Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 19 - Winter Festival

Akhirnya, hari di mana winter festival diadakan sudah tiba. Aku berkeliling untuk mengecek apakah semuanya berjalan dengan lancar.

Salah satu booth yang ramai dikunjungi adalah 'Dunk Tank'. Pengunjung dapat melemparkan bola basket ke dalam ring. Jika bola masuk ke dalam ring, Caleb, yang duduk setengah telanjang, akan tercebur ke dalam air. Semua ini adalah ide dari Caleb sendiri. Harus kuakui, daya tahan tubuhnya luar biasa kuat.

Booth selanjutnya adalah milik anggota cheerleader. Mereka menjual hot chocolate dengan resep rumahan. Rasanya sangat enak, bahkan lebih enak dibandingkan dengan yang dijual di Golden Griddle.

Salah satu booth yang dikelola oleh klub band adalah 'Singing Telegram'. Pengunjung dapat mengirimkan seseorang lagu romantis melalui Ezra dan Myra. Ezra bertugas untuk memainkan gitar akustik sedangkan Myra menyanyi, yang kau butuhkan hanyalah satu tiket. Selain lagu romatis, mereka berdua juga dapat menyanyikan lagu lain sesuai permintaan.

Booth milik Mia juga tidak kalah ramai. Ia memiliki kuda bernama Buttercup. Gadis itu mengendarai sebuah kereta kuda dan mengajak pengunjung festival untuk berkeliling. Karena salju sedang turun, banyak sekali pasangan yang mengunjungi booth milik Mia.

Aku melihat sekeliling, masih banyak booth yang dikelola oleh klub band, tim basket dan cheerleader. Booth yang kukelola bersama Nat adalah 'sleding hill'. Pengunjung dapat mengendarai seluncur es dari atas bukit seorang diri atau melakukan balapan dengan pengunjung lainnya.

Aku kembali menuju booth 'sledding hill' untuk mengecek. Shift-ku dan Nat masih dua jam lagi. Sudah banyak pengunjung festival yang mencoba berseluncur di sini. Aku merasa percaya diri kalau klub band akan menghasilkan biaya yang cukup banyak.

Beberapa saat kemudian, aku melihat Ezra dan Myra berjalan ke arahku, mereka tersenyum lebar, diikuti oleh Nat yang sedang berjalan mengikuti mereka di belakang. Aku sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Wajahku berubah menjadi merah padam.

"Oh tidak! Jangan bilang kalau--"

Sebelum aku menyelesaikan kalimatku, Ezra mulai memetik gitarnya, dan Myra mulai bernyanyi untukku.

"Oh Aiden, here's your jingle, here's your tune
Someone thinks about you from morn till noon
Natasha's got crazy feeling for you
Ball's in your court, bud. What will you do?"

Myra dan Ezra selesai memainkan lagu kemudian membungkuk. Nat dan pengunjung festival di sekeliling kami bertepuk tangan, sedangkan wajahku masih memerah.

"Kau meminta mereka menyanyikan sebuah jingle untukku?" Aku bertanya padanya.

Nat tersenyum lebar. "Yeah, kau suka?"

Aku mengusap tengkuk leherku dengan canggung. "Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi--"

"He likes it, Nat," ucap Myra tiba-tiba. "Kurasa processor otaknya mengalami overheat dan 'not responding' setelah mendengar lagu tadi."

Nat tertawa renyah mendengar analogi dari Myra, membuat pipiku semakin 'overheat'.

"Catch you later, masih banyak pengunjung yang mengantri untuk telegram kami," ujar Ezra.

"Yeah! Thank you, guys!" Nat melambaikan tangan pada Ezra dan Myra yang melangkah pergi.

Setelah mereka pergi, atensi Nat teralihkan padaku.

"Oh my God, aku tidak bermaksud mempermalukanmu di depan umum," ujar Nat.

"No, no, no, I like it, really!" ucapku cepat, kemudian tersenyum. "Thanks!"

"Aku meminta mereka memainkan Mozart, namun mereka tidak bisa." Nat menekuk wajahnya.

"It's okay, that's sweet. Lain kali, biarkan lah aku melakukan sesuatu untukmu!"

"Kau ketua festival ini dan kau sangat sibuk. It's okay, kau bisa melakukannya lain kali." Gadis itu tersenyum.

Aku membalas senyumannya, kemudian meraih tangannya dan menggandengnya dengan erat.

"Bagaimana jalannya festival sejauh ini?" tanya gadis itu.

"Sejauh ini lancar. Aku tidak menyangka banyak murid dari sekolah lain mengunjungi festival kita." Aku menjawab.

Murid yang berjaga di sledding hill menghampiriku. "Hei Pak Ketua, shift-mu masih dua jam lagi! Apa yang kau lakukan di sini? Ayo berkeliling dan cobalah semua booth yang ada!"

Nat tersenyum lebar, ia menoleh ke arahku. "Kau mau berkeliling bersamaku?"

"T-tentu saja," jawabku gugup.

"Yeah pergilah, kembali ke sini dua jam lagi!" ujar murid lainnya.

"Let's go!" Nat menarik tanganku dan mengajakku berkeliling.

******

Kami berkeliling dan mencoba setiap booth yang ada di festival ini. Selain itu, kami juga membantu Ezra dan Myra mengirimkan telegram untuk orang lain. Setelah menyanyikan beberapa lagu, aku dan Nat berpisah dengan mereka berdua.

Aku dan Nat berkeliling dengan santai sambil bergandengan tangan, kemudian kami berhenti di booth hot chocolate.

"Hai, lovebirds!" Emma menyapa kami.

"Bagaimana booth-mu, Emma?" tanyaku.

Kedua netra Emma melirik ke arah antrian di samping kami. "Kalian lihat antrian itu? Karena hanya kami yang menjual minuman panas, tentu saja hot chocolate kami laku keras!"

"That's great!" ujar Nat.

"Aku hanya ingin menggalang dana sebanyak mungkin. Kompetisi nasional sangat penting untuk cheerleader." Gadis itu menekuk wajahnya.

"Spring concert juga sangat penting untuk kami," lirih Nat.

"Relax, girls. Kalian tidak lihat semua kerumunan pengunjung ini? Aku yakin uang yang kita kumpulkan akan cukup!" Aku berusaha menghibur kedua gadis yang berwajah muram di depanku.

"Aiden benar." Nat merespon.

"By the way, aku akan memberikan dua gelas hot chocolate kepada kalian." Emma mengambil dua gelas sekali pakai dan menuangkan minuman itu ke dalamnya. "Harganya hanya satu tiket, spesial untuk kalian!"

"Boleh kutambah butiran cokelat dan foam di atasnya?" tanya Nat.

"Sure!"

Nat mengeluarkan sebuah tiket dari dalam sakunya saat Emma sedang menyiapkan pesanan kami.

"Dua gelas hot chocolate untuk pasangan favoritku di Berry High!" seru gadis itu ceria.

"Thank you, bestie!" Nat tersenyum sambil menukarkan tiketnya.

Emma memberikan kami masing-masing satu gelas dan menerima tiket tersebut, kemudian melambaikan tangan. "Datang lagi, ya!"

Kami berdua kembali berkeliling sambil meminum hot chocolate dan bergandengan tangan.

"Kita sudah berkeliling festival ini tiga kali dan kakiku sudah mulai pegal," ujar gadis itu.

"Apakah kita harus istirahat sebentar?" tanyaku.

Nat tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Not yet! Ada satu booth yang belum kita coba!"

"Apa itu, Nat?" Aku bertanya sambil meminum hot chocolate.

"Kereta kuda milik Mia!" Nat melirik ke arahku. "Kau mau mencobanya bersamaku?"

Aku nyaris tersedak ketika sedang meneguk hot chocolate, minuman itu tumpah dan mengotori sekitar mulutku.

"Are you okay?" tanya Nat Khawatir.

"Totally fine." jawabku gugup. Astaga, itu kan booth paling romantis di sini!

"Shift kita dimulai setengah jam lagi. Kita jadikan kereta kuda milik Mia sebagai destinasi terakhir. Bagaimana menurutmu?" tanya gadis itu.

Aku tidak menjawab, melainkan sibuk mengusap hot chocolate yang tumpah di sekitar mulutku.

"Apakah processor-mu kembali overheat?" goda Nat.

"Berhenti bilang overheat!" protesku.

Nat tertawa kecil, ia meraih tanganku dan menarikku untuk berjalan mengikutinya.

"It will be fun! Let's go! Aku memaksa!" seru gadis itu.

"Wait! Slow down!"

*****

Beberapa saat kemudian, kereta kuda yang dikendarai Mia berhenti di booth sledding hill. Aku dan Nat turun dari kereta, mengucapkan terima kasih pada Mia. Setelahnya, kami berjalan menuju booth tempat di mana kami akan bekerja.

Kalian penasaran apa yang terjadi saat kami menaiki kereta kuda? Yeah, we almost kissed, tapi Mia menoleh ke bangku penumpang dan memergoki kami, membuat kedua pipiku kembali overheat, sedangkan Nat hanya tertawa kecil.

Oke, seharusnya aku berhenti menggunakan kata 'overheat'.

Setelah berganti shift, atensiku teralihkan pada seorang murid culun berkacamata yang bersiap berseluncur di atas bukit, namanya Luis. Pemuda itu adalah salah satu partner game online-nya Myra.

"Luis, mulai sekarang aku dan Nat yang mengambil alih!" Aku terteriak.

Luis berteriak sambil mengacungkan kedua jempolnya dengan gembira. "Oke, Aiden! Aku akan meluncur sesuai aba-aba darimu!"

Aku memberikan aba-aba untuk Luis. "1 ... 2..."

Aba-abaku terhenti ketika merasakan seseorang menepuk pundakku. Aku memalingkan pandanganku pada Caleb dan Morgan yang sedang tersenyum ke arahku.

"Hai, Aiden," sapa Caleb.

"Hai," jawabku. "Apakah kalian mau berseluncur? Kalian harus mendaftar dulu pada Nat dan mengantri di atas bukit."

Morgan mengernyit."No, thanks, permainan ini tampak berbahaya."

"It's totally safe, Morgan. Kau tidak perlu khawatir," ucap Nat.

"Lalu, sedang apa kalian disini?" Aku bertanya.

Kini giliran Caleb yang berbicara. "Kami hall monitor. Principal Isa menyuruh kami berpatroli dan berjaga."

Nat megerutkan dahi. "Berjaga? Di hari festival begini?"

Morgan mengangkat bahu. "Entahlah, sejujurnya kami merasa sedikit lelah dengan semua tugas bodoh ini."

"Kurasa Principal Isa hanya ingin festival ini berjalan lancar. Kau ingat sabotase yang terjadi saat siaran morning announcement?" tanya Caleb.

Nat tampaknya merasa tidak nyaman dengan topik ini, terlihat jelas dari raut wajahnya yang mendadak gelisah.

Aku mencoba mengalihkan topik. "Guys, kalian harus mencoba berseluncur untuk meringankan pikiran kalian. GO! GO!"

Luis tiba-tiba berteriak dari atas bukit. "GO? Oke, Aku meluncur!"

Aku memalingkan pandangan ke arah Luis dengan panik, kemudian berteriak. "No! Luis! Stop!"

Luis sudah setengah meluncur ketika aku menyuruhnya untuk berhenti. Pemuda itu panik dan mencoba menghentikan papan seluncur yang dinaikinya, namun sia-sia.

"Semuanya minggir!" teriak Morgan ketika Luis tidak sengaja berbelok arah dan meluncur tepat menuju booth.

Semua orang yang ada di sekitar kami berteriak dan mencoba menghindar. Luis terpeleset kemudian terjatuh dari papan seluncurnya, pemuda itu mendarat tepat di tenda booth.

Tenda booth runtuh, syukurlah semua orang berhasil menjauh, hanya Luis yang masih berada di tenda ketika benda itu rubuh. Salah satu tiang penyangga tenda terjatuh menimpa kaki pemuda berkacamata itu.

Caleb dan Morgan menghampiri Luis untuk membantu pemuda itu berdiri.

"You okay, Luis?" tanya Caleb.

"Aku baik-baik saj--" Luis meringis sebelum menyelesaikan kata-katanya. "Aaaah! Kakiku!"

Atensi kami semua tertuju pada kaki Luis yang membengkok dengan posisi yang tidak normal.

"Kakimu mungkin patah." Caleb menekuk wajahnya.

"No, no! Lihat! Aku baik-baik saja, kok," ucap Luis yang terlihat bersusah payah untuk berdiri.

Caleb dan Morgan saling berpandangan.

"Aiden. Maaf, kami harus melaporkan ini pada Principal Isa," ujar Morgan. "Beliau menyuruh kami melaporkan kejadian tidak menyenangkan yang terjadi di sini, sekecil apapun."

Aku terkejut dan merasa shock.

"Morgan, ini kecelakaan!" Nat membentak Morgan, gadis itu terlihat sangat marah.

Morgan menggelengkan kepalanya. "Kecelakaan atau bukan, Luis tetap terluka. Sebagai ketua acara, Aiden seharusnya lebih berhati-hati."

Caleb berbisik pada Morgan. "Aku akan ke ruang kepala sekolah, kau panggil ambulance." Kemudian pemuda itu berlari ke arah sekolah.

Wajahku berubah pucat, kakiku gemetar. Aku berjalan menuju bangku di luar booth untuk duduk, sambil mengacak-acak rambutku frustasi.

Nat berjalan ke arahku, memberikanku sebuah pelukan. "Sssttt, everything will be okay, Aiden."

Ya Tuhan, apa yang akan terjadi padaku jika Principal Isa mengetahui hal ini?

*****

Luis sudah dibawa ke rumah sakit oleh ambulance. Hanya ada aku dan Nat yang berdiam diri di booth yang sudah hancur. Di tengah ketegangan, aku mendengar ponselku berbunyi.

"Yeah?" Aku menjawab telepon dari Caleb dengan lesu.

"Aiden, Principal Isa ingin menemuimu, datanglah ke ruang kepala sekolah sekarang juga."

Aku menutup telepon sambil menghembuskan napas berat.

"Siapa itu?" tanya Nat.

"Caleb. Aku dipanggil ke ruang kepala sekolah," jawabku.

Aku beranjak dan membawa seluruh barang bawaanku, kemudian berjalan menuju ruang kepala sekolah.

"Tunggu!" Nat berlari kecil mengejarku.

Aku menghentikan langkahku dan berbalik ke arahnya. "Tunggu aku di sini, okay? Jangan ke mana-mana."

"Aku akan ikut ke ruang kepala sekolah bersamamu," ujarnya.

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum lemah. "Kau tidak ada hubungannya dengan semua ini."

"Tapi, aku tidak bisa membiarkanmu menemui Principal Isa sendirian." Gadis itu menekuk wajahnya.

Aku menghela napas berat. "Nat, aku bisa dapat masalah serius karena kecelakaan ini. Aku tidak ingin kau ikut dihukum juga!"

"Ini bukan salahmu! Aku bisa menjelaskan semuanya pada Principal--"

"Natasha!"

Nat terkejut mendengarku menaikkan nada bicaraku, ia menggigit bibir dan menunduk.

Aku mengusap wajahku kasar. "No, no, no. Aku tidak bermaksud membentakmu."

"Aiden, please. You don't have to face it alone." Suara gadis itu bergetar.

"I'm sorry."

Aku memalingkan tubuhku dan berjalan sendiran menuju ruang kepala sekolah, meninggalkan Nat di tengah salju yang sedang turun. Setelah beberapa langkah, aku menengok ke belakang untuk mengecek keadaan gadis itu.

Natasha Winchester menutupi wajah dengan kedua tangannya sambil menangis, membuatku semakin tidak rela untuk pergi meninggalkannya.

Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙

******

BONUS
Mencoba untuk tetap chill waktu dipanggil ke ruang kepala sekolah

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro