Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01 Vladivostok

"serius kat? Kak Doyoung yang ngajakkin?"

"iya jun. Mau ikut bareng aku gak?"

"Mauuu! Enak banget kamu dibayarin sama dia. Kenapa sih aku disuruh bayar sendiri"

Renjun menggerutu ditengah suasana tenang di sebuah café dekat pelabuhan Vladivostok. Hari ini kami bertemu untuk mendiskusikan rencana perjalanan kami ke Moscow untuk menemui kak Doyoung.

"Jun, kamu keberatan gak kalo naik kereta?" aku mengarahkan diskusi.

"HAH? Kereta? Yang bener aja!"

"Moscow tuh jaraknya 9,289 km loh dari sini. Mau nyampe berapa lama?"

"sekarang aku nanya balik. Kamu yakin naik pesawat? Ga bakal bisa lihat pemandangan dari kota ke kota loh" aku mecoba memberi pendapat.

"biarin. Makin cepat sampai lebih baik. Lagipula naik kereta ke Moscow dengar-dengar bisa 7 hari penuh! Gak risih apa di kereta terus?"

Sejujurnya agak repot kalau 7 hari berturut-turut ada di dalam kereta. Apalagi saat musim dingin yang merepotkan. Ditambah lagi tidak ada sinyal selama perjalanan (kecuali di stasiun pemberhentian), itu artinya kami tidak bisa mengabari siapapun ataupun mengetahui perkembangan dunia luar selama 7 hari. Kalau kalian ingin buang air, setiap gerbong menyediakan toilet khusus yang diperuntukkan untuk semua penumpang dan staff. Untuk mandi, jangan harap kalian bisa melakukannya. Kalian hanya bisa gosok gigi, cuci muka, dan keramas di wastafel khusus yang disediakan. Kedengarannya menyiksa, ya?

Tetapi, menjadi penumpang kereta dengan jalur terpanjang di dunia, Trans-Siberia, yang menghubungkan kota Vladivostok ke Moscow, sudah menjadi mimpiku sejak dahulu. Ada pengalaman berharga yang tidak dapat kau ambil di kereta manapun selain Trans-Siberia. Sulit sekali mendeskripsikan pengalaman tersebut melalui kata-kata.

"Jun ayolah, kamu udah sering naik pesawat. Gak kepo sama rasanya naik kereta? Ayolah, ini Trans- Siberian Railway. Bukan jalur kereta biasa. Banyak orang yang ingin dapat kesempatan naik kereta ini" Aku memohon. Aku pantas memohon karena kerepotan selama 7 hari didalam kereta sebanding dengan pengalaman yang akan didapatkan di dalamnya.

Renjun masih berpikir

"kamu jangan-jangan gak tahu seterkenal apa kereta Trans-Siberia ya? Gak update banget kamu. Googling dulu sana"

"btw harganya juga gak lebih mahal dari pesawat ke Moscow, kok" aku masih bersikeras dengan kemauanku untuk menaiki kereta.

"gak mau, pokoknya enggak. Kamu ajadeh yah naik kereta. Aku mau naik pesawat, hanya butuh 8 jam penerbangan menuju Moscow" Renjun mulai membalas

Aku sebenarnya tidak keberatan kalau ia lebih memilih pesawat dan kami jadi berangkat terpisah, tetapi akan sangat disayangkan kalau aku menikmati pengalaman ini hanya sendirian.

"eh tapi kapan lagi ya bisa nyobain Trans Siberia"

"Kereta cukup perginya saja, ya. Aku ikut kamu deh, naik kereta yang kamu bangga-banggain itu" akhirnya Renjun berubah pikiran, meskipun kelihatannya dia agak jengkel.

"YANG BENER??? IHH AKHIRNYA MAU JUGA KAMU NAIK KERETA! MAKASIH RENJUN AKU BAKAL KASIH KAMU REWARD DEH!" aku tidak menyangka dengan jawaban Renjun sampai aku menjawab dengan agak berteriak.

"Rewardnya kamu harus kasih aku banyak buku atau podcast yang bisa dijadikan hiburan selama 7 hari 7 malam di kereta gak jelas itu. Aku gamau gara-gara kamu aku mati kebosanan hahaha" canda Renjun.

"enak aja kamu bilang kereta gak jelas! Trans-sib itu terkenal banget loh. Makanya jadi orang Rusia dong biar ngerti!" balasku

"btw rewardnya kegampangan. Koleksi buku aku banyak. Podcast penambah skill di aplikasi music juga banyak yang aku save. Tinggal kamu pilih deh pokoknya, hahahaha" balasku lagi

Aku senang dengan keputusan Renjun. Itu artinya kami bisa mulai memilih tanggal yang cocok untuk perjalanan kami. Aku membuka laptopku, membuka situs pembelian tiket Trans-Siberia dari Vladivostok menuju Moscow. 

Pilihan kelas kereta malam Trans-Siberia bervariasi. Kami bingung memilih kelas.

Kelas yang pertama adalah Luxury Class-kami menyebutnya SV class-adalah kelas dengan tingkat yang paling tinggi. SV class adalah kamar paling nyaman di Trans-Siberia. Privasi sangat terjaga dan terdapat pintu geser, sehingga penumpang lain tidak dapat melihat aktivitas kami. Kasur yang disediakan di kamar kelas SV hanya ada dua buah. Fasilitas yang disediakan pun amat lengkap. Bahkan kami dapat menonton TV disini.

Tetapi, harga kelas SV sangat tidak masuk di akalku yang hanya seorang fresh graduate.

Kalau di akal horang kaya seperti Renjun mungkin masih masuk akal.


Kelas yang lebih rendah satu tingkat dari SV adalah kelas Kupe. Dalam satu kamar, kelas Kupe memiliki 4 buah kasur. Dua buah di bagian bawah, dan bua buah lainnya di bagian atas. Pada malam hari, dua kursi bagian bawah di kelas Kupe dialihfungsikan menjadi kasur tidur. Privasi di kelas ini juga cukup terjaga, karena terdapat pintu geser.

Harga perjalanan menggunakan kelas Kupe bersaing dengan harga perjalanan dengan pesawat. harganya lebih murah 20% dari harga pesawat.

Kemungkinan kami akan mengambil kelas Kupe, karena termasuk nyaman dengan harga yang masih setara dengan harga pesawat.


Kelas yang paling bawah adalah kelas Platzkart. Di kelas ini sama sekali tidak ada privasi. Dalam satu kabin, kelas ini mampu menampung 54 penumpang. Keuntungan memilih kelas ini adalah, pertama, kamu dapat bersosialisasi dengan penumpang lain. Kedua, tentunya kamu mendapat harga yang paling murah!




"melihat kelas Platzkart saja sudah membuatku tidak nyaman. Memangnya kamu mau 7 hari penuh kenalan terus sama orang-orang berbeda yang naik turun kereta? Itupun kalau orangnya baik dan asik. Kalau orangnya serem? Bau? Aku yakin kamu minta turun di tengah-tengah" Renjun mulai protes lagi.

Oh iya, penumpang lain di dalam gerbong bisa saja datang dan pergi silih berganti karena beberapa penumpang baru akan naik dari stasiun pemberhentian dan beberapa penumpang lama akan turun terlebih dahulu karena tujuan mereka berada di kota-kota yang belum dilewati Moscow. Kalau kami memilih kelas Platzkart, mungkin kami akan lelah mengobrol dan berkenalan dengan banyak penumpang yang berbeda dalam gerbong itu.

"yaudah, Jun. sekarang kamu mau yang mana? Jangan kelas SV! Kasihan aku dan kak Doyoung, nanti melarat pas patungan bayar tiket!"

Kalian pasti masih ingat kalau kak Doyoung bersedia membayar 50% ongkos perjalananku ke Moscow, kan?

"gak ada pilihan lain. Kalau gitu yang Kupe aja"

"eh tapi Kupe kasurnya ada 4? Berarti bakal ada 2 orang lain selain kita, dong?"

Renjun memang tidak terlalu suka berada di dekat orang asing. Apalagi dalam jangka waktu yang lama.

"ya mau bagaimana lagi, kereta kan kendaraan umum. Pasti dalam satu kamar ada penumpang lain" aku membalas.

***

Seharian ini aku dan Renjun benar-benar mencari dan memikirkan kelas kereta dan tanggal yang cocok untuk kami pergi ke Moscow. Setelah kurang lebih 4 jam di café tersebut sampai pramusaji disana muak melihat kami, akhirnya kami mendapat tanggal dan kelas yang cocok.

Aku telah mencatat hasil perencanaan perjalananku dengan Renjun di notes ponselku. Beginilah kira-kira rencana perjalanan kami:

"Kami akan mengarungi jalur Trans-Siberia pada tanggal 13 Desember sampai 20 Desember. Kami bermalam selama 7 hari di kabin dengan kelas Kupe.

Kami berlibur di Moscow sejak tanggal 20 Desember sampai 25 Desember. Hotel dan makanan semuanya ditanggung kak Kim Doyoung.

Pulang kembali ke Vladivostok pada tanggal 26 Desember menggunakan pesawat."

Ah! Rasanya sudah tidak sabar bulan Desember.

Sampai di rumah, aku mengabari kak Doyoung untuk memberi tahu detail perjalanan kami.

/send a pict/

"kak, itu detail perjalanan kita ke Moscow. Kak Doy tanggal segitu pasti sudah libur, kan?"

"kalian jadinya naik kereta? Wah daebak!"

"baik Katya, aku akan memberimu 50% harga tiket kereta dan pesawat besok lusa"

"tentu saja, mulai minggu kedua bulan Desember aku sudah libur^^"

***

Menunggu dua bulan dari bulan Oktober ke Desember rasanya seperti menunggu giliran toilet disaat kau sedang ingin buang air besar. Waktu berjalan terasa sangat lambat. Setiap hari, yang kulakukan hanya mencoret tanggal di kalender. Kapankah tanggal 13 Desember di kalender bisa kucoret?

Aku yakin Renjun pasti juga sudah tidak sabar untuk naik kereta malam dengan jalur terpanjang di dunia itu. Pasti dia tidak mau turun dari kereta setelah sampai di Moscow karena tidak rela meninggalkan pengalaman yang berharga di kereta tersebut.

Di awal bulan November, Renjun kembali ke Tiongkok, tepatnya ke rumah orang tuanya, dan akan kembali ke Vladivostok seminggu sebelum keberangkatan kami. Dengan kembalinya Renjun ke Tiongkok, aku yakin bahwa dia sedang me-refresh dirinya setelah belajar selama 4 tahun di Vladivostok. Dia pasti sangat rindu dengan keluarganya di Tiongkok.

Namun akhir-akhir ini Renjun menjadi slowrespon saat kuhubungi melalui KakaoTalk.

Dasar sombong!

Tetapi, sifat itu tidak seperti Huang Renjun yang biasanya.

Aku mencoba berpikir positif. Mungkin dia sedang menyimpan energinya untuk bersenang-senang bersamaku dan kak Doyoung bulan Desember nanti. Atau bisa jadi dia sedang belajar mengelola perusahaan ayahnya yang luar biasa besarnya itu. Tapi dia memang harus belajar, Renjun adalah anak satu-satunya. Kalau bukan dia yang meneruskan bisnis mahabesar itu, siapa lagi?

***

Tanggal 13 Desember semakin dekat, dan Renjun sudah datang di Vladivostok sejak kemarin.

Aku mempunyai perasaan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

Tatapannya sering kosong, sering murung, dan menjadi tidak banyak bicara.

"jangan khawatir Katya, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit masalah keluarga. Tidak ada hubungannya dengan perjalanan kita ke Moscow, kok!"

Aku merasa kasihan pada Renjun, mengapa dia harus mendapat masalah saat kami hendak melakukan perjalanan panjang yang seru. Aku terus menghibur dia sebisaku, meskipun dia tidak pernah membeberkan masalah apa yang dia hadapi. Aku sudah berkali-kali mendesaknya untuk menceritakan masalahnya kepadaku. Karena ini bukan Renjun biasanya. Biasanya masalah seberat atau se-absurd apapun yang dialaminya, dia akan selalu menceritakannya kepadaku. Bahkan lewat telepon sekalipun.

Mungkin masalah ini agak berat, jadi dia enggan bercerita.

Aku maklum dengan itu, mungkin aku harus memberi dia ruang untuk menyimpan masalahnya sendiri. Suatu saat aku yakin dia akan menceritakannya padaku.

"maaf ya Kat udah bikin kamu khawatir. Aku ceritain masalah ini lain waktu ya. Aku belum siap untuk bercerita sekarang"

Aku mengiyakan.

Tetapi perasaanku tidak enak.

***

13 Desember, Stasiun kereta Vladivostok.

Pukul 18:45

Renjun dan aku terlihat seperti ibu-ibu rempong yang membawa banyak keperluan untuk anaknya. Masing-masing kami membawa satu buah koper medium, tas ransel besar, dan tote bag berisi persediaan makanan. Kami juga memakai coat musim dingin yang merepotkan ini.

Kami naik ke gerbong lalu menuju ke kamar kelas Kupe sesuai pesanan kami. Kemudian kami mulai kewalahan menata barang bawaan kami di dalam kamar. Ruang gerak kami terbatas, apalagi ada dua orang lain yang satu kamar dengan kami, jadi harus bergantian untuk menaruh tas maupun koper di bagian bawah kasur.

Kami berangkat pada malam hari. Suasana di gerbong lain tidak terlalu ramai. Dengar-dengar kereta Trans-Siberia memiliki jumlah penumpang paling sedikit saat musim dingin. Aku mengerti karena berpergian saat musim dingin itu merepotkan.

Merepotkan memang, tapi pengalaman ini akan membekas dihati selamanya.

Renjun tidur di kasur bagian bawah sebelah kiri, sedangkan aku bagian bawah sebelah kanan. Posisi kami berseberangan. Sedangkan dua orang asing yang ada di kamar kami tidur di kasur bagian atas.

Hari ini Renjun terlihat lelah. Aku membiarkannya istirahat.

Sambil rebahan, aku mulai memikirkan betapa enaknya menjadi Huang Renjun. Dia punya segalanya. Dia juga tidak perlu repot mencari pekerjaan, karena dialah yang akan mengelola bisnis ayahnya. Mau makan apapun, liburan kemanapun, atau membeli barang apapun, dia tidak akan memperhatikan harga yang tertera. Dia juga sangat tampan, pasti suatu saat nanti dia tidak kesulitan mencari gadis idamannya.

Dia juga sangat baik. Dia terkadang memberiku barang yang cukup mahal, atau mentraktirku makan makanan yang belum pernah ku cicipi karena harganya selangit. Meski begitu, aku sangat tulus berteman dengannya. Walaupun kadang-kadang aku iri juga dengan privilege yang dia miliki.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro