Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 28 - Spring Break

Seminggu setelah party di rumah Mia, spring break telah tiba. Mr. Winchester mengundangku untuk makan malam di rumahnya. Sebenarnya aku merasa sedikit gugup karena untuk pertama kalinya, aku akan makan malam bersama Nat dan ayahnya.

Aku menekan bel pintu rumah. Tidak lama kemudian, Nat membukakan pintu. Gadis itu masih berpiyama dengan rambut yang diikat seadanya, juga sheet mask di wajahnya.

"Aiden?!" Ia terkejut ketika melihatku di depan pintu. Dengan cepat ia melepas sheet mask-nya.

"Kenapa kau melepasnya?"

"Ah, tidak, aku hanya--kenapa kau ada di sini? Kenapa tidak bilang padaku kalau kau akan datang berkunjung?" Nat menjadi sedikit gugup.

Aku mengangkat salah satu alisku. "Mr. Winchester mengundangku untuk makan malam. Dia tidak bilang padamu?"

"Benarkah?" Ia menoleh ke dalam rumah dan berteriak. "Seriously, Dad!? Kau mengundang pacarku untuk makan malam tanpa memberitahuku?"

Mr. Winchester berteriak dari dalam rumah. "Kukira kau akan menyukai kejutan dariku, Nat-Bear!"

Nat melirik ke arahku, kemudian memalingkan wajahnya dariku. "Tentu saja aku suka." Ia memelankan suaranya sambil menggerai rambutnya, kemudian ia merapikan rambutnya. "Aku hanya tidak siap kalau kau melihatku sekarang."

Mr. Winchester menghampiri kami. "Aiden, ayo masuk!"

"Thanks, Mr. Winchester."

Kami masuk ke dalam rumah, aku dan Nat duduk di sofa ruang keluarga sedangkan Mr. Winchester pergi ke dapur. Ruang keluarga Nat cukup luas dengan sebuah perapian di dalamnya.

Aku menggosokan tanganku ke perapian. "Musim semi hampir tiba tetapi cuaca masih saja dingin."

"Hangatkanlah badanmu, aku akan pergi ke kamarku sebentar." Nat melangkah naik menuju lantai atas rumahnya.

Aku bersandar di sofa dan melihat-lihat ke sekeliling. Ini pertama kalinya aku masuk ke dalam rumah Nat. Rumah keluarga Winchester cukup luas dengan interior bergaya scandinavian.

Di atas perapian, aku melihat beberapa foto berukuran 4R lengkap dengan figuranya. Aku berdiri dan mendekat ke perapian untuk melihat foto-foto tersebut. Salah satu foto memperlihatkan Nat yang masih berusia sekitar 10 tahun sedang duduk dan memainkan pianonya. Foto lainnya memperlihatkan gadis itu dan ayahnya sedang piknik di atas bukit.

Foto yang terakhir memperlihatkan Mr. Winchester yang masih tampak muda serta Nat yang masih berusia sekitar lima tahun, Di samping mereka berdiri seorang wanita yang warna rambutnya sama dengan Nat.

Tiba-tiba, Mr. Winchester memanggilku dari arah dapur. "Aiden, kau bisa membantuku sedikit di dapur?"

Aku menoleh ke arah dapur dan mengangguk. "Tentu saja, Mr. Winchester."

Aku melangkah menuju dapur dan melihat Mr. Winchester sedang memasak untuk makan malam. Di dekat kompor aku melihat daging salmon, kentang dan beberapa sayuran.

Mr. Winchester menoleh ke arahku. "Bisakah kau memanggang salmonnya untukku? Aku akan membuat mashed potato."

Aku tersenyum dan mengangguk. "Sure." kemudian pergi ke depan kompor untuk memanggang daging salmon.

"Salmon adalah makanan favorit Nat. Ia suka masakan apapun dengan olahan salmon, termasuk sushi." Mr. Winchester membuka pembicaraan. "Namun ketika aku mencoba membuatkannya sushi untuk ulang tahunnya yang ke 15, sushi yang kubuat gagal total."

Ah, kini aku tahu mengapa Nat mengambil salmon panggang milik Michael di cafeteria beberapa bulan yang lalu.

Aku tersenyum. "Kukira Nat suka berbagai macam masakan."

"Dia tidak termasuk tipe yang pemilih, namun salmon adalah makanan favoritnya." Mr. Winchester menoleh ke arahku. "Bagaimana denganmu, Aiden?"

Aku membalikkan daging salmon di atas teflon agar matang secara merata. "Aku suka apapun yang hangat dan berkuah, seperti tomyum, miyeokguk atau ramen."

"Ah, sayang sekali, kalau begitu kami akan membuatkanmu tomyum di lain kesempatan. Datanglah lagi lain kali!"

Aku tersenyum ramah. "Ah, tidak perlu repot-repot, Mr. Winchester."

"Please, call me Scott," pinta lelaki paruh baya itu.

"Alright, Scott." Aku tersenyum.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?"

Nat berdiri di depan meja makan sambil tersenyum dan melipat kedua tangannya. Ia mengganti pakaiannya dengan dress rumahan berwarna biru muda ditambah dengan cardigan rajut berwarna putih, rambutnya tergerai rapi.

Scott tersenyum lebar. "Dad baru saja menceritakan tentang hari pertamamu masuk sekolah dasar. Kau menangis saat seorang anak menumpahkan susu coklat di seragam sekolahmu dan kau merengek kepadaku untuk pulang."

Nat menutup wajahnya dengan kedua tangan dan mengerang. "Ya ampun, Daaaaad!"

Scott tertawa ketika melihat ekspresi Nat. Melihat interaksi kedua orang di depanku membuatku sangat senang.

Nat bergabung bersama kami di dapur untuk memasak bersama-sama. Sekitar 15 menit kemudian, seluruh masakan sudah siap, kami duduk di meja makan untuk makan malam bersama.

Scott memecah keheningan. "Bagaimana dengan spring concert di akhir musim semi nanti? Apakah kalian sudah berlatih keras?"

Nat tersenyum lebar dan mengangguk, ia terlihat sangat bersemangat. "Tentu saja, Dad." Ia mencondongkan tubuhnya ke arah ayahnya dan berbisik, "You know, Dad, lagu yang akan kita mainkan, Aiden lah yang menulisnya!"

Mr. Winchester menoleh ke arahku dan tersenyum lebar. "Benarkah itu, Aiden?"

Aku mengangguk dan tersenyum."Yeah."

"Ah, kini aku tahu kenapa putriku begitu menyukaimu. Kau luar biasa!" Scott meneguk teh chamomile miliknya.

"Dad!"

Scott tertawa saat melihat reaksi gugup Nat dan wajahku yang memerah.

"Ah, young love." Lelaki paruh baya itu bergumam.

Nat memotong salmon panggang miliknya. "Dad, salmon panggang buatanmu enak. Kuharap kau bisa membuatkanku sushi seenak ini."

"I will avoid the sushi if I were you, Kiddo."

Nat mengangkat salah satu alisnya pada Mr. Winchester. "Why?"

"It's a little fishy." Mr. Winchester menjawab.

Aku tertawa kecil mendengar 'dad jokes' yang dilontarkan Scott, sedangkan Nat memutar bola matanya dan mengerang.

"Stop embarrasing me in front of my boyfriend, Dad!" keluh gadis itu.

"I'm your Dad, Nat. Telling you a 'dad jokes' is written at my contract!"

Aku tersenyum lebar. "You're amazing, Scott."

Nat menyikut lenganku. "Jangan memuji ayahku seperti itu, hidungnya bisa terbang."

Scott tertawa. "Nah, Aiden yang memanggang salmonnya, bukan Dad."

Nat menoleh ke arahku. "Benarkah?"

Aku mengangguk sebagai jawaban, membuat gadis itu tersenyum lebar.

"Ah, aku senang sekali, dua orang favoritku membuatkanku makan malam kali ini!"

Kami bertiga berbincang-bincang hingga makan malam selesai. Setelah itu, kami merapikan peralatan makan dan mencucinya. Scott kembali ke kamarnya, sedangkan aku dan Nat pergi ke ruang keluarga untuk menghangatkan badan.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" Nat bertanya.

Aku tersenyum dan mengambil laptopku dari dalam ransel, kemudian menyalakannya. "Bagaimana kalau kita menonton film? Aku belum sempat menonton semuanya saat aku diskors."

Nat melihat-lihat seluruh film yang sudah kuunduh di laptopku, kemudian ia tersenyum lebar. "Aku ingin menonton 'Fantastic Beast!'"

"Good choice!"

Nat berdiri dan berlari kecil ke arah tangga. "Tunggu di sini."

Aku menyambungkan laptopku dengan charger untuk mengisi daya selama kami menonton film. Beberapa saat kemudian, Nat kembali ke ruang tamu dan membawa sebuah selimut serta dua cangkir hot chocolate, kemudian duduk di sebelahku.

Aku tersenyum lebar saat Nat menyerahkan secangkir hot chocolate padaku. "This is perfect." Kemudian aku mencium pipinya. "Thank you!"

Nat tersenyum dan menyelimuti tubuh kami berdua. 'Fantastic Beast' diputar, kami mulai menonton.

Di menit-menit awal film, keheningan meliputi kami. Aku tidak bisa terfokus pada film dan terus menatap foto di atas perapian. Nampaknya Nat menyadarinya, ia melirik ke arahku, kemudian menoleh ke arah perapian.

"Itu fotoku saat pertama kali belajar memainkan piano, kalau kau penasaran." Ia merespon.

Aku terkejut dan menoleh ke arahnya. "Ah, maaf." Aku menunduk dan mengelus tengkuk leherku. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Sure. Go ahead."

Aku menunjuk ke salah satu foto yang ada di atas perapian. "Yang berdiri di sebelahmu dan Scott, apakah itu ibumu?" Kemudian aku tersenyum. "Karena kau sama cantiknya dengan Beliau."

Nat mengangguk dan tersenyum tipis. "Yeah, itu Mom. Mereka bercerai saat usiaku enam tahun."

"Ah, maafkan aku."

"Nah, it's okay."

Aku menggelengkan kepala dan mengusap wajahku. "No no no. Apa yang sudah kulakukan, kita menjadi canggung karena pertanyaan bodohku."

Nat tertawa kecil. "Aiden, chill! Mom masih berhubungan baik denganku dan Dad."

"Sungguh? Aku tidak ingin kau benci padaku."

"Nah, it's not a big deal."

Kami kembali terfokus pada film, berusaha melupakan pertanyaan bodohku.

Beberapa saat kemudian, Nat bertanya, "apa house Hogwarts favoritmu?"

"Ravenclaw, obviously."

"I knew it." Ia berbisik. "You are the most Ravenclaw person I've ever met. All that sheet music, piano, your ambition, your intelligence. I like that."

Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum "Begitukah caramu mengatakan 'I love you' padaku?"

"Bisa dibilang begitu."

"Bagaimana denganmu?" Aku bertanya.

"Hmm" Nat berpikir sejenak "Aku suka Slytherin--"

"Nah. Gryffindor lebih cocok untukmu." Aku tersenyum, "Kau ingat ketika kau membelaku di depan Principal Isa? Itu hal paling heroik yang pernah kau lakukan terhadapku."

"Tapi, aku suka Slytherin." Gadis itu merengut.

Aku memutar bola mataku. "Kau bukan Harry Potter, kau tidak bisa melakukan negosiasi dengan Topi Seleksi!"

Nat tertawa kecil. "Kau benar, kurasa aku tidak cukup ambisius untuk masuk ke house Slytherin, seperti Maria." Ia menoleh ke arahku. "Dan begitukah caramu membalas perkataan 'I love you' dariku barusan?"

Aku menunduk dan tersipu malu. "I-iya, jika kau menganggapnya begitu--"

Tiba-tiba Nat melingkarkan lengannya di sekeliling tubuhku dan memelukku dengan erat. "You're too cute, like a cinnamon roll. I can't handle it!"

Aku mengelus rambutnya secara perlahan, ia menoleh ke arahku dan tersenyum.

"Then don't," bisikku.

Di tengah lampu ruangan yang meredup, kedua netra kami saling bertemu satu sama lain. Lampu yang temaram merefleksikan siluet di wajahnya, membuatnya tampak berkali-kali lipat lebih cantik malam ini.

Aku memejamkan mata dan mendekatkan tubuhku ke arahnya untuk memberinya sebuah ciuman. Nat melingkarkan lenganya di leherku dan menyambut ciumanku dengan hangat. Aku mengusap lembut pipinya dengan ibu jariku, kemudian membaringkannya di sofa.

Masih melumat bibirnya, aku merasakan deru napasnya yang kian memburu. Gadis itu masih menggerakan tangannya untuk menyisir rambutku.

Tanpa sengaja, gadis itu menjatuhkan ponselnya dari atas sofa.

PRAK!

"Ups!" Nat melirik ke bawah lantai, di mana ponselnya terjatuh. "Perusak suasana!"

Aku menggenggam kedua tangannya dan kembali menciumnya, berusaha untuk tidak menghiraukan ponselnya yang terjatuh. Kini, harum dari shampoo dan sabun cair yang ia pakai tercium dengan jelas. Nat memejamkan matanya dan tenggelam bersama ciumanku. Aroma shampoo dan irama napasnya membuatku mabuk sesaat. Aku menciumnya lagi, lagi dan lagi.

Tiba-tiba aku bangun dan menoleh ke sekitarku. Nat perlahan menegakkan tubuhnya dan mengerutkan dahi.

Aku menoleh ke arahnya dan berbisik, "ya ampun, Scott akan membunuhku."

Nat melirik ke sekitar untuk mencari ayahnya, kemudian berbisik. "Kurasa ia tidak melihatnya."

Aku mendekat ke arahnya dan berbisik. "Wangi shampoo dan sabun cair milikmu berputar-putar di kepalaku. I can't resist."

"Dang! You're so good at kissing, I can't resist too!" bisiknya.

"Sebaiknya kita lanjut menonton sebelum Scott menodongkan senapan ke arah dahiku, setelah apa yang kulakukan bersama putrinya," ucapku.

Nat tertawa, kami duduk tegak dan kembali menonton. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahuku dan memelukku dengan erat.

"Kau tahu, setelah apa yang terjadi pada kita di rumah Mia, aku merasa hal buruk apapun tidak akan bisa menghalangi kita," ucapnya.

"Together, we can handle everything. Even Principal Isa and her brother."

Gadis itu mencondongkan tubuhnya dan berbisik di telingaku. "Bagaimana dengan Dad, jika ia tahu kalau kau menciumku seperti tadi?"

Aku kembali melirik ke sekitarku sambil menelan saliva. "I hope he don't know about that. Oh God!"

Nat tertawa kecil, tiba-tiba ponsel milik kami berdua bergetar.

Aku mengambil ponselku dari saku celanaku, sedangkan Nat mengambil ponselnya yang terjatuh di bawah lantai. Kami mengecek pesan yang masuk, ternyata Emma mengirimkan sesuatu melalui grup chat.

Emma
> Guys
> Cek saluran berita lokal di TV!

Kami saling pandang, kemudian Nat mengambil remote dan menyalakan televisi.

Televisi menayangkan sebuah tayangan dokumenter tentang hewan langka, dengan cepat Nat mengganti salurannya dengan saluran berita lokal. Kami berdua terkejut ketika membaca headline beritanya.

[HEARST HIGH SCHOOL TERBAKAR HABIS: DIPERKIRAKAN KARENA ARUS PENDEK]

"Ya Tuhan." Nat menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Spring Break berakhir sekitar dua minggu lagi, bagaimana murid Hearst akan bersekolah kalau sekolah mereka terbakar habis?"

Tiba-tiba, Emma mengirimkan kami pesan.

Emma
> Bad news
> We're doomed

Maria
> What are you talking about?

Emma
> Seluruh murid Hearst High yang tinggal di sebelah barat Area 98 akan bersekolah di Berry High kita selama satu quarter

Michael
> Yeah
> So what?

Emma
> Kalian tidak ingin tahu siapa yang tinggal di sana

Caleb
> Brian Crandall
> Zoe Leon

Michael
> What the fuck

Natasha
> We're so dead

Maria
> Dari mana kau tahu?

Emma
> Grup chat cheerleaders sedang ramai
> Kalian tahu kan, kalau ayah Mia adalah kepala sekolah Hearst High?
> Kakaknya juga akan bersekolah bersama kita

Michael
> I'm out

Kami saling bertukar pandangan, tidak sanggup berkata-kata dengan berita yang baru saja Emma berikan,

"Murid Hearst High di sekolah kita? Apakah kau yakin kita bisa 'menghadapi apapun' quarter depan?" tanya gadis itu.

Aku menekuk wajahku."I hope so."

Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙

******

GLOSSARIUM

SPRING BREAK: Liburan musim semi sebelum quarter baru dimulai

******

BONUS
Chef Aiden💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro