00 Prologue
Menuntut ilmu sejujurnya menyenangkan, sekaligus meletihkan. Maka dari itu, aku sangat lega saat berhasil lulus dari universitas. Rasanya seperti melepaskan beban 100 kilogram dari pundakku. Beban berat skripsi, penelitian, tugas, praktikum laboratorium maupun lapangan, dan semacamnya sudah menghilang dari hidupku. Ah, begini ya rasanya lulus. Waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa.
Aku lulus dari salah satu universitas di kota tempat tinggalku sejak lahir, yaitu Vladivostok. Mungkin kamu belum familiar dengan nama kota ini. Letak kota ini ada di wilayah Timur Jauh Rusia. Kamu betul, aku berdarah Rusia, namun, aku juga memiliki darah Korea dari ayahku. Gampangnya, aku ini blasteran Rusia-Korea.
Kuliah di Vladivostok sangat menyenangkan. Aku sama sekali tidak bosan berkuliah di kota tempat tinggalku. Diluar sana, banyak calon mahasiswa yang ingin merantau ke luar daerahnya hanya untuk berkuliah, tapi pemikiran seperti itu tidak berlaku untukku. Aku sudah terlanjur cinta dengan kota kelahiranku ini.
Alasanku tidak pernah merantau karena Vladivostok adalah kota yang indah, sistem pendidikannya pun sudah bagus. Maka dari itu, banyak mahasiswa dari luar daerah bahkan dari luar negeri yang merantau untuk berkuliah di Vladivostok. Rasanya berkuliah disini pun sudah seperti merantau, karena banyaknya mahasiswa merantau dari luar negeri disini. Jadi untuk apa buang-buang uang untuk merantau? Merepotkan orang tuaku saja.
Aku beruntung bisa kenal dekat-sekarang bersahabat-dengan salah satu mahasiswa rantau asal Tiongkok. Awalnya karena dia juga ada sedikit darah Korea. Lalu kami jadi dekat karena kami bisa 'klop' dalam segala hal. Bahasa lainnya sih, kami satu frekuensi. Kami kenal pada tahun pertama karena mendapat kelas yang sama. Syukurnya, pertemanan kami awet sampai lulus. Sangat senang bisa mengenal Huang Renjun.
"Katya! kamu udah dapet kerjaan ya? Cepet banget sih" tiba tiba pria bermarga Huang itu muncul saat aku tengah merapihkan berkas ijazah sarjanaku di pelataran kampus.
"ngagetin ih Renjun. Emang kenapa kalo udah? Enakan kamu kali, gak kerja duit masih lancar jaya dari bokap!"
Oh iya, satu fakta menarik dari Renjun. Ayah dan ibunya sangat kaya. Bahkan Renjun pernah berkata kalau dia bisa saja tidak bekerja seumur hidup karena orang tuanya adalah pengusaha terkenal. Bagaimana tidak, ayahnya seorang pemilik perusahaan manufaktur besar di Tiongkok yang memiliki 6 anak perusahaan. Asetnya sudah bertebaran di Eropa, sebut saja apartemen di Frankfurt, rumah tinggal di Berlin, dan sebuah villa di Lapland. Ibunya pemilik restoran masakan tradisional terkenal yang memiliki cabang di setiap provinsi di Tiongkok. Bahkan kakek dan kakek buyutnya juga seorang jutawan.
"Eh, kamu jadi penerus bokap mu aja lah Jun. Biar apartemen sama villa-nya bisa beranak pinak" celetukku.
***
Setelah mengurus ijazah di kampus, aku menerima sebuah surat dari kakak tingkatku saat kuliah yang sudah lulus sejak tahun lalu dan sekarang bekerja di kota Moscow, ibukota negaraku. Surat itu terbungkus rapih.
Dear Katya,
Apa kabar? Bagaimana kondisi Vladivostok hari ini?
Kudengar kamu sudah lulus, selamat ya. Ngomong-ngomong, aku ingin ngasih kamu reward nih karena kamu sudah lulus dengan baik. Aku mau bayarin kamu liburan ke Moscow. Aku bakal kasih kamu full gratis hotel, makanan, dan transportasi selama disini. Buat tiket pesawat atau kereta, aku bakal bantuin 50%. Akan kuganti sebelum kamu berangkat ke Moscow, janji! Semua ini berlaku untuk 5 hari ya! Kita harus ketemuan lah Kat, sudah lama banget kita berpisah. Ohiya, aku nanti mau kenalin kamu sama temen-temen baru aku di Moscow.
Kalau kamu setuju sama perjanjian ini, segera kabari aku ya, biar bisa di diskusikan lebih lanjut. Okayyy?
Moscow, October 2021
Kim Doyoung.
Ya ampun, Kak Doyoung! Bisa-bisanya dia mengirim surat jauh-jauh dari Moscow, padahal kan bisa pakai pesan teks di WhatsApp atau KakaoTalk yang jauh lebih praktis. Kenapa harus pakai surat? Ternyata dia kolot juga.
Ngomong-ngomong, kak Doyoung adalah kakak tingkat yang satu fakultas denganku saat kuliah dulu. Dia mahasiswa rantau dari Korea Selatan. Dia pernah mengajakku untuk bergabung dalam proyek kuliahnya, yaitu proyek bisnis label busana. Aku magang di label miliknya selama satu tahun di bagian tim keuangan. Selama satu tahun magang itu, aku rela tidak dibayar karena tujuanku hanya ingin menambah pengalaman bekerja dan mengasah kemampuanku untuk mengelola keuangan perusahaan. Aku sangat berterima kasih pada kak Doyoung karena mau mempercayaiku untuk berkontribusi dalam labelnya.
Setelah membaca surat itu, aku langsung menghubungi kak Doyoung melalui KakaoTalk
"kak doyyyyy!"
"ngapain sih ngirim-ngirim surat hahaha"
"kan bisa ngabarin lewat sini"
"atau email kek"
"hai Katya! hahaha biar estetik sama keren dikit, lah"
"udah dibaca kan suratnya?"
"gimana? Kamu yes or no sama penawaranku?"
"ya yes lah. Masa no?"
"kakak tau kan aku seberapa pengen ke Moscow?"
"tanggal berapaan nih kak? Gak dikasih tau nih di surat"
"hahaha kamu masih pengen ke Moscow sampe sekarang? Kirain udah gamau lagi 😊"
"winter aja gimana? Soalnya banyak libur. Kalo sekarang gini aku masih sibuk"
"Okay noted, Desember ya kak! Sekalian natalan disana haha"
"btw kenapa mau bayarin aku ke Moscow?"
"pengen ketemu sama kamu. Tapi aku gak mau ke Vladivostok. Jauh!"
"mending kamu aja yang kesini"
"btw kamu cari tiket pesawat dulu, gih. Nanti keburu abis. Kasih tau juga berapa biayanya ke aku, okay?"
Pasti dia ada maksud lain selain hanya ingin bertemu denganku. Mungkin dia mau "membayarku" atas kontribusiku terhadap label busana-nya. Tak apa-apa. Aku memang pantas dibayar untuk itu, kok. Karena mengelola keuangan perusahaan tidak semudah yang dibayangkan.
Terlepas dari rekan kerja, kak Doyoung juga menjadi partner belajar dan teman yang baik. Dia terampil di beberapa mata kuliah. Sehingga aku dan Renjun suka meminta kak Doyoung mengajarkan materi kuliah kami. Sebut saja kalkulus, contohnya. Karena itu, kami bertiga jadi kelompok belajar-kadang bermain-yang baik.
Tiba-tiba aku juga ingin mengajak Renjun ikut ke Moscow. Semenjak kuliah, kami berdua ingin berlibur ke ibukota Rusia tersebut. Aku tak tahu apakah kak Doyoung mengizinkanku membawa Renjun.
Notifikasi HP ku menunjukan chat masuk dari kak Doyoung.
"katya"
"ajakin si Renjun juga kalo dia mau. Tapi suruh dia bayar sendiri ya"
"dia kan udah kaya hahaha"
Baru saja aku memikirkan untuk mengajak Renjun. Kak Doyoung tiba-tiba mengizinkanku membawanya.
Huang Renjun, inilah awal perjalanan kita.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro