Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02 Khabarovsk

Pukul 08.45

Kereta kami berhenti sejenak di stasiun Khabarovsk. Wilayah ini masih berada di Timur Jauh Rusia. Saat berhenti, banyak penumpang lain yang turun kereta untuk mencari sarapan yang dijual oleh para Babushka (sebutan nenek dalam Bahasa Rusia) di stasiun. Aku dan Renjun juga ingin turun untuk merenganggkan badan kami. Saat turun dari kereta, kami langsung diserbu para Babushka yang menawarkan makanan untuk sarapan atau makan siang kami. Tapi kami memutuskan untuk tidak membeli karena persediaan makanan kami masih cukup.

Hanya 30 menit berhenti, kami sudah jalan lagi.

Kami sarapan roti dan susu dari bekal yang kami bawa. Aku senang saat melihat Renjun melahap sarapannya. Dia terkadang menggemaskan.

"Katya, ntar nyampe Moscow kita mau kemana nih sama kak Doy?"

"sumpah pengen banget ke Red Square! Denger-denger itu wajib buat dikunjungi" balasku

"Itu wajib banget! Red Square kan tempat paling terkenal di Moscow"

"btw aku pengen cobain Pelmeni, katanya itu sejenis dumpling yang populer disana"

"kita juga harus ke toko oleh-oleh Jun, aku mau beli boneka Matryoshka. Yang dijual di Moscow pasti lebih bagus!"

Wilayah Khabarovsk tengah diselimuti salju. Wilayah di Rusia ini memiliki padang rumput yang luas. Entah sudah berapa kilometer kereta kami melintas, pemandangan diluar sana masih saja padang rumput. Melihat pemandangan padang rumput yang diselimuti salju dari jendela kamar kami, aku merasa bahwa padang rumput ini tidak punya kehidupan sama sekali.

Sunyi

Sepi

Tetapi indah sekali.

"pemandangannya keren juga, banyak padang rumput sama gunung, bikin healing ya" ujar Renjun

"dibilangin juga apa, kalo kamu naik pesawat gabisa nih liat beginian" balasku agak meledek

"iya iya, Trans Siberia memang paling top markotop"

"eh btw aku belum siap menerima kenyataan kalau kita gak mandi sampe Moscow! Bisa gak aku turun sekarang aja terus ganti jadi naik pesawat?!" Renjun mulai tidak realistis lagi

"jangan ngadi-ngadi deh! Ini kan winter, gaakan berkeringat lah Jun. gak mandi sebulan pun juga bisa" balasku

"IIH JOROK. KAMU PERNAH YA GAK MANDI SEBULAN?" Renjun menginterogasiku dengan sedikit berteriak. Sampai penumpang lain dalam kamar kami yang masih berbaring di kasur bagian atas menggerakan badannya. Mungkin indikasi bahwa mereka tidak nyaman dengan perbincangan aneh kami.

Kasihan sekali dua penumpang di kasur bagian atas kami. Kami memang suka ribut.

Tapi kami saling menyayangi

Maksudnya, menyayangi sebagai teman.

Setelah sarapan, kami memutuskan untuk ke toilet di gerbong kami. Rupanya ada sedikit antrian. Tentu saja, penumpang lain juga punya hak untuk menggunakan toilet ini.

Setelah kami kembali dari toilet di ujung gerbong untuk cuci muka, menggosok gigi, atau buang air, tiba-tiba seorang Provodnik - staff yang bertugas di kereta - datang ke pintu kamar kami untuk memberikan tambahan bed cover. Karena udara semakin dingin,  Provodnik memberikan tambahan selimut untuk kami selama perjalanan.

Tak lama kemudian, Renjun mengajakku untuk keluar dari kamar kami.

Diluar kamar kami, ada semacam lorong yang menghubungkan satu gerbong ke gerbong lainnya. Di lorong itu, kami bisa sekedar berdiri atau berjalan-jalan sejenak sambil melihat pemandangan luar yang indah.

Di lorong ini, kami berdiri sambil melihat pemandangan wilayah Khabarovsk melalui jendela.

"Katya" renjun memanggilku dengan tarikan napas yang dalam dan wajah yang serius.

"kenapa Jun? gak betah naik kereta, ya? Maafin aku, harusnya aku gak maksa—"

"dengerin aku dulu" Renjun memotong

"bukan soal kereta. Apa yang mau aku omongin jauh lebih serius daripada kereta ini"

Aku jadi ingat saat beberapa hari sebelum keberangkatan kami, Renjun mendapat masalah. Sampai saat ini aku belum mengetahui apa masalahnya. Mungkin sekarang dia akan menceritakan masalah itu.

"Kamu gak boleh kaget ya"

"aku paham banget kamu tidak percaya dengan hal-hal seperti ini"

Aku tidak berbicara apapun. Aku benar-benar menunggu Renjun untuk melanjutkan bicaranya sampai habis. Dia bisa menerkamku kalau aku memotong bicaranya.

Perasaanku semakin tidak enak. Tapi aku sudah bersiap untuk menghibur dan menenangkannya setelah dia selesai menceritakan masalahnya.

"kakek buyutku, alias kakeknya ayahku, dia—"

"dia pernah... pernah melakukan perjanjian dengan iblis"

Tunggu. Apa ini semacam pesugihan? Ilmu hitam? Aku memang skeptis alias tidak percaya dengan hal tak masuk nalar seperti ini. Tapi, Renjun bilang yang melakukan kakek buyutnya? Aku masih agak memaklumi karena kejadiannya sudah jauh di zaman dahulu, bukan zaman sekarang. Kalau ada orang di zaman sekarang yang masih melakukan hal itu, benar-benar perlu dikasih pelajaran.

Tapi apa masalahnya? Kenapa tiba-tiba dia bercerita tentang kakek buyutnya?

"karena perjanjian tersebut, iblis memberikan kakek buyutku kekayaan. Jumlah kekayaan itu akan terus bertambah berkali-kali lipat"

"kekayaan yang dimiliki anaknya kakek buyutku, alias kakekku, lebih besar dari kekayaan ayahnya"

"kekayaan yang dimiliki anaknya kakekku, alias ayahku, juga lebih besar dari kekayaan ayahnya"

Mendengar pernyataan Renjun membuatku kaget setengah mati. Artinya, kekayaan yang dimiliki oleh ayah Renjun..... semuanya pemberian iblis! Persetan dengan perusahaan manufaktur beserta anak perusahaanya, dan juga beberapa asset berharga yang tersebar di Eropa milik ayahnya. Persetan dengan restoran terkenal di seluruh Tiongkok milik ibunya. Apa gunanya jika semua itu diberikan oleh Iblis meskipun secara gratis?

Tubuhku masih membeku saking tidak percaya dengan ceritanya.

"apakah perusahaan ayah dan ibumu adalah efek dari perjanjian iblis yang dilakukan kakek buyutmu?" aku mencoba mengkonfirmasi hal ini pada Renjun.

"tentu. Saat harta itu berpindah ke tangan ayahku, jumlah kekayaannya menjadi semakin besar"

Sebelumnya, aku merasa iri dengan privilege yang Renjun miliki. Sampai akhirnya aku benar-benar tidak jadi iri dengan itu semua.

"kenapa kamu baru ngaku sekarang?!" aku mulai membalasnya

"akupun baru tahu, Kat. Orang tuaku sendiri baru mengaku kepadaku saat aku pulang ke Tiongkok kemarin"

"jangan berpikir kamu doang yang kaget, aku juga kaget sampai gak bisa ngomong apa-apa tau" ujarnya.

Aku benar-benar panik, bagaimana bisa Renjun bisa tetap sabar saat keluarganya tengah dipengaruhi oleh iblis?? Apa keluarganya tidak mau mencari jalan keluar? Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Renjun karena iblis masih mempengaruhi kekayaan orang tuanya.

"terus.... Gimana orang tua kamu? Kalian harus cari cara buat lepas dari pengaruh iblis. Tolong, jun. sejauh ini apa yang kalian lakukan agar lepas dari iblis?" aku membalas.

"gak ada, Kat"

"maksudnya gak ada?" aku makin panik

"gak ada yang bisa dilakukan"

"pasti ada jun!" aku meyakinkan dia. Meskipun aku sendiri sama sekali tidak yakin karena tidak percaya hal semacam ini.

"sudah berkali-kali kami mencari jalan untuk lepas dari semua ini, tapi percayalah Kat, tidak ada"

Kalau aku jadi Renjun, sepertinya aku akan mengamuk tidak jelas dan marah kepada kakek buyutku. Bisa-bisanya dia percaya iblis untuk hal-hal seperti ini.

"aku sangat kesal. Mengapa harus terjadi kepada keluargaku. Sejujurnya tidak ada siapapun yang salah dalam masalah ini, kecuali kakek buyutku. Orang tuaku tidak bersalah, dia bahkan rela merahasiakan fakta mengejutkan ini selama 20 tahun setelah aku lahir demi menjagaku agar tidak hidup dalam ketakutan"

"sampai akhirnya orangtuaku membeberkan semuanya. Aku syok. Setiap hari aku hanya bisa murung, sedih, dan aku terus berpikir bahwa hidupku sudah tidak berharga. aku berpikir seperti itu karena nasibku tidak ditentukan olehku sendiri, tetapi oleh iblis"

Mendengar pernyataan Renjun, aku benar-benar ingin sekali memberinya penghiburan. Tapi jujur, untuk me-normal-kan diriku sendiri sekarang saja susah. Aku masih keringat dingin karena ngeri dan tak dapat berkata-kata. Ini terlalu sulit.

Perbincangan kami berlangsung cukup lama. Tak terasa kami rupanya melewatkan makan siang dan sekarang hari sudah menjelang petang.

Renjun paham bahwa aku tidak pernah menyangka semua ini, sama sepertinya. Maka dari itu, dia mengajakku untuk kembali ke dalam kamar kami dan makan malam lebih awal, sehingga kami bisa tidur lebih awal juga. Aku menyuruhnya untuk istirahat lebih awal, karena dia pasti butuh banyak istirahat setelah menumpahkan cerita mengejutkannya kepadaku.

Renjun, kau pria yang kuat.

Aku merasa bersalah karena tidak bisa memberikan kata-kata yang membuat semangat Renjun kembali. Cupu sekali kau Katya! Tapi mau bagaimana lagi, aku juga masih kepikiran hal itu sampai tidak bisa berkata apapun bahkan sampai sekarang saat kami sudah berbaring di kasur kami masing-masing.

Renjun sedang membaca buku yang kubawakan untuknya. Sedangkan aku sedang mendengarkan musik dari playlist ku.

Renjun rupanya agak bosan, begitu pula aku. Tiba-tiba dua penumpang lain di kamar kami mengajak kami untuk berbincang. Kami berkenalan dengan mereka. Rupanya mereka juga sedang berlibur untuk musim dingin, mereka berdua memiliki tujuan yang sama, yaitu akan turun di kota Irkutsk. Aku senang bisa berkenalan dengan penumpang lain, perjalanan kami seolah menjadi lebih ramai dan berwarna. Sesekali salah satu dari mereka menawarkan kami snack, tetapi kami menolak karena kami masih mempunyai stok. Mereka berdua sangat ramah dan kami bercerita banyak hal.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.35

Kami berempat menyudahi perbincangan kami, dan dua penumpang tersebut naik ke kasur mereka di atas. Aku kembali mendengarkan playlist dan Renjun kembali membaca buku.

Sambil mendengarkan lagu, aku memikirkan peristiwa yang tadi siang Renjun ungkapkan.

Tak terlintas dalam benakku bagaimana rasanya menjadi Huang Renjun. Dia pasti benci dengan kakek buyutnya, tetapi rasa bencinya tidak bisa dilampiaskan karena kakek buyutnya sudah tiada. Aku jadi berpikir sesuatu, dia bilang kalau saat harta tersebut pindah generasi, maka jumlah harta itu akan berkali-kali lebih banyak. Itu artinya, saat harta ayahnya pindah ke tangan Renjun, maka harta yang dimiliki Renjun akan lebih banyak, Renjun akan menjadi lebih kaya dari ayahnya.

Menakjubkan, tetapi mengerikan.

"Renjun, tidur saja. Besok kita bincang-bincang lagi, ya" aku munyuruhnya istirahat

***

Aku terbangun di tengah malam. Aku mengecek jam. Waktu menunjukkan pukul 02.14.

Kereta ini terus melaju ditengah kegelapan wilayah Siberia yang luas.

Aku memutuskan untuk duduk dan melihat apa yang terjadi diluar jendela. Hanya gelap. Sesekali terlihat lampu jalan atau lampu rumah penduduk. Aku maklum, karena sebagian wilayah Siberia didominasi oleh padang rumput dan sungai.

Di langit, aku melihat bulan sabit. Terang sekali.

Terima kasih bulan, karena sudah menerangi Siberia. Terima kasih bulan, sudah menemaniku di tengah malam yang sepi dan dingin ini.

"Bulan, tahukah kamu soal perjanjian dengan iblis? Apakah hal seperti itu nyata?"

Aku berbicara dalam hati kepada bulan di langit. Aku bahkan masih khawatir soal masalah Renjun. Sebagai orang yang tidak percaya hal seperti itu, ini semua benar-benar masih sulit untuk kucerna. Aku perlu jawaban dari bulan di langit.

Seandainya bulan bisa ngomong.

"Bulan, adakah cara agar Renjun bisa lepas dari pengaruh iblis? Meskipun dia kaya dan jadi lebih kaya setelah harta ayahnya berpindah ke tangannya, tetap saja itu semua dari iblis. Renjun tidak bahagia dengan harta-harta itu"

Aku teringat sebuah fakta yang Renjun katakan bahwa jika harta itu berpindah generasi, maka jumlah kekayaan akan semakin besar.

Tapi dia tidak mau menerima harta itu karena pemberian iblis.

Sedihnya, dia bilang tidak ada cara untuk melepas pengaruh iblis.

"Bulan, kalau di bumi tidak ada yang bisa melepas pengaruh iblis di keluarga Huang, apakah di bulan ada yang bisa?"

Kalau keluarga Huang dipengaruhi iblis, apakah Renjun selalu diikuti oleh iblis juga? Apakah sekarang iblis mengikuti Renjun? Apakah iblis itu menyamar menjadi penumpang lain yang ada di kamar kami?

Sial, aku benci pikiranku.

Kusarankan kalian untuk jangan pernah terbangun di tengah malam. Pikiran kalian akan dipenuhi oleh hal-hal yang tidak rasional.

Aku kembali memandangi sang bulan.

"Bulan, tolong jaga Renjun, ya. Dia baik sekali kepada semua orang. Tidak pantas dia berada di dekat iblis"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro