Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 26 - Good Time

Aku sampai di rumah Mia dan memarkirkan mobilku di halaman, kemudian berjalan menuju ke dalam rumah.

Rumah kapten cheerleader kami sangat besar, sepertinya dapat menampung seluruh murid Berry High. Aku berkeliling untuk berbaur, kemudian melihat Caleb di dapur. Aku melangkah menghampirinya.

"Caleb." Aku menyapanya.

Pemuda itu sedang sibuk mencampurkan berbagai macam bahan minuman. Salah sau minuman yang dibuatnya berwarna merah darah dengan berbagai topping buah di atasnya.

"Ah, hai, Aiden." Ia tersenyum canggung.

Kami saling diam selama beberapa saat.

"I'm sorry Aiden, atas perbuatanku di gym waktu itu. Aku belum sempat meminta maaf secara langsung padamu," ucapnya tiba-tiba.

Aku tersenyum. "Lupakan saja, aku tahu kau hanya mencoba untuk melakukan tugasmu."

"Seandainya saja aku tidak bergabung dengan hall monitor, aku tidak akan mengadukanmu dan mengusirmu dari gym."

Aku menyikut lengannya sambil tersenyum. "Hei, jangan buat suasana menjadi canggung. Chill, aku baik-baik saja!"

Pemuda itu memberikan minuman yang baru saja ia buat padaku. "Setidaknya cobalah loody berry buatanku, kau pasti suka!"

Aku menerima bloody berry hasil racikan Caleb dengan senang hati. "Thanks, man."

Beberapa menit ke depan, kami mengobrol sambil melihat pemuda itu meracik beberapa jenis minuman untuk semua orang yang ada di rumah ini. Beberapa murid mengantri untuk mencoba minuman yang dibuatnya.

"Ngomong-ngomong, kau melihat di mana anggota band?" tanyaku untuk memecah keheningan.

Caleb menyikut lenganku. "Klub band atau Nat?"

"Band!" ucapku cepat. "M-maksudku, kakakmu dan Myra juga!"

Pemuda itu terkekeh, menunjuk ke arah halaman belakang rumah Mia. "Aku melihat Ezra di gazebo sebelah sana, beberapa anggota band juga, namun aku tidak mengenal mereka."

"Thanks, buddy."

Aku melangkah menuju halaman belakang rumah Mia yang ternyata lebih besar dari halaman belakang rumah Brian. Mencari anggota band di tempat seluas ini adalah sebuah tantangan untukku.

Aku berkeliling untuk mencari Ezra di tengah lautan mnusia. Tidak lama kemudian, aku melihat gazebo yang dimaksud oleh Caleb, kemudian pergi ke sana.

"Hey, man!" Ezra menyapaku.

"Hey," jawabku singkat.

Ezra, Myra dan beberapa anggota band sedang mengobrol di dalam gazebo. Aku melepas sepatuku dan bergabung bersama mereka.

"Di mana Nat?" aku bertanya.

Myra mengangkat bahunya. "Aku belum melihatnya sejak tadi. Kukira ia datang bersamamu."

Aku menghembuskan napas berat. "Nah. Ia pergi bersama Emma."

Ezra mengerutkan dahi. "Kalian bertengkar?"

Aku menggeleng cepat. "Ti-tidak. Kami--"

Myra memicingkan matanya. "Jangan bilang, hingga hari ini kalian belum juga resmi pacaran?"

"Yeah," jawabku lesu.

Myra protes. "Sudah kuduga!"

"Kalian harus tahu apa yang terjadi di antara kami," ucapku.

Aku menceritakan pada mereka berdua apa yang terjadi di antara aku dan Nat. Dimulai saat festival, lalu bagaimana kedua orang tuaku memperlakukan Nat, kemudian apa yang terjadi pada kami saat pertandingan basket melawan Hearst High.

Myra merengut. "Sayang sekali. Aku mengerti, kalian tidak menemukan waktu yang tepat untuk membahas soal ini, kan?"

Ezra berdecak kesal. "Ashley Faris memang membuat semuanya menjadi rumit. Hubunganku dengan Caleb juga sempat merenggang karena wanita itu!."

Aku tersenyum. "Tetapi aku lega semuanya sudah kembali normal."

"Aiden, di sini kau rupanya!" Tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggil namaku. Kami bertiga menoleh ke arah Emma, gadis itu berlari kecil menghampiri kami di gazebo. "Ayo bermain truth or dare!"

Aku mengernyit. "No, thanks. Aku benci bermain truth or dare."

Emma menarik paksa tanganku. "No harmful dare, I promise!"

Gadis itu menarik tanganku dengan cukup kuat, sehingga hampir membuatku kehilangan keseimbangan.

"Tu-tunggu! Aku harus memakai sepatuku!" seruku sebelum pergi mengikutinya.

"Have fun, buddy!" Ezra berteriak dari kejauhan.

*****

Aku dan Emma berjalan menuju ke ruang keluarga dan menepi di area yang cukup sepi. Di sana, aku melihat Nat, Maria, Michael dan Caleb duduk melingkar di atas karpet.

Nat menoleh ke arahku, wajahnya berubah cerah. "Aiden, you're here!"

Aku duduk di sebelahnya dan tersenyum. "Hi, Nat."

Michael tersenyum lebar, ia meminum sebotol penuh soft drink hingga habis, kemudian meletakkan botolnya di tengah-tengah kami. "Karena semua sudah lengkap, ayo kita mulai saja!"

Pemuda urakan itu memutar botol soft drink. Benda tersebut berputar secara perlahan, kemudian berhenti di Caleb, membuatnya membelalakkan mata, kemudian tertawa. "Gimme a dare, Mike!"

Michael terdiam untuk berpikir, kemudian menyeringai. "Prank call Brian!"

Caleb tersenyum lebar. "This is gonna be fun!"

Aku mengeluarkan ponsel milikku dari saku dan memberikannya pada Caleb. "Pakai ponselku, Brian pasti tidak akan menyimpan nomorku."

Caleb melakukan panggilan telepon, ia mengaturnya dalam mode loudspeaker. Tidak lama kemudian, Brian mengangkat teleponnya.

"Hello, what do you want?" ucap Brian Crandall ketus.

Caleb berdeham, menyamarkan suaranya menjadi suara orang lain. "Bisakah aku berbicara dengan Zoe?"

Pemuda di seberang telepon menggerutu. "Nice try, Unknown Number. Aku tidak punya waktu untuk meladeni leluconmu--"

"Tunggu, aku lupa, kau sudah putus dengannya!" Caleb menutup teleponnya, membuat kami semua tertawa.

"So savage!" seru Michael.

"Aku tidak percaya kau melakukan itu!" Emma membelalakkan mata.

Caleb menoleh ke arah Emma. "Pst, he deserves it!"

Pemuda itu kembali memutar botol. Benda itu mengarah kepadaku ketika berhenti berputar.

Aku melirik Caleb. "Truth. Aku tidak mau mati konyol saat melakukan dare!"

Caleb mengelus dagunya. "Kalau kau harus memilih satu orang, siapa yang mau kau cium di antara kami?"

"What kind of question is that?!" Aku protes.

"Tidak boleh pilih Nat!" Caleb menyeringai.

"Apa?! Tidak adil!" cicitku.

Aku menoleh ke arah Emma dan Maria secara bergantian sambil meneguk salivaku.

"Aku pilih Emma."

Emma melakukan blow kiss ke arahku, kemudian menoleh ke arah Nat. "We're still friends, right?"

"Of course." Nat menyeringai. "Tetapi jika malam ini ban mobilmu bocor, kau akan tahu siapa pelakunya."

Ancaman dari Nat membuat tawa kami pecah. Tetapi syukurlah mereka berdua hanya bercanda. Aku kembali memutar botol plastik di depanku, perlahan benda itu berhenti di Maria.

"Hmm, dare! Do your worse, Aiden!" Maria menyeringai.

"Ah, kukira kau akan memilih truth." Aku terdiam sejenak untuk berpikir. "Jadilah ayam selama satu menit!"

Maria memicingkan mata. "Kau bercanda."

Aku tersenyum lebar. "Dare is dare, Maria."

"It just a chicken, Flores. Apa susahnya?!" tanya Michael.

Maria memutar bola mata, kemudian berdiri dan melangkah ke tengah-tengah lingkaran. Gadis itu berjongkok dan mengepakan sayapnya seperti ayam.

"Kwaaak! Ba-gwaaak!"

Maria berputar-putar di sekitar kami. Ia melompat ke pangkuan Nat, kemudian menubruk Caleb.

"Hei, di mana Maria? Aku tidak melihatnya seharian ini, aku hanya melihat ayam!" ucap Michael, membuat Maria kesal.

"Kwaaaak!" Gadis itu menyundul kepala Michael, membuat pemuda itu meringis kesakitan. Tawa kami pecah.

Maria menoleh ke arahku sambil menggerutu. "Arrgghh, sudah satu menit atau belum, sih?"

Aku mengecek arlojiku dan mengangguk. "Sebenarnya waktu sudah berjalan satu menit lewat 12 detik."

"FINALLY!" Maria kembali ke tempat duduknya. Gadis itu memutar botolnya, kini benda tersebut mengarah ke Nat.

"Ah, ini sulit." Nat terdiam sejenak untuk berpikir sambil mengelus dagu. "Dare!"

"Coba kau telepon seseorang yang berada di urutan paling atas daftar penggilanmu, kemudian nyanyikan 'Happy Birthday' untuknya!" Maria menyeringai.

"Oh, no. Bagaimana jika seseorang itu adalah orang yang tidak akrab denganku?" tanya gadis itu.

"Itulah serunya, Winchester!" ucap Michael.

Nat mengambil ponsel dari sakunya, gadis itu terlihat tegang. Beberapa saat kemudian, ia tertawa.

"Who's that?!" tanyaku.

"Yang terakhir meneleponku adalah Dad!" jawab gadis itu.

Ia menelepon ayahnya, kemudian mengaturnya dalam mode loudspeaker. Tidak lama kemudian, Mr. Winchester menjawabnya.

"Ada apa, kiddo? Tumben kau menelepon." tanya seseorang di seberang telepon.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy biiiiirthday, happy birthday, happy birthday to youuuuu!"

Mr. Winchester tertawa. "Aw, kau mengingat ulang tahun si Pak Tua ini, meskipun masih beberapa minggu lagi. Lebih baik daripada tidak sama sekali, kan?" Beliau terdiam sebentar, kemudian melanjutkan perkataannya. "Ah, bagaimana pestanya? Apakah kau mengabiskan waktu bersama A--"

"Aku harus pergi, love you, Dad!" ucap gadis itu cepat, kemudian menutup teleponnya.

Mendengar inisial yang disebutkan Mr. Winchester, kedua pipiku menghangat.

Kami semua tertawa lepas, Caleb memegang perutnya, ia tampak meringis kesakitan namun terus saja tertawa, wajah Nat berubah menjadi merah padam sepertiku.

"I will tell Mr. Winchester, his daughter enjoy the party so much!" ucap Emma.

"Aku suka ayahmu, Nat!" Maria mencoba berhenti tertawa, namun gagal.

"Lupakan saja apa yang kalian dengar, kumohon!" cicit gadis itu.

Nat mengambil botol di depannya, kemudian memutarnya. Kali ini, botol tersebut mengarah ke pemilikya.

"Aku pilih dare, of course. What else?!" ucap Michael santai.

"Bad choice." Nat menyeringai. "Cium Maria!"

Maria terkejut. "What?!"

"What?" tanya Michael santai.

"No, no, no, I'm out!" Maria hendak beranjak, namun Emma menahannya.

Caleb menggerakan telunjuknya ke kanan dan kiri. "No, no, no, dare is dare."

Michael memutar bola matanya, ia mendekati Maria. "Sudahlah, kita lakukan saja! Apa susahnya?"

"Masalahnya adalah kau, Tuan Sembrono!" jawab Maria ketus.

"Tuan Sembrono dan Tampan." Michael mengoreksi.

Maria menutup mata saat bibir Michael menyentuh bibirnya, kedua alisnya bertaut.

Michael melepas kecupannya dan menoleh ke arah Nat. "Sudah puas?"

Nat menahan tawa. "Aku tidak bilang harus di bibir, loh!"

"Aaaaaah! My first kiss!" Maria mengerang, kami semua tertawa.

"Aku hanya mengecupmu, itu tidak dihitung," ucap Michael.

Maria kesal, ia melempar botol plastik ke arah Michael. "Enyahlah kau!"

"Bagaimana ciumanku?" Pemuda itu malah balik menggoda Maria.

"Apakah aku harus menjawabnya?!" ucap maria ketus.

"My kiss is too good for you?"

Maria menyeringai. "No, my kiss is too good for you."

Nat menyoraki mereka. "Oooooh, burn!"

Michael memutar botolnya untuk yang kedua kalinya.

Kami bermain truth or dare selama sekitar satu jam ke depan. Setelah lelah bermain, kami saling mengobrol satu sama lain. Beberapa saat kemudian, kami diliputi keheningan yang panjang.

Tiba-tiba, Michael berdiri. Ia menggerakan kepalanya ke arah halaman belakang rumah Mia. "Aku harus pergi ke toilet."

Pemuda itu berjalan menuju halaman belakang dan menghilang ditelan kerumunan.

"Aku harus menemui Mia, Ezra dan Julian, membicarakan dana prom untuk musim semi." Maria juga berdiri dan pergi meninggalkan kami.

Emma dan Caleb saling bertatapan, kemudian pemuda itu bertanya, "Kau sudah coba bloody berry buatanku?"

Emma menggeleng. "Belum."

"Kau harus mencobanya!"

Emma tersenyum lebar dan mengangguk. "Looks yummy. Let's go!"

Mereka berdua berdiri, meninggalkanku berdua saja dengan Nat.

Kami diliputi keheningan selama beberapa saat. Nat menunduk, ia memainkan kuku-kuku jari tangannya yang diberi nail polish berwarna sky blue.

"Um, Nat?"

Nat menoleh ke arahku. "Yeah?"

Aku mengelus tengkuk leherku dengan canggung. "A-aku ingin mencari udara segar. Kau mau ikut?"

Nat tersenyum. "Ayo!"

Aku beranjak, kemudian mengulurkan tanganku untuk membantu gadis itu berdiri. Kami berjalan menuju ke luar rumah, tidak lupa mengenakan jaket karena sepertinya salju akan turun.

Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙

******

BONUS
Ekspresi Maria begitu tahu harus dicium Michael

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro