Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 12 - Confession

Perkataan Michael siang tadi masih terngiang di otakku. Butuh waktu cukup lama untuk menyadari betapa bodohnya diriku.

She didn't go. I throw her away.

Ketika melewati halte bus depan sekolah, aku melihat Nat duduk di bangku halte seorang diri, ia menunduk sambil menggenggam ponselnya, tatapannya kosong. Gadis itu terihat seperti memiliki banyak hal yang mengganggu pikirannya.

Aku memarkirkan mobilku di samping trotoar dan menghembuskan napas panjang, berusaha mengumpulkan seluruh keberanian dan kepercayaan diriku untuk mengajaknya bicara.

"She's there. Now it's time to act like a gentleman, right?" gumamku.

Aku membuka pintu dan keluar dari mobilku. Saat aku menghampirinya, Nat menoleh ke arahku, ia tampak terkejut, lalu kembali menunduk dan memainkan kuku-kuku jari tangannya. 

Gadis itu terkejut ketika aku tiba-tiba memeluknya.

"Jangan pergi dariku lagi," lirihku.

"What are you doing?!" Nat berusaha melepas pelukanku.

"Aku tidak akan meninggalkanmu lagi." Aku berbisik dan memeluknya semakin erat.

Nat melunak, ia berhenti memberontak dan berbisik, "I don't understand."

"Let's talk. I will ride you home," ujarku.

"Tidak usah." Nat menjawab seadanya.

Aku menggelengkan kepala. "Seriously, we need to talk."

Nat menggigit bibirnya dan terdiam selama beberapa saat, kemudian mengangguk. Gadis itu berdiri dari bangku halte dan berjalan mengikutiku menuju ke dalam mobilku.

Selama berkendara, kami tidak saling berbicara satu sama lain. Aku menggigit bibirku, berusaha berpikir bagaimana caranya meluruskan seluruh kesalahpahaman ini.

Aku melirik ke sebelah kananku, ke arah coffee shop yang letaknya tidak jauh dari rumah Nat, kemudian memarkirkan mobilku di depannya.

"Kita bicara di dalam," ujarku.

Kami berjalan memasuki coffee shop dan melihat menu yang terpampang di dinding.

Nat menoleh ke arahku. "Kau mau minum apa?"

"Caramel macchiato. Kau?" Aku merespon.

Nat terdiam selama beberapa saat sambil melihat keseluruhan menu, ia berbisik padaku. "Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk minum kopi. Selain kopi, menurutmu aku harus memesan apa?"

"Emm ..." Aku melihat menu sekali lagi. "Bagaimana kalau green tea latte?"

Nat mengangguk setuju. "Boleh juga." Ia melirik pegawai kasir, "Caramel macchiato dan green tea latte. Satu."

Pegawai kasir tersenyum ramah. "Baiklah, siapa nama kalian?"

"Caramel macchiato untuk Aiden, dan green tea latte untuk Natasha." Nat menjawab.

Beberapa saat kemudian, kami menerima pesanan kami, dua gelas plastik berisi Caramel Macchiato bertuliskan Aiden dan Green Tea Latte bertuliskan ... Natalia?

Kami berjalan untuk mencari meja yang kosong, kemudian duduk di bangku yang terletak di samping jendela. Bangku yang kami pilih lokasinya sangat bagus, kami dapat mengobrol dengan lebih tenang sambil melihat pemandangan yang ada di luar.

Nat membaca tulisan yang ada di gelas plastik minumannya. "Well, this is awkward. Nama tengahku adalah Alianovna, dan di gelas ini namaku dituliskan Natalia."

Aku mengangkat salah satu alisku sambil meminum Caramel Macchiato. "Why? Tidak aneh pegawai Starstruck salah dalam menuliskan nama pelanggan mereka. Itu salah satu strategi marketing mereka."

Nat menggeleng. "No. Kau tahu Black Widow, mata-mata di komik Marvel? Nama aslinya adalah Natalia Alianovna Romanova."

"Tapi, mereka lebih sering menyebutnya dengan Natasha Romanoff. Kurasa tidak banyak orang yang tahu nama aslinya," ujarku.

Nat tertawa kecil. "Kau benar, syukurlah nama belakangku bukan Romanoff." Ia meletakan minumannya di meja. "Dad seorang penggemar komik Marvel dan suka sekali dengan Black Widow."

Aku mengangguk. "Aku mengerti mengapa Mr. Winchester memberimu nama itu, kau punya banyak kesamaan dengan Black Widow. Kau, yah, kau tahulah."

Nat mendengus dan menyeringai. "Aku apa? Pintar memata-matai orang lain?"

"Tidak, kau cantik."

Nat menatapku dengan tajam dan terdiam. Aku terkejut setengah mati, apakah aku sudah salah bicara di depannya? Namun, aku berbicara apa adanya, dia memang cantik!

Perlahan senyumnya memudar, ia meletakan minumannya di atas meja dan berdecak. "Stop, Aiden. Berhenti memberikanku harapan palsu!"

Aku membelalakkan mataku. "What?!"

"Kau bilang kau tidak tertarik dengan hubungan semacam ini, tetapi kau bertingkah sebaliknya! Kita menghabiskan waktu bersama di roller rink, ruang musik, bahkan Hearst High. Malam itu tiba-tiba kau menghilang dari tribun dan tidak pernah berbicara lagi denganku, bahkan saat kita latihan band! Hari ini, kau tiba-tiba memelukku, mengajakku ke coffee shop dan berkata seperti itu padaku?! Who do you think you are?!" Nat menaikkan nada bicaranya.

"Nat, Listen to me--" Aku memotong perkataannya.

"Cut the bullshit! Kau tahu berapa lama aku ingin berkata seperti ini padamu?! Kalau kau merasakan hal yang sama denganku, mengapa kau membiarkan Mike mengajaku lebih dulu ke homecoming!? Kau bisa mengajakku kapan saja, kan? Mengapa selalu aku yang bergerak duluan untuk mendekatimu, sedangkan kau diam di tempat dan tidak melakukan apapun?" Suaranya bergetar. "Kau tahu? Kau membuatku merasa bodoh karena sudah menyukaimu seperti ini!"

"I know. I'm sorry, okay?" Aku memohon.

"Everytime I come closer, you throw me away!" bentaknya.

Aku menjadi naik pitam. "Nat! Listen! Aku merasakan hal yang sama denganmu!"

"Kau tidak perlu berkata seperti itu karena aku bilang suka padamu!"

Aku menggelengkan kepala secara perlahan. "No, no. Aku benar-benar suka padamu, aku hanya terlambat menyadarinya."

"What?!" Nat terkejut.

"I was stupid, okay?!" Aku mengusap-usap wajahku. "This is the first time I open my heart for someone else, and I dunno what to do. In the end, I hurt both of us!"

Kami diliputi keheningan selama beberapa saat, Nat menggigit bibirnya dan menunduk. Kurasa ia terkejut dan tidak menyangka bahwa seseorang yang ia sukai akan menyukainya juga, begitu pula denganku.

Nat meminum kembali green tea latte-nya, kemudian menghela napas berat. Aku melirik ke arahnya, meskipun ia menunduk, aku dapat melihat ia melirik ke arahku juga.

"Astaga." Ia menghela napas berat dan bersandar di bangkunya. "I didn't know that. We have to stop hurt each other."

******

Kami berkendara pulang menuju rumah Nat. Di dalam coffee shop dan sepanjang perjalanan pulang, aku masih belum mengajaknya pergi ke homecoming. Setelah apa yang kami lalui berdua, ternyata butuh keberanian yang besar untuk mengajaknya. Setelah saling berbicara jujur, kami menjadi semakin canggung.

Setelah sampai di rumahnya dan memarkirkan mobi, aku keluar terlebih dulu dan membukakan pintu untuknya.

Nat tersenyum tipis sambil melangkah keluar dari mobil. "Aiden, kau tidak perlu melakukan itu."

"Tidak apa-apa. Aku senang melakukannya."

Aku berdiri di hadapannya, ia melirik ke arahku, dengan cepat aku memalingkan pandanganku darinya. Gadis itu melirik ke arah rumahnya, lalu kembali melirik ke arahku, seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Oke, kalau begitu aku akan masuk," ucapnya pamit.

Aku mengangguk dengan canggung. "Uh, o-okay. Sampai bertemu besok."

Nat melangkah pergi ke dalam rumahnya, aku menatap punggungnya yang perlahan semakin menjauh dariku.

Aiden, you're a chicken! Kau mau seseorang merebutnya lagi darimu?!

Aku mengepalkan tanganku dan menggigit bibirku, kemudian berlari untuk mengejarnya.

"Nat, tunggu!"

Ia berhenti berjalan dan menoleh ke arahku.

Aku menunduk dan menarik napas dalam-dalam, kemudian meraih kedua tangannya.

"Kau-mau-pergi-ke-homecoming-bersamaku?" Aku berbicara sangat cepat.

"Hah?" Nat mengernyit.

"Homecoming!" Aku melirik ke arahnya. "Ah, maaf. Homecoming proposal-nya mendadak sekali, ya? Aku tahu kau berharap seseorang datang ke rumahmu sambil bermain gitar akustik or something--"

"Kau mengajakku pergi ke homecoming?"

Aku mengangguk. "Yeah, aku ingin kau pergi bersamaku, bukan orang lain."

Nat tersenyum lebar, wajahnya berubah cerah. "Aku menunggumu lama sekali, silly. Tentu saja aku mau!"

Aku tersenyum lebar. "Benarkah?"

Nat tersenyum lebar dan menganguk. "Screw about accoustic guitar!"

Aku tidak bisa mendeskripsikan perasaanku saat ini, semuanya bercampur aduk. Kepalaku rasanya berputar-putar, maksudku, akhirnya aku bisa pergi ke Homecoming bersamanya! Aku menggenggam tangannya dengan erat, jantungku rasanya berdetak puluhan kali lebih cepat dari biasanya.

Nat tertawa kecil. "Nervous?"

Aku tertawa canggung. "Um ... sedikit."

Nat tersenyum sambil menggigit bibirnya. "Kau tidak perlu nervous begitu kalau berhadapan denganku!"

"God! I think I will never get used to it!"

Keheningan meliputi kami selama beberapa saat ketika aku mengusapkan ibu jariku dengan lembut ke punggung tangannya. Nat perlahan mendekat ke arahku, ujung sepatuku dan ujung sepatu miliknya bersentuhan.

Degup jantungku semakin tidak terkendali, rasanya dadaku akan meledak! Nat berjinjit, wajahku dan wajahnya hanya berjarak sekitar beberapa centimeter saja. Aku memperpendek jaraknya, memiringkan kepalaku sedikit ke kanan dan mengarahkan bibirku padanya.

Ketika kami merasakan hangat napas masing-masing, aku menutup mataku dan membiarkan tubuhku mendekat perlahan ke arahnya.

Sebelum hal itu terjadi, tiba-tiba pintu rumah terbuka.

"Oh, hai, Kiddos!" sapa Mr. Winchester.

Aku membuka mataku, rasanya jantungku berhenti berdetak! Kami menoleh ke arah Mr. Winchester dengan canggung dan saling menjauh secepat mungkin.

Mr.Winchester melirik ke arah tangan kami yang masih berpegangan satu sama lain, kemudian tersenyum lebar. "Ah, jadi kalian ... pacaran?"

Aku menelan salivaku. "Ah, bukan, Mr. Winchester. Kami hanya pergi ke homecoming bersama."

Mr. Winchester tertawa kecil. "Santai saja. Aku sangat senang kalian berdua pergi bersama. Kalian tampak sangat manis! Namamu Aiden, kan?"

Aku mengangguk perlahan. Crap, bagaimana beliau tahu namaku?

"DAD! Ssshh!" Nat berdesis, ia terlihat kesal dan mengedipkan mata berkali-kali, seakan mengisyaratkan sesuatu pada ayahnya. Mr. Winchester balas mengedipkan mata.

"Baiklah, aku akan memberikan kalian waktu lima menit lagi. Sebentar lagi gelap, bantulah Dad menyiapkan makan malam!" Mr. Winchester tersenyum pada kami berdua, kemudian masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

"Wow!"

"Yeah, wow," ucap Nat.

Nat tersenyum ke arahku, ia berjinjit dan berbisik di telingaku. "Not so fast, handsome." Setelah berbisik padaku, Nat mengecup pipiku dengan lembut. "Sampai jumpa besok, Aiden!"

Sebelum aku sempat membalas perkataannya, ia berlari kecil dan masuk ke dalam rumah. Aku terdiam mematung di depan pintu, mengelus-elus pipiku dan merasakan seluruh wajahku menjadi hangat.

"Ah, Nat-bear, akhirnya kau akan pergi ke homecoming bersama anak yang kau sukai?" Nada suara Mr. Winchester yang sedang menggoda Nat terdengar hingga ke luar rumah.

"Dad, shut up!" cicit gadis itu.

Aku tersenyum lebar dan berjalan kembali menuju mobilku. Saat aku menyalakan mesin mobilku, aku melirik ke lantai atas rumahnya.

Nat berdiri di depan jendela kamarnya dan melambaikan tangan padaku. Aku tersenyum dan membalas lambaian tangannya. Setelah berpamitan, aku berkendara untuk pulang menuju rumahku.

Kalian tahu? Hari ini aku berhasil melakukan hal yang tidak pernah bisa kulakukan sebelumnya. Thanks to you, Natasha Winchester.

Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙

******

BONUS

"Nat, Aiden lewat tuh!" - Emma

"Maafin ayahku yang pecicilan ya guys. Di foto ini dia lagi sok sok keren gitu." -Nat

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro