Chapter 30 - Mixing Bowl
*Ini referensi aja ya guys
Keesokan harinya, tiba saatnya morning announcement. Aku melihat Maria dan Jade di layar televisi.
Maria tersenyum lebar. "Good morning, Berry High dan Hearst High. Saya, Maria Flores dan rekan saya--" Ia melirik ke arah Jade di sebelahnya.
"Jade Ali. Kami akan membawakan Tiger News dan Bulldogs News." Gadis itu tersenyum pada kamera, kemudian menunduk untuk merapikan kertas catatan yang dibawanya.
Maria kembali menatap kamera, ia sedikit meringis kesal dan mencoba untuk tetap tersenyum. "Karena Berry High kedatangan tamu spesial di quarter ini, kami akan mengumumkan program baru Berry High."
Beberapa murid di kelasku saling berbisik. Jade berdeham. "Program baru kami dinamakan Mixing Bowl!"
Maria kembali terfokus ke arah kamera. "Itu artinya, saat makan siang, di dalam satu meja harus ada minimal dua murid Berry dan dua murid Hearst. Yay! Thank you Principal Hughs, atas program yang luar biasa ini!" Ia menepuk tangannya dan bersorak dengan canggung, sedangkan Jade masih tersenyum lebar.
Beberapa murid di kelasku mengerang, namun ada juga yang terlihat senang.
Cameron menoleh ke arahku. "Aiden."
Aku memalingkan pandanganku padanya. "Iya?"
"Kau tidak keberatan untuk duduk denganku di cafeteria saat makan siang?"
"Boleh saja."
Cameron mengambil ponsel miliknya dari dalam tas. "Aku akan mengajak Jade!"
"Great! She's nice. Ajak saja dia," jawabku.
"Whoaaa, kalian sudah saling kenal?"
"Dia berada di kelompokku saat tur kemarin."
"Perfect." Ia mengetik sesuatu di ponselnya, kemudian menoleh ke arahku. "Kau juga harus mengajak salah satu temanmu!"
"Kurasa aku tidak bisa hanya mengajak satu orang. Bagaimana kalau kau bergabung bersama teman-temanku saja?" Aku merendahkan suaraku. "Tenang saja, mereka tidak menggigit."
"Kurasa kau harus memberitahu mereka terlebih dulu. Aku tidak ingin membebani mereka dengan kehadiran kami," ujar gadis itu.
Aku mengangguk sebagai jawaban.
*******
Waktu makan siang sudah tiba. Aku, Cameron dan Jade berjalan ke cafeteria bagian outdoor untuk bergabung bersama yang lain. Sebelum sampai, aku mendengar perdebatan dari arah meja teman-temanku.
"Kau pasti bercanda. Mereka murid Hearst dan akan duduk bersama kita? No! I'm out!" Michael menggerutu.
"Mike! Berhenti bersikap kekanak-kanakan! Kau lihat Jade tadi pagi? She's nice!" seru Maria.
"Asalkan bukan Brian, Max dan Zoe tidak masalah, kan?" tanya Caleb.
Aku berdeham, membuyarkan perdebatan mereka. Kami diliputi keheningan yang cukup canggung.
"Guys, ini Cameron dan Jade." Aku memperkenalkan mereka berdua.
"Ah, aku tahu kau, Jade. Kita bertemu di gym musim dingin kemarin!" ucap Caleb. "Kau pemain basket yang luar biasa!"
"I know you too, Caleb!" jawab Jade.
Caleb mengangkat salah satu alisnya dan berbicara dengan gugup. "K-kau tahu aku?"
Jade mengangguk, kemudian menoleh ke arah Nat. "Dan aku juga sudah kenal dengan Natasha."
Nat tersenyum lebar. "Panggil Nat saja. Ayo, duduk!"
Gadis itu menggeser posisi duduknya agar aku bisa duduk di sebelahnya, sedangkan Cameron dan Jade duduk di seberang kami.
Michael memutar bola matanya. "Aku masih tidak mengerti kenapa kita benar-benar melakukan ini. Principal Hughs kan tidak akan mendatangi meja kita dan mengecek kartu pelajar kita satu persatu."
Caleb meletakkan sendok dan garpunya di atas piring, kemudian mengerutkan dahi. "Kau tidak suka Jade ada di sini?"
"Ah, bukan begitu--" ucap Michael cepat.
"Wow, kau Michael Harrison!" Jade tersenyum lebar dan mengarahkan jari telunjuknya pada Michael.
Michael mengangkat salah satu alisnya. "Yeah, It's me. You know me?"
"Semua anggota tim football kami membicarakan tentangmu, kau quarterback yang sangat berbakat. Itu artinya tim football kami akan bertemu lagi denganmu saat pertandingan musim gugur nanti, kan?" tanya Jade.
"Well, itu tergantung." Michael melirik ke arah Caleb. "Kalau Caleb sudah menemukan quarterback baru, aku tidak akan ikut tryout."
Jade tersenyum. "Kuharap tidak. Aku ingin kita bertemu lagi sebagai lawan saat pertandingan! You're a talented quarterback!"
Michael menyeringai. "Ah, aku tersanjung kau mau menjadi fansku. Tetapi kau bukan tipeku."
Jade terkejut, gadis itu membelalak. "Uh, maaf, aku tidak bermaksud begitu."
Kami semua tertawa kecuali Caleb yang terlihat risih dengan interaksi mereka.
Nat menepuk pundak Jade. "Jangan khawatir, Mike memang begitu, kepercayaan dirinya setinggi langit. Maria beberapa kali mengalami hal yang sama denganmu."
Maria yang sedang meminum susu vanilla, tiba-tiba tersedak. Ia mengerutkan bibirnya. "Kenapa sih kalian senang sekali menggodaku dengan Mike?!"
"Karena kalian cocok!" Aku menyeletuk.
Maria melemparkan tissue yang sudah ia buat menjadi bola ke arahku. "Sialan, mentang-mentang kau sudah punya pacar!"
"Ew, Maria, kau jorok. Itu tissue bekas ingusmu, kan?" Mike mengernyit.
"No! Ini bekas susu vanilla-ku yang tumpah di meja!" sanggah gadis itu.
"Tidak usah mengelak, Flores!" goda Michael lagi.
Maria kesal, ia mengambil tissue kering dan berpura-pura membuang ingus, kemudian meremasnya menjadi bola dan melemparkan benda tersebut ke arah Michael.
"Eat that!" seru gadis itu.
"Son of a bitch!" seru Michael spontan.
Kami masih tertawa melihat pertengkaran Maria dan Michael. Tiba-tiba saja Caleb mengalihkan pembicaraan.
"Cukup tentang Jade. Bagaimana denganmu, Cameron?" tanya pemuda itu.
Cameron memutar spaghetti-nya dengan garpu. "Aku tidak bisa berolah raga, tetapi aku akan bergabung di band bersama Aiden."
"Wah, selamat datang di band!" Nat tersenyum lebar.
"Thank you, Nat." Cameron tersenyum.
"Apa kau juga datang saat pertandingan musim gugur kemarin seperti Jade?" Myra bertanya.
"Yeah!" Ia mengangguk. "Lagu yang kalian mainkan luar biasa!"
Emma tersenyum lebar. "Kau dengar itu, Aiden? Cameron menyukai lagu ciptaanmu!"
Aku mengelus tengkuk leherku dengan canggung. "Technically, itu bukan laguku lagi. Klub band merevisinya bersama-sama."
"Kau yang menulisnya? Wow! Tetap saja itu lagu ciptaanmu!" Cameron memujiku. "Aku iri padamu, kau bisa menulis lagu sekaligus memainkan instrumen. Apa rahasiamu, huh?"
Myra menyeringai. "Rahasia Aiden? Dia." Kedua bola matanya tertuju pada Nat.
"Itu benar! Kudengar seorang composer pasti memiliki seseorang yang menginspirasi mereka." Emma tersenyum sambil menggigit potato wedges.
Myra menyeringai. "Coba kau lihat binder musik milik Aiden. Hampir semua lagu yang ada, ia ciptakan untuk Nat!"
"Oh, really?" tanya Nat.
"She's lying!" cicitku.
Maria tertawa kecil. "Untuk apa kau rahasiakan? Kalian kan pacaran!"
Nat menunduk sambil meminum ice blend miliknya, gadis itu tersipu malu.
"Oh, are you guys dating?" tanya Cameron.
"Yeah." Aku mengangguk canggung.
Cameron bungkam, ia tersenyum tipis dan mengangguk sebagai jawaban. Kami terdiam selama beberapa saat dan kembali terfokus kepada makan siang masing-masing.
Tiba-tiba Myra memecah keheningan. "Caleb, bukankah kau mengadakan party di rumahmu akhir pekan ini?"
"Ah benar." Caleb menoleh ke arah Jade dan tersenyum hangat. "Kau boleh datang."
Jade menoleh ke arah Cameron yang sedang menggigit sandwich.
"Ah, kau juga boleh datang, Cameron!" tambah Caleb.
Cameron mengangguk. "Oke kalau begitu."
Senyum milik Jade pudar. "Akhir pekan adalah pertemuan rutin keluargaku. Sepertinya aku tidak bisa hadir."
Wajah Caleb berubah muram. "Ah, sayang sekali."
"Ayolah, Jade. Caleb sudah mengundangmu, loh!" Myra memohon.
Jade menggigit bibirnya, kemudian mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, aku akan datang setelah pertemuan keluargaku."
"Awesome!" Caleb tiba-tiba meninggikan suaranya.
Myra berpura-pura batuk. "I smell love in the air!"
"N-no! Semakin banyak orang, semakin ramai, kan?" sanggah Caleb dengan gugup.
"Aku tidak berbicara tentangmu, aku berbicara tentang Aiden dan Nat!" Myra terlihat sedang menahan tawa.
"Ups!" Maria tertawa geli.
Perlakuan Myra dan Maria sukses membuat Jade dan Caleb menjadi canggung, mereka berusaha menghindari tatapan satu sama lain, keduanya tersipu malu.
Nat mendekat ke arahku dan berbisik. "Aku rasa Myra sedang melaksanakan tugasnya sebagai cupid."
"As expected from Myra," jawabku. "Itu lah yang ia lakukan pada kita, kan?"
"But, what about Emma?" bisik Nat lagi.
Aku memalingkan pandangan ke arah Emma. Gadis itu terlihat tidak nyaman dengan interaksi Jade dan Caleb.
"I though she has moved on," bisikku.
"She hasn't!" jawab Nat.
Jade sudah menghabiskan makan siangnya, ia menoleh ke arah kami dan tersenyum. "Kalian baik sekali, bolehkah aku duduk satu meja dengan kalian lagi besok?"
Caleb tersenyum dan mengangguk dengan penuh semangat. "Tentu saja!"
Maria menoleh ke arah Michael, "C'mon, Michael Harrison, admit it!"
Michael melirik ke arah Cameron dan Jade, kemudian menghela napas dan tersenyum. "Well, ide Principal Hughs tidak sepenuhnya buruk."
*****
Sebelum bel masuk berbunyi, aku dan Nat membeli air mineral di cafeteria bagian indoor. Fokusku teralihkan pada sebuah spanduk berwarna hitam dengan tulisan ungu berkilauan yang ditempel di dinding.
Aku mencolek bahu Nat. "Nat, you have to see this."
Nat menerima air mineral yang diberikan penjual, kemudian menoleh ke arahku. "What?"
Aku menunjuk spanduk tersebut. Gadis itu membelalak ketika membaca isinya.
[Natasha Winchester For Prom Queen]
"What?!" seru gadis itu bingung. "Who did this?! Mengapa aku dijadikan nominator tanpa diberi tahu?"
"Entahlah. Kau harus bertanya pada Maria. Spanduk itu pasti ditempel atas persetujuan class president," ujarku.
Ketika kami melanjutkan perjalanan menuju koridor, beberapa murid menyapa Nat.
"Congrats, Nat! You've got my vote!"
"Aku yakin pasti kau yang terpilih!"
Nat tersenyum canggung. "Thanks!"
Saat sedang berjalan, secara tidak sengaja gadis di sampingku menubruk seseorang.
"Ups, sorry!" ucap Nat cepat.
Seorang gadis bersurai hitam panjang yang ditabrak oleh Nat menunjukkan ekspresi tidak ramah.
"Perhatikan jalanmu!" ucap gadis itu ketus.
"Excuse me?" Nat mengernyit. "Aku sudah meminta maaf!"
"Kau lagi!" ucap Zoe yang sedang berdiri di samping gadis itu.
"You know her?" tanya gadis itu pada Zoe.
"Natasha Winchester. Salah satu pelaku pencuri spirit stick kita!" jawab Zoe sambil melipat tangan di dada.
Gadis itu menyeringai sambil menunjuk ke arah dinding cafeteria. "Oh, kau yang namanya terpampang di spanduk sebelah sana?"
Setetes keringat mengalir di pelipisku, kurasa sebentar lagi adegan jambak-menjambak akan terjadi. Aku sering menonton adegan perkelahian antar gadis remaja di film-film. Tidak kusangka aku akan melihatnya secara langsung dan pacarku sendiri yang terlibat.
"Nat, ayo pergi!" bisikku.
Nat tidak menjawab. Kedua alis gadis itu bertaut, rahangnya mengeras.
"Do I know you?" tanya Nat ketus pada gadis di depannya.
"Kara Sinclair, prom queen tahun ini." Gadis itu menyeringai. "Dengar, kau tidak perlu repot-repot mencalonkan diri, karena kau akan kalah. Aku pemenang prom queen dua kali berturut-turut di Hearst High!"
"Like hell I care. Aku bahkan tidak tahu siapa yang menempel spanduk itu!" balas Nat.
"Back off, Kara! Ini Berry High, bukan teritorimu lagi!"
Kami menoleh ke arah Mia yang berjalan menghampiri kami sambil berkacak pinggang.
"Hello, old friend," sapa Kara.
"We've never been friends. You bullied me!" desis Mia.
"Aku hanya menjalankan tugasku sebagai kapten cheers," ucap Kara santai.
"Well, this is Berry High. I'm the captain now." Mia menatap sinis gadis di depannya. "Jangan macam-macam di sekolahku atau kau akan tahu akibatnya!" ancam gadis itu.
Kara memutar bola matanya. "Max pasti lelah memiliki adik yang menyebalkan sepertimu."
"Sudahlah, Kara. Let's go! Save your breath!" Zoe menyikut lengan Kara.
"Right. Waktuku lebih berharga daripada berdebat dengan kalian." Kara menyibakkan rambutnya ke belakang, kemudian berbalik. "Bye, bitches!"
Kami menatap kepergian Kara dan Zoe yang perlahan menghilang di antara kerumunan. Aku melihat emosi yang meledak-ledak di wajah Mia. Sayang sekali, adegan jambak-menjambak tidak terjadi.
"Thanks, Mia," lirih Nat sambil tersenyum.
"Stay away from her. She's a monster!" Mia memperingati Nat.
Nat mengangkat bahu. "Ia berada di teritori musuh. Apa kemungkinan buruk yang akan terjadi?"
Mia menggeleng, wajahnya tampak serius. "You know nothing about her."
Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙
******
BONUS
Our Gorgeous Jade Ali
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro