Chapter 11 - After That Night
[Aiden]
Setelah malam itu, perasaanku bercampur aduk.
Aku marah pada diriku sendiri karena percaya bahwa semua yang kurencanakan akan berjalan dengan lancar. Pergerakan Michael benar-benar tidak terprediksi olehku.
Bukankah Nat bilang tidak tertarik pada Michael? Tetapi, mengapa pada malam itu mereka berpegangan tangan?
Rasanya aneh, untuk pertama kalinya aku takut merasakan kehilangan. Satu-satunya ketakutan terbesarku adalah kegagalan dalam bermusik, namun sekarang kehilangan lebih membuatku takut.
Rasanya seperti takut akan kehilangan seseorang yang membuatku menjadi diriku seutuhnya. Itu sama saja seperti kehilangan bagian dari diriku sendiri.
Di saat aku memiliki alasan untuk tersenyum di pagi hari dan merasa berdebar ketika bel pulang sekolah berdering, tiba-tiba semuanya lenyap.
Ya, aku takut merasa sendirian.
******
Siang ini, aku menelusuri koridor untuk membeli beberapa sandwich di cafeteria dengan earphone di telingaku. Aku menunduk dan melihat daftar playlist Spotify-ku untuk memilih lagu yang selanjutnya akan kuputar. Setelah memilih lagu, aku memasukannya kembali ke kantong celana.
Ketika kembali terfokus pada jalanan, hal yang sangat ingin kuhindari tiba-tiba terjadi di depan mataku, yaitu melihat Nat bersama Michael.
Aku terkejut dan dengan reflek menghentikan langkahku sambil melepas earphone. Nat berdiri menghadap ke arahku, berjarak sekitar empat meter dari tempatku berdiri.
Gadis itu mengangguk dan berkata pada Michael yang berdiri di hadapannya. "--It's my duty, as your partner."
Apakah baru saja aku mendengar sesuatu yang tidak ingin kudengar?
Tiba-tiba, Nat melirik ke arahku, ia tampak terkejut karenaku. Kedua netra kami bertemu selama beberapa detik sebelum aku berbelok koridor di sebelah kananku.
Kedua kakiku terus melangkah ke depan untuk menghindarinya. Di satu titik, aku berhenti. Menghindarinya seperti ini akan membuat hubungan kita semakin buruk ketika berlatih band, kan?
Damnit, you moron, Aiden!
Aku memejamkan mataku, kemudian menghembuskan napas panjang.
Apa yang akan kau lakukan? Kembali ke sana dan berkata, 'maaf, aku bukannya sengaja menghindarimu' begitu? Gadis itu di sana bersama Michael, apa yang kau harapkan?
Aku menggelengkan kepala, berusaha mengalihkan perhatianku dari pemandangan menyebalkan yang tidak ingin kulihat, kemudian kembali mengenakan earphone dan berjalan menuju cafeteria.
[Natasha POV]
Pagi ini, Michael mengunjungiku di kelas kalkulus, mendiskusikan rencana kami selanjutnya. Jujur saja, aku tidak terfokus pada perkataannya sama sekali.
Setelah malam itu, Aiden tidak menghubungiku sama sekali, seperti yang biasa kami lakukan di malam hari. Grup chat klub band juga sepi. Aku mulai memikirkan apa saja kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, mengapa Aiden menghilang dari bangku tribun saat aku kembali?
Sikapnya membuatku bingung, ia bertingkah seolah-olah tertarik padaku, namun tidak melakukan sesuatu untuk membuatku yakin. Saat pertama kali bertemu, pemuda itu juga mengatakan bahwa ia sama sekali tidak tertarik akan hubungan semacam ini.
Jadi, ia menganggapku apa?
Jujur saja, pemuda itu juga berbuat baik pada Myra, ia bisa saja berbuat hal yang sama padaku. Aku tidak tahu pasti apakah ia berbuat seperti itu pada Myra sebelum aku pindah ke Berry High atau tidak.
Jika ia merasakan hal yang sama denganku, mengapa tidak mengajaku pergi ke homecoming lebih dulu dari Michael? Maksudku, ia bisa mengajakku kapan saja, kan? Kami sering menghabiskan waktu berdua.
Michael menjentikan jarinya. "Hello? Earth to Nat?"
Aku mengerjap, ketika tersadar dari lamunanku. "Huh? y-yeah, barusan kau bilang apa?"
Michael menekuk wajahnya. "Kau yakin baik-baik saja? Kau tidak perlu melakukannya semuanya jika kau keberatan--"
Aku mengangguk. "Ah! No no no. I'll do that. It's my duty, as your partner."
Aku memalingkan pandanganku ke depan dan melihat Aiden berdiri di belakang Michael. Tiba-tiba seluruh tubuhku kaku, tidak tahu harus berbuat apa. Ingin rasanya aku memanggilnya dan berteriak di wajah pemuda itu.
Terlalu banyak kata yang ingin kusampaikan padanya. Namun nihil, tidak ada suara yang keluar dari dalam mulutku.
Tiba-tiba, pemuda itu berbelok ke arah koridor di sebelah kiriku. Aku menahan napasku selama beberapa saat. Rasanya seperti ada ribuan anak panah yang menghunjam dadaku.
Michael mengerutkan dahi. "Nat!" Pemuda di depanku menoleh ke arah belakang. "Kau lihat apa, sih?"
Aku menggigit bibirku dan terdiam selama beberapa saat, kemudian berlari kecil melewati Michael menuju ke arah persimpangan koridor.
"Nat!" Michael memanggilku.
Sesampainya di persimpangan koridor, aku kehilangan Aiden. Di sana hanya ada beberapa murid senior yang berlalu lalang.
Michael berjalan menyusulku sambil mengatur napasnya. "Nat, kau sedang tidak fokus. Kita berbicara lagi sepulang sekolah, okay?"
Aku menunduk. "Sorry, Mike."
******
[Aiden POV]
Keesokan harinya, mimpi burukku akhirnya tiba, yaitu latihan band. Aku dan Nat tidak saling berbicara satu sama lain, kini kami juga duduk berjauhan.
Setelah latihan band berakhir, Nat merapikan alat musik dan alat tulisnya, kemudian dengan cepat meninggalkan ruang musik, diikuti oleh beberapa anggota band lainnya.
Ezra dan Myra saling pandang, kemudian berjalan menghampiriku.
Aku sedang duduk di bangku saat Myra menepuk bahuku. "Kau tidak bisa begini terus, Aiden. Kau tidak harus bersikap dingin terhadapnya, kan?"
Aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku. "Kau tidak mengerti betapa susahnya aku berbicara dengannya lagi setelah apa yang terjadi di lapangan football!"
Ezra mengerutkan dahinya. "Lagipula, apa kau yakin Nat berkata iya?"
"Menurutmu?!" aku bertanya balik.
"I don't know!" ucap Ezra. "Aku langsung pulang setelah kau meninggalkan kami sendirian di lapangan parkir!"
"Well, kurasa kau tetap harus berbicara dengannya kan? I mean, kalian harus meluruskan kesalah pahaman kalian," ujar Myra.
"Aku melihatnya kemarin di koridor bersama Michael, mereka membicarakan semacam 'partner' atau apa lah itu. Mereka juga berpegangan tangan malam itu. Hal itu sudah jelas, kan?" tanyaku.
Myra mengangkat bahunya. "Entahlah, tetapi mereka tidak terlihat seakrab itu di kelas. Mike juga tidak banyak berbicara seperti biasanya. Kurasa kau harus bertanya langsung padanya--"
Aku mengangkat tanganku, mengisyaratkan Myra untuk berhenti berbicara. "Berhenti memberikanku harapan palsu, Myra."
"Terserah kau saja. Dasar keras kepala!" Ezra mengambil ranselnya dan pergi keluar ruangan dengan jengkel. "I have to go."
Setelah kepergian Ezra, di dalam ruang musik hanya tersisa aku dan Myra Gadis itu melepas ranselnya dan duduk di sampingku, kemudian memelukku.
"Aiden, aku tahu ini sulit untukmu. Aku tahu ini pertama kalinya kau membuka hatimu untuk seseorang, but people come and go, so does your life. Your life must go on," lirihnya. "Kau ingin ada konflik internal lagi di dalam band?"
Aku tersenyum lemah dan melepaskan pelukan Myra. "Kau benar. Tidak seharusnya aku bersikap kekanak-kanakan begini."
"Jika konflik internal band terjadi lagi ..." Myra mengepalkan tangannya, kemudian mengangkatnya ke depan wajahku. "Ini akan melayang di wajahmu."
Aku tertawa. "Ouch, kau lebih seram dari Maria ketika ia menyuruh orang-orang membeli tiket homecoming!"
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu, aku dan Myra menoleh ke arah pintu dan melihat seseorang berdiri di depan pintu menatap kami.
Michael Harrison.
Myra menyikut lenganku, aku terkejut dan dengan refleks berkata, "Nat baru saja pulang."
"Nah. Aku tidak mencarinya. Aku mencarimu." Ia menjawab.
"Privately?" tanya Myra.
"Yes. So, if you don't mind--"
"Okay!" Myra paham maksud Michael, ia mengambil ransel dan berdiri dari bangkunya. "Aku akan memberikan kalian sedikit privasi. See you tomorrow, Aiden."
Aku membuka mulutku ketika melihat gadis itu pergi meninggalkanku, rasanya ingin berteriak dan menahan Myra untuk tetap berada di sini denganku, namun tidak ada satu perkataanku yang keluar.
Michael mengelus tengkuk lehernya dengan canggung, kemudian menghampiriku dan duduk di depanku.
"Aku tidak akan basa-basi, jadi aku akan langsung ke intinya saja," ujarnya.
Aku mengangguk, mengisyaratkan pemuda di depanku untuk berbicara.
Michael memejamkan mata dan menghela napas malas. "Nat tidak bilang iya saat aku mengajaknya pergi ke homecoming."
Kedua mataku membulat sempurna. "What?! But--"
Michael memotong pekataanku. "Ketika Nat menolakku pergi bersamanya, ia berharap untuk pergi bersama orang lain."
"Who?" tanyaku.
"You, moron!" jawabnya gemas.
Aku mengernyit. "Me?"
Pemuda di depanku duduk bersandar di kursinya. "Emma bilang, pada malam itu, hatinya hancur saat seseorang yang ia sukai pergi meninggalkan tribun. Aku langsung tahu kalau orang itu adalah kau!"
Aku menggigit bibirku. "Bukankah kemarin di koridor kalian membicarakan soal 'partner'?"
Michael mengernyit, kemudian tertawa renyah. "Yes! kami partner dalam mengerjakan makalah sejarah Amerika, bukan partner untuk homecoming!"
Aku terdiam, otakku merasa kesulitan untuk mencerna perkataan Michael.
"Melihatmu terdiam seperti anak kambing membuatku kesal," gerutunya. "I mean, the most beautiful girl in Berry High likes you, and you didn't do anything for her!"
"Apa tujuanmu mengatakan semua ini padaku?" tanyaku.
Michael tertawa. "Tujuanku? I just want her to be happy."
"Just it?"
Pemuda itu mencondongkan tubuhnya ke arahku. "Sekarang dengar baik-baik apa yang kukatakan. Mau kukejar Nat sampai ujung dunia sekalipun, ia hanya melirik ke arahmu. Apa lagi yang bisa kulakukan?! Maka karena itu, ajak lah ia ke homecoming, jangan membuatnya menunggu seperti orang bodoh!"
"What about you?" Aku terdiam selama beberapa detik. "Maksudku, kau tidak apa-apa Nat pergi bersamaku?"
Michael menyeringai. "Kini aku tahu mengapa Nat begitu menyukaimu."
Aku mengangkat salah satu alisku. "Huh?"
"I'm fine, Aiden."
"Are you sure?" tanyaku skeptis.
"Of course not, moron!" jawabnya. "Tapi bagaimana lagi?"
"No hard feeling?"
"Yeah, we're good. I'm tired of high school drama. Bro before ladies."
Pemuda itu mengulurkan tangannya, aku meraihnya dan bersalaman dengannya.
"Ingat apa yang kukatakan, Aiden. Just don't mess with her, or I'll kick your ass."
Siders gapapa ga comment, tapi ⭐-nya diklik ya! It means a lot to me, thank you so much💙
******
BONUS
Aiden: Waktu liat Nat bareng Michael di Koridor
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro