Chapter 27 - Lost in Love
Aku dan Nat pergi menuju pekarangan rumah Mia, tanpa sadar kami berjalan keluar rumah, menelusuri jalanan kecil Cedar Cove. Akhirnya kami dapat menemukan tempat yang cukup tenang tanpa suara teriakan teman-teman kami.
Kami diliputi keheningan selama beberapa saat hingga butiran salju mulai turun.
* Petra Sihombing - Mine
(Play this song for a better experience)
Girl your heart, girl your face is so different from them others
I say, you're the only one that I'll adore
Nat memecah keheningan. "Aiden?"
"Ya?"
Gadis itu berhenti berjalan, kemudian berdiri di hadapanku. "Kau terlihat sedang memikirkan sesuatu. Apakah semuanya baik-baik saja?"
"Yeah, I'm okay." Aku tersenyum tipis.
Aku menunduk, menatap sepasang sepatu boots-ku dan menggerakan jari-jari kakiku dengan gugup. Aku memainkan salju yang berada di bawah kakiku kemudian mendongakan kepalaku ke arahnya.
Cause every time you're by my side
My blood rushes through my veins
And my geeky face, blushed so silly yeah, oh yeah
"Nat--"
"--Aiden."
Kami saling bertatapan satu sama lain, kemudian tertawa ketika menyadari bahwa kami berbicara secara bersamaan.
"Kau dulu," ujarku.
Nat menggelengkan kepalanya. "Tidak, kau dulu."
Aku memejamkan mataku, kemudian mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya.
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Nat mengangkat salah satu alisnya. "Apa itu?"
"Actually, it's about ... us."
And I want to make you mine
Aku mendongak ke atas langit, kemudian mengulurkan tangan dan mengambil beberapa butiran salju.
"Aku selalu tahu kalau di malam yang bersalju seperti ini, sesuatu akan terjadi," ucapku.
"Like what?"
"Like a fairytale."
Nat mengikutiku mengambil butiran salju yang sedang turun.
"Fairytale always guides us to happy ending." Gadis itu menoleh ke arahku. "Itu kah yang akan terjadi pada kita?"
"But I'm screwed it up." Aku menekuk wajahku.
Nat menggeleng. "I don't care about the past. In the end, I just want my happy ending."
Aku mengelus pipinya dengan lembut. "Aku memikirkan hal tersebut setiap saat, bagaimana menjadikan segalanya sempurna. Aku hanya takut akan mengacaukan semuanya lagi."
Nat tersenyum, ia mengelus punggung tanganku di pipinya dan berbisik. "You won't."
"Are you sure?"
"Positive." Gadis itu tersenyum. "I believe in you."
"I like you," ucapku. "I don't know how to ask you, but, all I want is to be with you."
"Pejamkan matamu dan tarik napas dalam-dalam. Keluarkan seluruh emosimu dan katakanlah apa yang kau inginkan," lirihnya.
"Alright then."
Girl your smile and your charm
Lingers always on my mind I'll say
You're the only one that I've waited for
Aku memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya. Dengan keberanian ekstra, aku meraih kedua tangannya dan mengelusnya dengan lembut.
And I want you to be mine
"Will you be my girlfriend?"
"I will," bisiknya.
Aku mengerjap, rasanya sel-sel otakku berhenti berfungsi ketika mendengar jawabannya.
"You will?" tanyaku gugup.
"Yeah! Apakah aku harus mengucapkannya lagi?"
"Oh my God. Just like that?"
"Yeah, just like that! Aku bahkan sudah menunggumu sejak homecoming!" Gadis itu melompat dan bersorak gembira.
"Selama itu? Oh my God! Jantungku rasanya nyaris berhenti. Kau tahu, Nat? Setiap hari aku memikirkan hari di mana kita akan bersama. Aku bahkan beberapa kali bermimpi buruk, kalau-kalau aku mengacau--"
"Ssstttt!" Nat menutup mulutku dengan sebuah kecupan, kemudian berbisik, "berhenti berbicara!"
"I can't! I have a girlfriend!" seruku. "Can you imagine that?"
"Wanna celebrate it?" tanya gadis itu.
"Yeah. Masa bodoh dengan party-nya Mia!"
Nat tertawa kecil, ia meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Kami meneruskan perjalanan di tengah salju yang sedang turun.
******
Aku dan Nat berhenti di sebuah taman. Butiran salju yang berjatuhan malam ini sama cantiknya dengan gadis di sampingku.
Aku memandang pacarku yang terpesona dengan butiran-butiran salju, gadis itu memandang jauh ke atas langit sambil tersenyum. Kedua pipinya bersemu merah karena temperatur yang rendah, surai pirangnya dipenuhi oleh butiran salju.
Cukup lama aku memperhatikan gelagatnya hingga ia menyadarinya.
"What?"
Aku menyibakkan rambutnya ke belakang telinga, kemudian berbisik. "You're so pretty, I never get used to it."
"Kita kan sudah sering menghabiskan waktu bersama," ujar gadis itu.
Aku menggelengkan kepala secara perlahan. "Kau menjadi lebih cantik saat sudah menjadi pacarku."
"It's weird."
"Apanya?" tanyaku.
"Mendengarmu menyebutku dengan sebutan 'pacar'," jawab gadis itu. "Mengingat betapa cueknya perilakumu padaku saat pertama kali kenal, kukira perasaanku akan bertepuk sebelah tangan."
"I know. I was stupid, right?" Aku menekuk wajahku.
Gadis itu menatapku untuk waktu yang cukup lama, membuat jantungku berdebar dan suhu di pipiku meningkat.
"Kau tahu, apa yang paling kusuka darimu?" tanya gadis itu.
"What? Kuharap bukan sesuatu yang konyol."
Nat menunjuk ke arah pipiku. "Pipimu selalu memerah ketika ada di sekitarku. You're so soft, like a cinnamon roll."
Aku menutup pipiku dengan kedua tangan. "That's so embarassing!"
"Can I call you 'Cinnamon Roll'?"
"No way!" seruku.
"Why? It's cute!"
"No, no, no. Panggil aku dengan sebutan lain." Aku bersikeras.
Nat merengut. "Please, Cinnamon Roll?"
Aku menghembuskan napas pasrah. "Ekspresimu itu. You abusing your power! Aku jadi tidak bisa menolak!"
"Jadi boleh?"
"Whatever," jawabku cuek.
Nat berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawa, namun gagal. Melihatnya tertawa membuatku kesal, dengan cepat aku mencubit kedua pipinya.
"Diam!" cicitku.
"I like making you blush," ucap gadis itu.
Kami terus melangkah menelusuri jalanan kota Cedar Cove dan berhenti tepat di depan Golden Griddle.
Nat menoleh ke arahku. "Aku ingin segelas hot chocolate."
"Apapun yang membuat kita tetap hangat. Let's go!"
*****
Pelayan mendatangi meja kami dan meletakkan dua cangkir hot chocolate di atas meja. Kami duduk berhadapan.
Nat meneguk hot chocolate-nya. "Kau ingat saat pertama kali kita bertemu? Kau bilang kalau kau tidak punya waktu untuk hubungan seperti ini. Sejujurnya, aku sedikit kecewa."
"Benarkah?" tanyaku.
Nat mengangguk. "Sebenarnya aku sudah menyukaimu saat pertama kali melihatmu."
"Kurasa aku terkena karma karena sudah mengabaikan gadis sepertimu, pada akhirnya aku jadi tidak bisa berhenti memikirkanmu."
"Sejak kapan?"
Aku terdiam untuk berpikir sejenak. "Hmm, mungkin sejak kita bermain piano bersama untuk yang pertama kalinya? Tetapi butuh waktu yang lama bagiku untuk menyadarinya."
"Aku senang kau datang padaku setelah semua kesalah pahaman yang terjadi saat tryout tim football. Jika kau tidak mendatangiku, mungkin hari ini tidak akan terjadi." Gadis itu tersenyum.
"Kau harus tahu bagaimana kerasnya aku mencoba untuk menjadi seberani itu," ujarku.
Nat menatap kedua netraku dalam-dalam, kemudian tersenyum hangat. "Kau banyak berubah dibandingkan saat pertama kali kita bertemu."
"Berubah?"
Nat mengangguk. "Yeah. Kau lebih percaya diri sekarang. Aku senang semesta mempertemukan kita satu sama lain, Aiden."
Aku tersenyum, kemudian meraih tangannya dan mengelusnya lembut. Kami saling bergandengan di atas meja, tenggelam dalam tatapan masing-masing.
Golden Griddle malam ini cukup sepi, hanya beberapa meja yang terisi. Di bar juga hanya ada dua orang yang duduk untuk menikmati minumannya. Di sebelahnya, aku melihat mesin jukebox. Senyumku mengembang, aku merogoh kantung celanaku untuk mengambil beberapa keping koin.
"Tunggu di sini," bisikku.
"Where are you going?"
"You'll see."
Aku berjalan menuju mesin jukebox dan memutar sebuah lagu yang lembut.
* One Directions - Little Things
(Play this song for a better experience)
"I love this song," ujar gadis itu senang.
Aku kembali ke meja dan mengulurkan tangan padanya. "May I have this dance?"
Nat tersenyum dan membalas uluran tanganku, bergabung denganku di lantai dansa. Aku meletakkan kedua tanganku di pinggangnya dan menuntunnya untuk berdansa mengikuti alunan lagu.
Your hand fits in mine like it's made just for me
But bear this mind it was meant to be
And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me
Nat tertawa kecil. "Kau banyak berlatih berdansa sejak homecoming, huh?"
"Not really."
"Kau berdansa lebih baik dibandingkan saat homecoming, bagaimana bisa?" Gadis itu memujiku.
"Seperti yang kau katakan saat homecoming, aku harus berusaha melawan rasa takutku. Aku tidak ingin membuatmu kecewa."
Nat menatap kedua netraku dalam-dalam, ia berbisik. "Kau tidak pernah membuatku kecewa, Aiden."
"Bahkan ketika aku salah tingkah di depanmu?"
"I think it's adorable."
Aku menghela napas dan tersenyum tipis. "You're too nice."
"No, I'm being honest with you." bisiknya, "I really like your imperfect things."
Kedua netra kami bertemu untuk waktu yang sangat lama, tubuh kami bergerak pelan mengikuti alunan lagu. Dengan sendirinya, senyuman terukir di wajahku.
I won't let these little things slip out of my mouth
But if I do, it's you, oh it's you, they add up to
I'm in love with you and all these little things
Nat menutup kedua netranya dan perlahan mendekat ke arahku, pada akhirnya bibir kami kembali bertemu. Aku memejamkan mataku, menyambut ciumannya dengan hangat sambil terus berdansa.
Di tengah dinginnya malam, kami saling merasakan hangat napas dan detak jantung masing-masing. Aku tersesat dalam kehangatannya, namun tidak membutuhkan jalan untuk kembali.
Alunan musik lembut dan ciumannya bersatu menjadi melodi yang indah. Detak jantungku semakin tidak beraturan, kupu-kupu di perutku kembali menggelitikku. Rasanya tidak ingin momen ini segera berakhir.
You never love yourself half as much as I love you
You'll never treat yourself right darling but I want you to
If I let you know, I'm here for you
Maybe you'll love yourself like I love you
Nat melepaskan ciumannya, senyumannya mengembang. "I could dance with you forever."
"So stay. Dance with me forever," bisikku.
"But, what if I'm hungry?" tanyanya polos.
Aku mengernyit. "You ruin the moment!"
Nat tertawa kecil, aku merasakan kupu-kupu berterbangan ke sana ke mari di perutku saat ia bersandar di dadaku. Aku merasakan jantungnya berdetak sama cepatnya dengan milikku.
Kedua kaki kami masih bergerak seirama dengan musik. Perlahan-lahan pemandangan di sekitar kami memudar seiring dengan berakhirnya lagu yang kuputar.
*****
Kami dalam perjalanan kembali ke rumah Mia sambil bergandengan tangan.
"Nat, bagaimana kita menjelaskan pada semua orang kalau kita menghilang selama berjam-jam?"
Nat mengedipkan salah satu matanya. "Semoga saja tidak ada yang menyadari kepergian kita."
Setelah berjalan menelusuri jalanan Cedar Cove, kami sampai di rumah Mia.
Saat membuka pintu rumah, tidak ada musik yang terputar, sehingga suara kedatangan kami mengalihkan fokus semua orang.
Aku dan Nat melirik ke sekitar kami, menatap satu persatu teman kami yang seolah bertanya-tanya, apa yang terjadi pada kami selama kami menghilang.
Ketika seluruh mata menatap kami, aku menjadi sedikit gugup. "A-anu, kami--"
Tiba-tiba Nat mencium pipiku dan berteriak."It's official!"
Hampir seluruh penghuni rumah bersorak gembira. Nat menggenggam tanganku, membuat wajahku kembali berubah menjadi merah padam.
"Finally!" Myra bersorak.
"Woohoo! We did it, guys!" Maria bersorak, melakukan high five dengan Caleb dan Emma secara bergantian.
"Aku tahu kalian berdua akan jadian malam ini!" Ezra juga ikut menyoraki kami.
Mia berlari ke arah kami. "Apa yang terjadi di luar sana? Apakah Aiden membacakan sebuah puisi untukmu, Nat?"
Maria mengikuti Mia dan berlari ke arah kami. "Apakah kalian sudah mempunyai rencana untuk prom musim semi depan?"
Kami memasuki ruangan dan menerima banyak sekali pertanyaan, sampai-sampai membuatku merasa pusing.
Pada akhirnya, Caleb melerai kami berdua dari kerumunan. "Hei, sudah, sudah. Berikan pasangan ini sedikit privasi."
"Aaaw, baiklah. C'mon guys, party masih berlanjut!" Mia bersorak, diikuti oleh beberapa orang yang ada di sini. Mereka berpencar dan kembali ke tempat asal mereka.
Di tengah kerumunan, pandanganku tak sengaja bertemu Michael. Pemuda itu meneguk habis bloody berry yang ada di tangannya, kemudian tersenyum tipis. Setelah itu, ia berbalik dan menghilang di antara lautan manusia.
Nat mengalihkan fokusku. "Aku tidak tahu respon semua orang akan seperti ini."
"Y-yeah," jawabku gugup. "Sepertinya semua orang ingin berbicara denganmu. Ayo, sana, berbaur dengan yang lain."
"But kiss me one more time before I have to go?"
Aku tersenyum lebar dan memberinya sebuah kecupan, kemudian berbisik, "I'm so happy you're my girlfriend now."
Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙
******
BONUS
Selamat udah officially a couple untuk Aiden dan Nat!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro