caleb. Benda tersebut terlempar jauh melintasi lapangan. Aku memalingkan pandanganku lagi ke arah Caleb yang sedang berlari cepat menuju base-base yang ada di lapangan sebelum pemain dari tim Kepler berhasil melakukan tugasnya.
Sorakan dari team cheerleader dan seluruh penonton yang ada di tribun menjadi pertanda bahwa Tigers dan Bulldogs menang. Kami semua bersorak dan berlari ke tengah lapangan, kemudian mengangkat Caleb tinggi-tinggi di udara.
"Hore untuk Caleb! Hore untuk Caleb!"
Caleb tertawa. "Oh my God. Kalian, turunkan aku!"
Kami semua menikmati euphoria kemenangan malam ini sambil bersorak gembira. Beberapa orang di kerumunan saling berpelukan dan mengangkat pemain softball lainnya ke udara.
Setelah Caleb diturunkan, Jade bertanya padanya. "Caleb, aku tidak tahu kalau kau pandai memukul bola! Ke mana saja kau selama ini? Selama berlatih kan kau hanya bertugas untuk menjaga base!"
"Ah, itu ..." Wajah Caleb berubah muram. "Aku memang bermain sebagai pemukul bola saat berada di sekolah menengah. Namun aku mengundurkan diri karena Brian ingin mendapatkan posisi itu. Aku mengalah padanya agar kami dapat bermain sebagai satu tim."
"Rupanya apa yang dikatakan Zoe ada benarnya." Aku tersenyum dan menepuk bahunya. "Aku bersyukur kini kau bisa lepas dari sahabat toxic sepertinya."
Caleb tersenyum tipis. "Yeah, thanks to you guys!"
"So proud of you," bisik Jade.
Pemuda berkulit eksotis itu tersenyum, menyibakkan rambut wavy milik Jade ke belakang telinganya, kemudian merunduk untuk mencium gadis di depannya.
"Whoaaa whoaaa, ada apa ini?" goda Michael.
"Kalian berkencan?!" tanyaku.
Caleb melepas ciumannya, menatap kami satu persatu dengan semburat merah di kedua pipinya.
"Yeah. Aku dan Jade," jawabnya gugup.
"Belum lama ini," tambah Jade.
Maria bertepuk tangan dan bersorak. "Woohoo! Kurasa kalian hutang segelas milkshake dan banana pancake di Golden Griddle untuk kami!"
Di tengah euphoria kemenangan dan kebahagiaan dua sejoli yang baru saja menyandang status pacaran, atensiku teralihkan pada Emma yang mendadak hilang dari pandangan. Aku menoleh ke kanan kanan dan kiriku untuk mencari gadis itu.
Tidak lama kemudian, Emma terlihat sedang duduk sendirian di bangku tribun. Kehadirannya nyaris tak terlihat, mengingat banyak sekali murid yang berlalu lalang di sini.
Aku berbisik di telinga Nat. "Kurasa Emma membutuhkanmu."
Nat mendongak ke arahku dan mengangguk. Gadis itu tahu apa yang harus dilakukannya, dengan cepat ia pergi meninggalkanku dan menghampiri Emma di bangku tribun.
Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙
*******
BONUS
Selamat untuk Caleb dan Jade, sekarang udah officially a couple!❤
SUPER BONUS
Brian Nicholas Crandall
*ditimpuk readers*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro