Chapter 45 - Spring Concert
Sepuluh menit sebelum konser dimulai, berkali-kali aku mengecek arlojiku dengan gelisah. Nat belum juga kembali ke ruang musik untuk bersiap-siap, padahal konser akan segera dimulai. Tidak bisa menunggu lebih lama lagi, aku beranjak dari bangku ruang musik dan pergi untuk mencarinya.
"Aiden! Kau mau ke mana?" Ezra berteriak memanggilku.
Aku menoleh ke arahnya. "Aku akan mencari Nat!"
Aku pergi menuju booth dana usaha milik prom committee yang berada tepat di depan pintu auditorium. Sesampainya di sana, aku menghentikan langkahku ketika melihat Nat bersama dengan Brian di depan sana. Gadis itu menyilangkan tangannya di dada dan menatap pemuda itu dengan tajam.
"C'mon, Winchester! Aku akan membeli sepuluh tangkai kalau perlu!" Brian memohon.
"Kau tidak dengar apa yang kukatakan barusan!? Kami sudah tutup! Minggir! Aku harus bersiap untuk konser!" Nat melangkah pergi, namun Brian menghadangnya.
Tanganku mengepal kuat ketika melihat hal itu, dengan cepat aku menghampiri mereka berdua.
"Ada apa ini?" tanyaku ketus.
Brian mendengkus kesal. "Pacarmu melarangku membeli bunga untuk Myra!"
"What?!" Aku meninggikan nada bicaraku. "Go away, Brian! Aku tidak akan membiarkanmu terus menggoda Myra!"
Brian mendadak menekuk wajahnya. "Aku tidak menggodanya, aku benar-benar suka padanya!"
"That's bullshit! Kau bahkan mengancam Myra untuk mencorat-coret Ollie musim gugur lalu! Kau mengejar-ngejar gadis itu karena kau cemburu Zoe kini berkencan dengan Terrence!" Nat membentaknya.
"Masalah itu--" Brian menggigit bibirnya, kemudian melanjutkan perkataannya dengan ketus. "Lupakan saja! Aku yakin Maria akan marah padamu jika ia tahu kalau kau menolakku membeli sepuluh tangkai sekaligus! Keluarga Crandall sangat kaya, bahkan aku bisa menyumbang berapapun untuk prom!"
"Si brengsek ini ..." desisku.
Pemuda bersurai merah itu membalikkan badan dan pergi dari hadapan kami. "Bye, losers!"
Nat mengernyit. "What a creep."
******
Akhirnya, spring concert akan dimulai beberapa saat lagi, aku dan anggota band lainnya bersiap pada posisi masing-masing di belakang panggung auditorium.
"Good Night ladies and gentlemen! Selamat datang di Oliver M Berry High School Spring Concert!--" aku mendengar Principal Hughs berbicara dengan mic dari balik tirai panggung, disusul oleh tepukan tangan yang meriah dari seluruh penonton.
Aku menoleh ke arah gadis bersurai pirang di sampingku, kemudian menggenggam erat tangannya.
"Nervous?" tanyaku.
Nat menoleh ke arahku dan tersenyum tipis. "Tidak se-nervous dua jam yang lalu saat Myra bilang kalau kau kecelakaan."
"Oh my God, I'm so sorry!" ucapku penuh penyesalan.
Gadis itu menggerutu. "Kau hampir membuatku terkena serangan jantung! Bagaimana bisa aku bermain solo ketika mengetahui--"
"Sssst!" Aku mencubit pipinya. "Berhenti menggerutu!"
Gadis itu merengut, membuatku tertawa karena gemas.
"--Ladies and gentlemen, kami persembahkan, klub band Berry High dan Hearst High!"
Aku kembali mendengar suara Principal Hughs dari depan panggung. Tidak lama kemudian, tirai panggung terbuka. Aku melihat Mom dan Dad duduk di salah satu bangku penonton, mereka bertepuk tangan dengan cukup meriah ketika melihatku.
"Nat! Aiden! Myra!" Teman-teman kami bersorak sambil bertepuk tangan.
"Yeah! Go Terrence!" Zoe berdiri dari bangkunya dan bersorak.
Brian menoleh ke arah Zoe sambik menggigit bibir, kemudian pemuda itu memalingkan pandangannya ke depan panggung dan berteriak, "SEMANGAT MYRA!"
Aku menoleh ke arah Myra yang sedang mengerutkan hidungnya karena kesal, mungkin juga karena jijik.
Setelah tepukan tangan meredup, aku menghela napas panjang dan mencoba untuk rileks, kemudian mulai memainkan trumpet-ku setelah menerima aba-aba dari Ezra. Seluruh anggota band memainkan alat musik mereka sesuai apa yang sudah kita latih selama berbulan-bulan.
Kini tiba giliran Nat untuk memainkan bagian solo-nya. Gadis itu meniup saxophone-nya dengan penuh percaya diri. Nada demi nada terdengar sempurna, aku lega karena akhirnya Nat dapat fokus berlatih tanpa gangguan apapun.
Setelah selesai memainkan bagian solo-nya, ia menoleh ke arahku dan tersenyum lebar. Aku membalas senyumannya dan mengangguk, tidak pernah merasa sebangga ini padanya selama hidupku.
Setelah bagian solo dimainkan, tiba lah lagu terakhir yang menjadi penutup dari permainan band kami. Di tengah-tengah permainan musik kami, Brian beranjak dari bangku penonton dan berlari ke arah panggung.
"Tunggu! Hentikan musiknya!" pekiknya.
Pemuda itu berlari ke atas panggung dan mengambil salah satu mic yang ada di dekat kami. Seluruh anggota band berhenti memainkan alat musik, mengalihkan atensi pada Brian.
"Brian! Apa yang kau lakukan di atas panggung?" tanya Cameron.
"Aku mempunyai sesuatu yang penting untuk disampaikan," jawab pemuda itu, kemudian ia menoleh ke arah Myra.
"Myra Khandaar," ucapnya dengan penuh kesungguhan.
"Oh, no." Nat bergumam.
Brian mendekati gadis keturunan India itu, membuatnya membeku di tempat, masih dengan trombone di tangannya. Pemuda itu tersenyum lebar dan berbicara dengan menggunakan mic.
"Maukah kau pergi ke prom bersamaku?" tanyanya.
"Go to hell, Crandall! Menjauh dari Myra!" pekik Nat.
Wajah Myra pucat pasi. Awalnya, ia tampak terkejut dengan promposal Brian yang begitu mendadak. Namun, kini amarah menguasainya. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat, wajahnya memerah karena marah.
"HELL NO!" bentaknya.
Seluruh penonton menyoraki Brian. "BOOOOOO! Turun dari panggung!"
Brian memasang wajah memelas. "Ayolah, jangan seperti itu! Aku sudah memberanikan diri untuk naik ke atas panggung ...."
Gadis itu tidak menjawab. Masih dengan emosi yang meluap-luap, ia memelototi pemuda di depannya.
"How could you! Ini adalah konser yang kutunggu selama berbulan-bulan! You ruin my concert!" bentak Myra lagi.
Gadis itu mengubur wajahnya dengan kedua tangan dan berlari ke belakang panggung, meninggalkan kami semua.
"Turun! Turun!" Penonton masih menyoraki Brian.
"Seriously? Kini aku mengerti mengapa kau putus dengan Zoe. Kau itu norak sekali, bung. Menyedihkan!" sindir Terrence.
Brian memelototi Terrence, menaikkan nada bicaranya sebanyak satu oktaf. "Semua ini salah Myra sendiri! Kalau ia mau menerima promposal-ku, konser kalian tidak akan hancur berantakan!"
Amarah menguasai Ezra, ia memelototi Brian. "Turun dari atas panggung! Atau security akan memaksamu turun!"
"Fine! Aku pergi!" Brian berjalan dengan cepat menuruni panggung, penonton masih menyoraki pemuda itu saat ia turun dari atas panggung.
Keheningan yang canggung meliputi kami semua, baik anggota band di atas panggung maupun penonton.
Ezra menghela napas berat, ia mengambil mic dan menoleh ke arah Principal Hughs di bangku penonton paling depan.
"Um, Principal Hughs?" tanya Ezra. "A little help?"
Beliau naik ke atas panggung dan menoleh ke arah Ezra, kemudian pemuda itu menjawab dengan anggukan.
"Saya rasa setelah kejadian tak terduga yang baru saja terjadi dan setelah pemain trombone kami satu-satunya pergi meninggalkan panggung, spring concert malam ini saya tutup," ujar Principal Hughs dengan berat hati.
Kekecewaan meliputi kami semua, begitu pula penonton. Beberapa dari mereka saling berbisik, beberapa mengutuk apa yang baru saja Brian Crandall lakukan. Aku melihat Luis beranjak dari bangkunya dan bergegas untuk keluar dari ruangan, diikuti oleh Emma, Maria, Caleb dan Michael.
"Terima kasih atas kedatangannya dan selamat malam." Pcincipal Hughs menutup spring concert malam ini.
Tirai panggung tertutup, tepukan tangan penonton tidak terdengar meriah seperti ketika konser dimulai. Aku, Ezra dan Nat berlari dengan cepat menuju ruang musik untuk menyimpan alat musik kami, kemudian pergi untuk mencari Myra.
Kami mencari gadis itu hingga ke seluruh penjuru sekolah. Pada akhirnya, kami melihat Luis sedang berdiri di depan pintu toilet wanita.
"Di mana Myra?" tanyaku khawatir
"Ia ada di dalam, mengurung diri di bilik kamar mandi," lirih Luis.
Aku menoleh ke arah Nat dan memohon, "Nat, hanya kau yang bisa masuk ke dalam. Please, she needs us."
Nat tersenyum tipis dan mengangguk, kemudian melangkah masuk ke dalam toilet.
Tidak lama kemudian, Maria, Emma, Caleb dan Michael berlari kecil menghampiri kami.
"Is she okay?" tanya Maria khawatir.
Aku menggeleng. "Nat sedang mengecek keadaannya."
Nat keluar dari dalam toilet, menunjukkan rona keruh di wajahnya. Kurasa Myra benar-benar marah dan kecewa atas apa yang menimpanya hari ini.
"Apakah Myra, baik-baik saja, Nat?" Emma menekuk wajahnya.
Nat menggeleng perlahan. "Myra bersikeras memintaku untuk pergi meninggalkannya, ia tidak berhenti menangis sejak tadi."
"Kuharap sesuatu yang lebih buruk tidak terjadi," ujar Michael.
"Myra juga bilang tidak mau datang ke prom. Itu akan mengingatkannya pada perilaku Brian di auditorium tadi," lirih Nat.
"Well, kutarik kembali kata-kataku." Michael menghembuskan napas berat.
"That bastard! Brian harus membayar semuanya!" geram Caleb.
"Myra yang paling bersemangat untuk datang ke prom dan bermain trombone saat konser. Aku tidak bisa membayangkan sehancur apa perasaannya saat Brian datang mengacaukan konser yang ia tunggu-tunggu," Nat merespon.
Tidak lama kemudian, Mom dan Dad berlari kecil menghampiriku di depan toilet wanita.
"Aiden! Thank God!" pekik Mom.
"Mom, Dad?" Aku menoleh, kemudian menghampiri mereka.
Mom mengelus pucuk kepalaku. "Kau baik-baik saja? Apa Myra baik-baik saja?"
Aku menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu harus berkata apa. Tetapi perasaan Myra tentu lebih hancur dariku malam ini."
"Jangan khawatir, penampilanmu malam ini luar biasa!" Dad berusaha menghiburku.
"Mom setuju! Glen tidak bisa berpaling dari atas panggung saat konser tadi!" Mom menambahkan.
Dad mengeluarkan camera recorder dari dalam tasnya. "Lihat! Bahkan Ayah sudah merekamnya!"
"We're so proud of you! Permainan trumpet-mu semakin bagus dari hari ke hari!" ucap Mom bangga.
Aku tersenyum tipis. "Thanks, Mom, Dad."
Meskipun hanya basa basi, aku menyukai cara kedua orang tuaku untuk membuatku tenang.
Tiba-tiba, Scott datang, berhenti tepat di belakang Mom dan Dad. Sama seperti kedua orang tuaku, wajahnya dipenuhi oleh kekhawatiran.
"Aiden, di mana Nat?" tanya Scott.
Aku memberi salam, "selamat malam, Scott. Nat ada di depan pintu toilet."
Scott mengangguk, kemudian pergi menghampiri putri semata wayangnya.
"Kiddo, are you okay?" tanyanya.
Nat menoleh ke arahnya dengan wajah yang tertekuk. Kedua netranya berkaca-kaca, terlihat jelas bahwa gadis itu sedang menahan tangis.
"Dad ..." cicit Nat. "I have a terrible day."
"I know, I know," lirih Scott. Pria paruh baya itu membuka kedua tangannya lebar-lebar, membiarkan Nat untuk memeluknya. "You did your best, Kiddo."
Aku kembali beralih pada kedua orang tuaku. "Mom, Dad, bolehkah aku menemani Myra dulu sebelum pulang? She needs us."
Dad mengangguk. "I understand. Kalau begitu kami akan pulang lebih dulu."
"Jangan pulang terlalu larut, okay?" tegas Mom.
Aku menjawab dengan anggukan. Tidak lama kemudian, Nat dan Scott menghampiri kami.
"Selamat malam, Mr. dan Mrs. Zhou." Nat tersenyum hangat pada kedua orang tuaku dan memberi salam.
Mom tertawa kecil. "Nat, sudah berapa kali kami bilang, panggil kami Bridget dan Glen!"
Nat tersenyum lebar. "Baik, selamat malam, Bridget and Glen."
Pandangan Scott dan Dad bertemu, membuat jantungku berdebar lebih cepat. Maksudku, ini pertama kalinya kedua orang tuaku bertemu dengan ayahnya Nat!
Dad mengulurkan tangan. "Anda pasti ayahnya Nat. Saya Glen, ayahnya Aiden." Kemudian beliau menoleh ke arah Mom. "Ini istriku, Bridget."
Scott membalas senyuman Dad dan bersalaman dengannya. "Saya Scott. Senang berkenalan dengan anda." Kemudian beliau menoleh ke arah Mom dan bersalaman dengannya juga.
Mom menoleh ke arahku. "Kalau begitu, Mom dan Dad akan pulang sekarang."
"Saya juga akan pulang. Nat akan tinggal di sekolah sementara untuk menemani Myra," Scott merespon.
Dad mengangguk. "Baik, kita bisa pulang bersama-sama. Aiden bisa mengantar Nat pulang sesudah ini."
Scott mengelus kepala Nat dan tersenyum hangat. "I gotta go. Take care, okay?"
Nat mengangguk. "Bye, Dad."
Orang tuaku dan Nat berpamitan pada kami, kemudian berjalan menuju pintu keluar.
Tidak lama kemudian, pintu toilet wanita terbuka, menampilkan Myra yang terlihat sangat berantakan. Kedua netranya sembab, hidungnya memerah karena sudah menangis terlalu lama.
"Aku mau pulang," lirih Myra.
Luis menawarkan diri. "Apa kau perlu tumpangan? Aku--"
Gadis itu menggeleng. "Aku bisa pulang sendiri naik Uber. Please, leave me alone, I will be okay."
*****
Pada akhirnya, Michael dan Luis mengantarkan Myra untuk pulang. Bagaimana bisa kami membiarkan gadis itu pulang sendirian dalam keadaan hancur?
Setelah kepergian Myra, kami berpisah untuk pulang menuju rumah masing-masing. Seluruh anggota band kembali ke ruang musik dan bersiap-siap untuk pulang.
Nat menghampiriku yang sedang duduk sendirian di salah satu bangku ruang musik.
"Are you okay?" lirihnya.
"Sedikit kecewa karena lagu yang kuciptakan tidak selesai kita mainkan. Namun, ketika kau bilang mau pergi ke prom bersamaku, yeah, I'm okay." jawabku pahit.
Nat tersenyum lebar, ia duduk tepat di sampingku. "Jadi, kejutan apa yang ingin kau tunjukan padaku?"
"Kejutan apa?" aku bertanya balik.
Nat mengernyit. "Kau bilang akan memberiku kejutan setelah konser selesai?"
"Oh crap! Aku lupa!" Aku menepuk dahiku sebagai respon atas kebodohanku sendiri. "Sebenarnya aku mau mengajakmu piknik di suatu tempat."
"Great idea. So, let's go!" ajaknya.
"Kuharap piknik kita malam ini akan penuh dengan obrolan menyenangkan, tetapi melihat konser kita yang hancur berantakan, kurasa kita akan berakhir dengan saling mengeluarkan keluh kesah." Aku menekuk wajahku.
Nat tertawa. "What's wrong with that?! Aku nyaman-nyaman saja menceritakan apapun denganmu!"
"Atau kita tunda saja pikniknya?"
Nat menggeleng. "Tidak usah, kita pergi sekarang saja. Kita butuh udara segar!"
Gadis itu beranjak dari bangkunya, menarik tanganku dan membawaku pergi dari sini.
Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙
******
BONUS
Ada yang penasaran sama cast Mr. Winchester, Mr. Zhou dan Mrs. Zhou?
Glen Zhou
Bridget Zhou
Scott Winchester
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro