Chapter 47 - Myra Khandaar [Part 1]
Keesokan harinya, akhir pekan sudah tiba. Saatnya bagi kami semua untuk berbelanja suit dan gaun untuk prom night.
Aku dan Nat tiba di lokasi tujuan, segera kami memarkirkan mobil di basement mall. Setelah itu, kami memasuki gedung dan berjalan menuju titik pertemuan.
"Hi, guys." Nat menyapa teman-teman saat kami sampai di titik pertemuan.
Maria menoleh ke arah kami dan memelototi kami. "You're late! Kau tahu tidak sekarang jam berapa? Aku harus segera pulang dan mengurusi hal-hal yang lain!"
Nat terkekeh. "Sorry, sorry."
"Chill out, Maria. Urusan prom committee masih bisa diurus nanti!" ucap Caleb.
"Yeah. Kau selalu panik berlebihan dan memarahi semua orang saat stress!" Michael protes.
Maria mengernyit dan memijat kedua pelipisnya. "No, no, no. Kami masih belum menentukan dekorasi apa yang cocok. Kara bilang kita santai saja, biar ia yang mengurus semuanya. Tetapi aku masih tidak percaya padanya--"
Michael menyikut lengan Maria. "Hei. Lupakan urusan dekorasi sebentar saja! Kau harus konsentrasi untuk mencari gaun yang bagus. Kau ingin terlihat keren saat prom nanti, kan?"
Maria menghela napas. "Okay. Okay."
Emma melirik ke arah kami satu persatu. "So, Aiden dan Nat sudah datang. Kalau begitu, siapa yang belum datang?"
Aku menunjuk teman-temanku satu persatu untuk mengabsen dan bergumam. "Aku dan Nat sudah. Maria, Michael, Caleb, Emma--" Aku terdiam, wajahku berubah muram. "Myra."
Emma menekuk wajahnya. "Myra tidak merespon pesan kita semua hingga hari ini."
Begitu pula dengan Nat, ia melirik layar ponselnya. "Ia bahkan tidak berkata apapun di group chat klub band."
Michael mengangkat kedua alisnya. "So, apakah ia benar-benar tidak akan datang? Atau kita harus menunggunya--"
"Siapa bilang aku tidak datang?"
Kami semua terkejut dan menoleh ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari Myra, ia berdiri di belakang kami dan tersenyum lebar saat kami semua menatapnya.
Emma dan Nat tersenyum lebar, kemudian berlari ke arah Myra untuk memeluknya erat.
"MYRAAAA! YOU'RE HERE!" seru mereka.
"Of course I'm here! Bukankah aku harus terlihat keren saat prom nanti?" jawab gadis keturunan India itu.
"Hell yes! Kita akan shopping sampai kaki kita lelah!" Caleb tersenyum lebar.
Michael memutar bola mata dan menggerutu. "Bagaimana dengan 'kita akan shopping sampai kita mendapat apa yang kita cari, kemudian pulang'?"
"Ide Michael cukup bagus." Aku merespon.
"Guys! Ini prom, loh! Prom! Sekali dalam setahun! Kalian harus memilih suit yang keren dengan teliti dan tidak terburu-buru!" Caleb protes.
"I don't care. Maria hanya ingin warna yang senada denganku kan? So, let's make this quick!" jawab Michael.
"No, Mike! Kau juga harus memilih model yang cocok dengan gaunku!" sanggah Maria.
Michael mengerang jengkel. Ketika kedua sejoli itu sedang berdebat, aku menoleh ke arah Myra.
"Kau baik-baik saja?" tanyaku khawatir.
Myra tertawa lepas. "Totally fine! Masa bodoh dengan Brian!"
"Are you sure?" Aku menekuk wajahku.
Myra tidak menjawab, ia merangkul Emma dan Nat dan berjalan mendahului kami. "Ayo berbelanja!" serunya.
Mereka bertiga berjalan dengan cepat di depan kami, diikuti oleh Caleb. Kami semua berkeliling mall untuk mencari letak butik yang sedang diskon tersebut.
Maria yang berjalan di sebelahku menghela napas lega dan tersenyum. "Aku senang Myra sudah kembali ceria seperti biasa."
Aku menggeleng. "Nah. Aku tahu dia menutupinya dari kita! Aku bersahabat dengan Myra lebih lama dari kalian semua. Aku tahu persis bagaimana perilakunya saat ia memalsukan keceriaannya."
"Aku juga merasa begitu. Tidak mungkin kesedihannya hilang dalam satu malam," ujar Michael.
"Begitu kah?" Wajah Maria berubah muram. "Kalau begitu, kita tarus memastikan ia baik-baik saja hari ini."
Aku dan Michael mengangguk. Setelah beberapa saat, Maria memecah keheningan dan menunjuk ke salah satu toko di sebelah kanan kami.
"Guys, itu Danielle's Boutique!" serunya.
"Let's go!" Myra masuk terlebih dulu ke dalam toko, diikuti oleh kami semua.
Danielle's Boutique ternyata lebih luas dari perkiraanku. Interior-nya terbagi dalam dua area, yaitu area pakaian formal untuk perempuan dan pakaian formal untuk laki-laki. Kami semua berpencar di dalam butik dan mulai mencari outfit yang kami sukai.
Nat menoleh ke arahku dan berkata, "kau harus bergabung bersama Michael dan Caleb." kemudian ia berjinjit dan berbisik di telingaku. "Aku tidak sabar melihat prom suit pilihanmu!"
"Aku tidak sabar melihat gaun pilihanmu juga, Nat. Ayo, sana, bergabung dengan yang lain." Aku mengelus lembut pucuk kepalanya.
Nat tersenyum dan mengangguk, kami berpisah untuk mencari outfit untuk diri kami masing-masing. Aku bergabung bersama Caleb dan Michael di bagian pakaian formal untuk laki-laki.
Yang terlihat paling bersemangat adalah Caleb. Ia menyisir setiap jas yang dipajang di rak display, kemudian mengambil beberapa pilihan yang ia sukai sambil bersenandung.
"Hmm, hmm, aku suka ini, aku juga suka yang itu--"
Aku tertawa kecil melihat tingkah laku Caleb, kemudian kembali terfokus menyisir jas-jas yang ada di dalam rak. Tiba-tiba, Michael menghampiriku.
"Aiden, bagaimana menurutmu?" Pemuda itu terkekeh sambil menunjukanku sebuah jas dengan motif yang konyol. Pakaian tersebut tersebut berwarna putih dengan garis-garis vertikal berwarna merah.
Aku tertawa lepas. "Are you kidding me?! Maria akan membunuhmu jika kau membeli jas itu! Jas ini seperti pakaian baseball!"
"Wait for it."
Michael berjalan menghampiri Maria yang sedang melihat-lihat gaun di rak yang letaknya tidak jauh dari kami. Michael menunjukan jas tersebut pada Maria dan bertanya, "bagaimana menurutmu?"
Maria langsung memasang wajah tidak suka."How dare you, Mike! Aku akan mencari prom date yang lain jika kau memilih jas ini!"
Aku dan Caleb tertawa melihat interaksi konyol mereka berdua. Tidak terasa, waktu berjalan sangat cepat. Nyaris semua orang sudah menemukan outfit yang akan mereka beli. Meskipun Danielle's Boutique sedang diskon besar-besaran, suit yang kusuka tidak mendapatkan potongan harga yang cukup besar. Hal ini membuatku bingung untuk menentukan pilihan.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya aku mengambil suit yang menurutku lumayan keren dan terjangkau, kemudian pergi menyusul teman-teman untuk mencobanya di fitting room. Danielle's Boutique memiliki cukup banyak ruang, sehingga kami tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menunggu antrian.
Satu persatu teman-temanku mencoba outfit yang mereka pilih di fitting room. Seseorang yang pertama kali keluar adalah Michael. Pemuda berambut cokelat itu berkacak pinggang.
"Bagaimana menurutmu?" tanyanya pada Maria.
Maria mengacungkan kedua jempolnya. "Thank God! Aku lega kau tidak memilih jas merah-putih yang tadi."
"It's your turn." Michael mempersilahkan pasangan prom-nya untuk memakai ruang ganti.
Tidak lama kemudian, Maria keluar dari dalam fitting room dan tersenyum lebar. "Syukurlah warna gaunku senada dengan jas pilihan Mike!"
"Kau puas sekarang?" tanya Michael dengan sebuah seringai.
"Of course!" Maria merespon. "Harus kuakui, seleramu bagus juga."
Selanjutnya giliran Emma yang memperlihatkan gaun pilihannya pada kami. Gadis itu keluar dari dalam fitting room dan berputar, membuat outfit prom-nya berkibar.
"Bagaimana dengan gaun pilihanku?" tanyanya.
"Pink is your color! Tetap cantik seperti biasanya!" Nat mengacungkan kedua jempolnya.
Selanjutnya, Caleb keluar dari dalam fitting room sambil merapikan jasnya yang sedikit kusut.
"What about me?" tanyanya.
"Dang! Dasi kupu-kupu itu cocok sekali untukmu!" puji Michael.
Hampir semua orang sudah mencoba dan memutuskan outfit yang akan mereka beli, hanya Nat yang belum keluar dari dalam fitting room. Aku penasaran mengapa gadis itu mencoba gaun yang ia pilih dalam waktu yang sangat lama. Apakah Nat sedikit kesulitan memilih gaun yang cocok untuknya?
Tidak lama kemudian, akhirnya tirai fitting room di mana Nat mencoba gaunnya terbuka. Aku hendak menoleh ke arahnya, namun tiba-tiba seseorang menutup mataku.
"Aiden! Kau tidak boleh melihat gaun pilihan Nat sebelum prom!" pekik Emma.
Rupanya yang menutup mataku adalah Emma! Dari dalam gelap, aku dapat mendengar Nat tertawa renyah.
"What?! Tidak adil! Bagaimana kalau outfit yang kami pakai tidak serasi?" Aku protes.
Maria terkekeh. "Don't worry, kami akan memastikan hal itu tidak akan terjadi."
Tiba-tiba, keheningan meliputi kami semua. Aku penasaran setengah mati bagaimana penampilan Nat dengan gaun yang dipilihnya. Mengapa semua orang terdiam? Aku hanya bisa menebak dengan mendengar respon teman-temanku.
"Wow, Nat, you look amazing!"
"Aku akan terlihat seperti rakyat jelata jika kita berdiri berdampingan!"
"Warnanya serasi sekali dengan warna kulit dan rambutmu!"
"Astaga, kau terlihat sangat berbeda dari biasanya! Aiden pasti semakin tergila-gila padamu."
"Wah, kalau begini, sih, gelar prom queen otomatis akan jatuh ke tanganmu!"
Aku mengerang, berusaha melepas kedua tangan Emma yang sedang menutup mataku.
"Nat! Cepat kembali ke fitting room! Aiden semakin berontak!" pekik Emma.
"Okay!"
Aku mendengar suara Nat dan tirai fitting room yang kembali tertutup. Pada akhirnya, Emma melepaskan cengkramannya dari wajahku.
"Damn you, Emma!" gerutuku, sedangkan Emma hanya menjawab dengan tawa.
Tidak lama kemudian, Nat keluar dari dalam fitting room dan menyembunyikan gaun pilihannya di balik tubuhnya. Aku bergerak ke arahnya, memfokuskan atensiku pada kain di belakang tubuhnya. Dengan cepat gadis itu menghindar dariku.
"No cheating, Aiden!" Gadis itu menyeringai.
Aku memutar bola mata dengan kesal, kemudian masuk ke dalam fitting room untuk mencoba suit pilihanku.
"Not bad. Kuharap harganya sepadan," gumamku.
Setelah beberapa saat, aku keluar dari dalam fitting room dan menyaksikan seluruh pasang mata tertuju padaku. Sebelum Nat sempat melihat ke arahku, dengan cepat Emma menutup kedua netranya.
"Jangan mengintip!" pekik gadis itu.
Nat terkekeh. "Memangnya kami akan menikah? Ini kan cuma prom!"
Michael berdecak kagum. "Dang! Aku tidak melihat suit itu di rak manapun. Dari mana kau mendapatkannya? Warnanya basic tapi modelnya bagus sekali!"
Emma tersenyum lebar. "Suit pilihanmu bagus, Aiden! Tenang saja, masih senada dengan gaun pilihan Nat, kok!"
Maria mengangguk. "Yup. Warnanya masih satu tone."
"Guys, seriously?" Nat menggerutu.
Aku tertawa. "Yeah, kurasa kita harus saling bersabar hingga prom tiba."
Setelah keluar dari fitting room, kami semua bersiap pergi ke kasir untuk membayar outfit yang kami pilih. Namun, langkahku dan Nat terhenti ketika melihat Myra duduk sendirian di kursi tunggu fitting room.
Gadis itu termenung, menampilkan rona keruh di wajahnya. Rupanya benar, Myra berpura-pura ceria di depan kami, namun pada akhirnya ia tetap tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.
Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙
******
BONUS
HELLO, MYRA!
Gaun pilihan Nat dan suit pilihan Aiden masih Author rahasiakan. Biar surprise >.<
Penasaran? Baca terus chapter selanjutnya! xoxo❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro