Chapter 21 - Civil War
Sore ini adalah sore terakhir dari masa hukumanku, aku mendengar ketukan di pintu kamarku.
"Masuk."
Dad membuka pintu, beliau masuk ke dalam kamarku. Aku masih berbaring di tempat tidur dalam posisi tengkurap ketika Dad duduk di sampingku.
"I'm sorry," lirih Dad.
Aku menjawab dengan ketus. "Setelah 13 hari, Dad baru meminta maaf padaku?"
Lelaki paruh baya itu menghela napas. "I know."
"What do you want?" tanyaku dingin.
Beliau mengembalikan ponselku. Tidak ada reaksi apapun dariku, kedua netraku menatap kosong ke sisi lain ruangan. Pada akhirnya, beliau meletakkan ponselku di atas ranjang dan melangkah pergi keluar dari kamarku.
Ketika mendengar suara pintu tertutup, dengan cepat aku bangun dan mengambil ponselku. Hal yang pertama kali kulakukan setelah menyalakan ponsel adalah mengecek pesan yang masuk. Terdapat puluhan notifikasi pesan dari semua orang dan tujuh panggilan tak terjawab dari Nat.
Natasha
> Sorry, I have to clear my mind
> Apa yang Principal Isa katakan padamu?
Natasha
> Aiden?
> I'm worried :(
*3 Missed Call from Natasha Winchester*
Natasha
> Oh, so you ignore me now?
> I'm worried about you
> Please call me back ASAP
*4 Missed Call from Natasha Winchester*
Aku membaca semua pesan dari Nat yang sebagian besar dikirim sebelum ia datang ke rumahku. Pesan paling terakhir dikirimkan kemarin malam.
Natasha
> Aiden
> Aku tahu kau tidak akan membaca pesanku
> Besok malam adalah pertandingan basket melawan Hearst High
> Berry High gymnasium, jam enam sore
> You know what? I miss you more than I can imagine
> I hope you're doing okay
Dengan cepat aku bangun dari tidurku dan menoleh ke arah jam dinding, masih ada sekitar 1,5 jam sebelum pertandingan dimulai. Aku memakai jaketku, bersiap untuk pergi dan mengambil kunci mobilku.
Aku berlari menuruni tangga dan membuka pintu rumahku, tepat saat Mom berteriak ke arahku.
"Aiden, where are you going?!"
"Beli ramen!" Aku berbohong dan asal berbicara.
Dad menarik tangan istrinya, kemudian berkata, "It's okay, let him go. Kita sudah terlalu keras padanya."
Aku menutup pintu rumah dan bergegas masuk ke dalam mobil, menancapkan gas kemudian berkendara secepat mungkin menuju Berry High.
******
Aku memarkirkan mobilku di halaman parkir, kemudian berlari menuju ke ruang musik. Aku yakin seluruh anggota band ada di sana untuk bersiap-siap.
Sesampainya di sana, ruangan sudah kosong.
Sial, aku terlambat!
Aku berlari menuju ke arah gymnasium, berharap pertandingan belum dimulai agar aku bisa dengan mudah mencari Nat.
Sesampainya di gymnasium, pertandingan belum dimulai dan banyak pemain basket maupun penonton berkeliaran. Syukurlah!
Aku melihat ke sekelilingku. Di barisan band, hanya ada Ezra dan Myra. Aku kembali berjalan menuju ke tengah lapangan dan berkeliling untuk mencari Nat.
Aku berjalan ke bangku tribun dan mulai mencari. Akhirnya aku melihat Nat dengan seragam band, gadis itu sedang berbicara dengan Michael dan Maria. Nat berdiri membelakangiku, sedangkan sepasang sejoli itu duduk di tribun menghadap ke arahku.
Michael melirik ke arah lapangan dan melihatku, kemudian ia tersenyum. "Hei, Nat. Lihat siapa yang datang!"
Nat menoleh ke belakang, berusaha mencari seseorang yang dimaksud oleh Michael, lalu pandangan kami bertemu. Nat tersenyum lebar, tatapannya tidak lepas dariku untuk beberapa saat. Gadis itu berlari menuruni bangku tribun menuju ke arahku dan melompat untuk memberiku sebuah pelukan.
Aku menangkapnya dengan hati-hati agar ia tidak terjatuh. "Whoaaa, hati-hati, Nat!"
"AIDEN OMG! Bagaimana kau bisa ada di sini?"
Aku melepaskan pelukannya. "Aku membaca pesan darimu. Ayahku mengembalikan ponselku tadi sore."
Kedua mata gadis itu berbinar-binar saat menatapku, ia terdiam selama beberapa detik, seperti tidak percaya akan melihatku lagi. "Aiden, kau tidak tahu betapa senangnya aku meliha--"
"AIDEN ZHOU."
Tiba-tiba, gymnasium menjadi hening, seluruh kegiatan di dalamnya terhenti. Semua orang yang ada di sini beralih menatap Principal Isa yang berteriak memanggil namaku. Wanita itu berjalan menuju ke arahku, suara langkah dari sepatu heels-nya bergaung di seluruh penjuru ruangan.
Principal Isa berhenti di hadapanku dan melipatkan kedua tangan di dadanya. "Saya sudah memberitahu Anda untuk datang ke sekolah 14 hari lagi. Waktu skorsing Anda belum berakhir!"
Nat menoleh ke arahnya. "Sekarang sudah hampir malam hari, Ma'am. Jam pelajaran sudah usai, artinya waktu skorsing Aiden sudah berakhir!"
Principal Isa tidak menghiraukan Nat, ia menatap kami berdua dengan tajam. "Saya tidak menghitung berdasarkan jam sekolah, saya sudah bilang pada Mr. Zhou, kembali lagi 14 hari setelah festival, bukan 13 hari setelahnya!"
Nat melangkah ke depanku, menghalangi Principal Isa dariku. "Saya tidak akan membiarkan Anda mengusir Aiden begitu saja!"
Aku terkejut kemudian menarik tangan Nat, menyuruhnya untuk berdiri di sampingku.
"Nat! Apa yang kau lakukan?!" bentakku.
Myra yang berdiri di bangku tribun berteriak. "Aiden berhak berada disini bersama kami semua!" Seluruh anggota band bersorak, setuju dengan Myra.
"Caleb Mitchell!" Principal Isa memanggil pemuda yang sedang duduk di bangku tribun bersama pemain basket lainnya. Caleb berdiri lalu berjalan menuju ke arah kami.
"Iya, Ma'am?" tanya Caleb.
"Tolong bawa Mr. Zhou keluar dari sekolah."
"Apa?!" Caleb terkejut dan membelalakkan mata. Kemudian ia melirik ke arahku dengan ragu-ragu.
"I'm waiting, Mr. Mitchell." Principal Isa melipatkan tangannya dan melirik tajam pemuda itu.
Mia yang tadi berkumpul bersama cheerleader di sudut lapangan berjalan mendekati tribun, ia berdiri sekitar sepuluh meter dari Caleb kemudian berteriak. "Jangan, Caleb! Aiden is your friend! Jangan biarkan Principal Isa memerintahmu!"
Caleb terlihat ragu. "B-but--"
Mia membentak Caleb. "Aiden adalah temanmu! Bagaimana bisa kau melakukan itu padanya?!"
Emma berdiri dari bangku cheerleader di tepi lapangan dan berteriak, "Caleb! Jangan biarkan wanita itu memanipulasimu!"
Caleb menggigit bibir, bergantian melirik ke arahku dan Nat, kemudian menunduk ke arah sepatu heels Principal Isa dan kembali menatap kami.
"Aiden, jangan mempersulit ini, kumohon," suaranya bergetar.
Aku merasakan amarah menguasaiku. "Fine! Aku keluar dari sini, just because I don't want to be suspended again!"
Caleb menarik napas lega. "Thank you, Aiden." Kemudian ia merangkulku untuk membawaku keluar dari gymnasium.
Aku menepis rangkulannya dengan kasar. "Aku bisa keluar sendiri!"
Gymnasium pada malam ini diliputi keheningan ketika aku berjalan cepat menuju pintu keluar, sampai-sampai aku dapat mendengar suara langkah kakiku sendiri. Sesampainya di pintu keluar, aku mendengar langkah kaki di belakangku.
Nat meraih tanganku, ia berusaha untuk menghentikanku. "Aiden, tunggu--"
Aku berbalik ke arahnya dan meninggikan suaraku. "Kau berjanji padaku tidak akan membelaku di depan wanita itu!"
"Aku tidak peduli kalau aku dihukum! Aku sudah muak melihat ketidakadilan di sekolah ini selama kau tidak ada!"
Suara Nat bergetar, untuk kedua kalinya aku merasa bersalah karena sudah meninggikan suara di hadapannya.
Aku meraih punggungnya dengan tangan kananku, menariknya mendekat untuk memeluknya, merasakan jaketku basah oleh air matanya.
"Maafkan aku," lirihku, diikuti oleh anggukan dari Nat.
"I can't keep my promise. That woman makes me mad." Gadis itu mendongak ke arahku. "Aku tidak akan membiarkan semua orang membawamu menjauh dariku lagi!"
"Either I am!" seruku. "Screw about everyone!"
Nat melihat arlojinya, kemudian mendongak ke arahku. "Ayo pergi ke ruang musik, kita punya waktu 45 menit sebelum pertandingan dimulai."
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan menceritakan apa yang terjadi dengan Berry High selama kau tak ada."
*****
Sesampainya di ruang musik, kami duduk di lantai dan saling berhadapan.
"Penggalangan dana yang kami lakukan sia-sia," lirih gadis itu.
Aku mengernyit. "What happened?"
"Tim basket, klub band, dan cheerleader mengadakan rapat sehari setelah festival untuk membahas tentang dana yang kami dapatkan. Principal Isa mengambil hampir sebagian dana untuk biaya pengobatan rumah sakit Luis. Dana yang kami peroleh sangat sedikit, karena kami harus mengembalikan modalnya pada tim basket." Gadis itu bercerita.
Aku mengangguk, mengisyaratkan Nat untuk melanjutkan ceritanya.
"Tim basket memutuskan untuk membagi sama rata dana yang kami peroleh untuk klub band dan cheerleader, tentu saja setelah dikurangi modal milik mereka. Dana yang sedikit membuat kami berkelahi. Cheerleader bersikeras membutuhkan dana untuk kompetisi nasional, sedangkan klub band membutuhkan dana itu untuk spring concert."
"It getting worse," ucapku.
"I know, right?" Nat menekuk wajahnya. "Kau tahu apa yang lebih buruk dari itu? Kini kami semua tidak saling berbicara. Emma bahkan sempat mengabaikanku. Aku tidak pernah berbicara dengan seorangpun di tim basket dan cheerleader."
"No way, Emma is your best friend!"
"Mungkin ia sakit hati dengan omongan Ezra yang bilang bahwa kompetisi nasional cheerleader tidak penting itu, klub band lebih membutuhkan dananya daripada mereka," ucap Nat lesu. "Keadaan membaik beberapa hari ini. Namun saat kau datang ke sekolah hari ini, situasi kembali memanas."
Aku menghembuskan napas berat. "Seharusnya aku tidak perlu datang ke sini"
Nat memelukku dengan cepat. "No! I miss you, Aiden. Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Hall monitor yang membuat semuanya menjadi runyam!"
"I miss you too, Nat." Aku mengelus punggungnya dengan lembut.
"Itu belum semuanya."
Aku melepas pelukan Nat, bersiap untuk kembali mendengarkan cerita gadis itu.
"Setelah pertandingan ini berakhir, latihan band dan cheerleader menjadi ilegal," ucap gadis itu pahit.
"What?!"
"Begitulah kebijakan Principal Isa sekarang. Beliau bilang, klub band dan cheerleader berperilaku buruk akhir-akhir ini. Kau lihat kan tadi? Klub band dan cheerleaders menantang Principal Isa secara terang terangan?"
"Mereka berperilaku buruk karena diperlakukan tidak adil!" Aku mengepalkan tanganku dan merasa sangat marah.
Nat menggenggam tanganku dan mengelusnya dengan lembut. Kepalan tanganku melunak, aku balas menggenggam tangan gadis itu dan mengelusnya dengan lembut.
"I'm so happy to see you tonight, Aiden. Namun aku juga sedih kau harus pulang dan pergi dari hadapanku lagi," ia berbisik.
Aku tersenyum. "Besok kan kita ketemu lagi."
Kedua netra gadis itu berkaca-kaca, ia mengelap air matanya dengan punggung tangan.
"Tapi, semua ini tidak adil untukmu." Suaranya bergetar.
Aku meraih kedua pipipnya, kemudian mengecup keningnya. "Jangan khawatirkan aku, sekarang, kembalilah ke gym."
"Aku akan menyelundupkanmu ke dalam gym!" cicit gadis itu.
Aku menggeleng perlahan. "Terlalu beresiko, bagaimana jika wanita itu memergokiku lagi? Kau adalah anggota band favoritku, jangan biarkan emosimu menghancurkan permainanmu malam ini, okay?"
Nat tersenyum lemah dan mengangguk sebagai jawaban.
Akhirnya, aku berpisah dengan Nat di koridor sekolah. Kami berjalan berlainan arah.
Di tengah koridor, gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Bye, Aiden, for now."
"Bye, Nat," jawabku pahit.
Aku menatap punggungnya yang semakin menjauh dariku hingga menghilang di persimpangan koridor. Setelah itu, aku berbalik, berjalan menuju mobil untuk berkendara pulang ke rumah.
Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙
******
BONUS
Liat yang seger-seger dulu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro