Remember
Kasur king size, ruangan yang luas, Youngmin yang sedang berlutut padanya dengan sebuah boneka Pikachu pada genggamannya. Kwangmin mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Tidak ada Kasur king size, atau Youngmin yang sedang berlutut. Hanya ada kasur tingkat dan boneka Pikachu yang ia genggam.
Kwangmin mendudukkan dirinya di kasur mengamati boneka Pikachu yang tadi ia temukan tergeletak di atas kasur. Apa itu yang ia lihat barusan ? Kenapa Youngmin berlutut padanya ? Dan boneka Pikachu ? Kwangmin menyipit menatap lebih dalam Pikachu itu, tapi yang ia dapat hanya kepalanya yang berdenyut. Kwangmin mendesah kecil memegangi kepalanya.
Hari ini, setelah dua minggu di siksa dengan makanan hambar dan kakinya yang terus merasa nyeri, akhirnya Kwangmin diizinkan pulang oleh dokter. Ia sudah boleh sekolah, tapi masih belum boleh berlari. Karena pulang dari rumah sakit di siang hari, jadi Kwangmin tidak akan bertemu Youngmin sampai malam nanti karena Youngmin masih di sekolah.
Kwangmin bangkit lagi lalu meletakkan boneka Pikachu itu di atas meja nakasnya yang terletak di sebelah kasurnya. Ia melangkah keluar dari kamar, mungkin ibunya tau soal kasur king size dan Youngmin yang sedang berlutut.
"hmm.. Kau melihat itu barusan ?" Tanya eommanya setelah Kwangmin menceritakan apa yang ia lihat barusan.
"aku kurang tau soal itu, tapi kau pernah bercerita padaku kalau Youngmin memberikan boneka Pikachu padamu dan kau di anggap sebagai dongsaeng dan hyungnya sejak saat itu" jelas eommanya
"dongsaeng dan hyung ?" Kwangmin menatap heran eommanya
"begini saja, sebaiknya kau tanyakan itu pada Youngmin setelah dia pulang nanti. Mau bantu eomma memotong buncis ?" Tawar eommanya.
...
"ah, itu .."
Youngmin menutup buku tugasnya dan beralih menatap Kwangmin yang barusan menanyakan kejadian siang tadi. Youngmin menceritakan semuanya yang terjadi tentang kasur king size, boneka Pikachu hingga Youngmin yang sedang berlutut
Kwangmin mengangguk mengerti setelah mendengar penjelasan Youngmin lalu lanjut membaca komiknya yang tadi sempat tertunda sebentar. Ia masih belum mengerti kenapa Youngmin melakukan hal itu, tapi setidaknya ia merasa lega mengetahui bayangan-bayangan siang tadi itu benar-benar ingatannya. Artinya, ia masih berpotensi mengingat kembali semua yang terjadi satu tahun belakang ini. Termasuk mengetahui apa yang mungkin membuatnya hilang ingatan.
"mianhe .." ucap Youngmin tiba-tiba
Kwangmin menjauhkan komiknya, beralih menatap Youngmin memastikan kalau ia yang sedang di ajak bicara oleh Youngmin "untuk apa ?"
"aku berpikiran buruk tentangmu selama ini." Youngmin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "aku pikir kau membenciku."
"bagaimana bisa aku membenci orang yang tidak ku ingat ?"
Youngmin kini beralih dari meja belajarnya menuju kasur dan duduk tepat di samping Kwangmin. Kepalanya menunduk menatap kaki jenjangnya yang ia ulurkan.
"habis selama di rumah sakit kau menatapku dengan tatapan tidak bersahabat."
"ahh.. Jadi karena itu kau mengacuhkanku." Kwangmin menengadah menatap langit-langit kamar mengingat bagaimana ia menatap Youngmin saat itu
"di rumah sakit itu kaki dan tubuhku selalu terasa nyeri. Belum lagi makanannya yang tidak ada rasanya, jadi moodku jelek."
Mata youngmin bersinar penuh harap mendengar ucapan kwangmin barusan. Syukurlah semua pikiran jelek itu hanya pikiran jelek. "uwahh, kau memang dongsaeng yang baik" Youngmin memeluk erat Kwangmin untuk beberapa detik lalu melepaskan pelukannya dan menatap Kwangmin "kuharap kau bisa kembali mengingatnya dengan cepat."
Kwangmin tersenyum hangat setelah menyambut pelukan dari Youngmin. Ya, dia masih agak asing dengan sebutan 'hyung' karena ia belum sepenuhnya ingat tentang Youngmin.
Pandangan Kwangmin beralih, dari mata Youngmin menuju kaus panjang polos berwarna kuning yang di pakai Youngmin. Seingatnya, kaus itu miliknya. apa mereka terbiasa meminjam baju satu sama lain ? atau bajuku adalah bajumu ? atau itu baju model yang sama dengan miliknya ? Tapi, rasanya ia merasa tertarik dengan baju itu.
Wajahnya bergerak lebih dekat menuju kaus yang di pakai Youngmin. Youngmin memiringkan kepalanya bingung melihat Kwangmin yang sekarang sudah mulai meraba tiap jengkal kaus kuning yang ia gunakan. Sepertinya 4D itu merasuki Kwangmin lagi.
"yak, waeyo ?" tanya Youngmin, setelah merasa rishi karena bajunya terus saja di raba oleh Kwangmin
Kwangmin menjauhkan dirinya melipat kedua tangannya di dada "apa kita terbiasa memakai baju bergantian ?"
Youngmin menatap kausnya sebentar kemudian memandang Kwangmin lagi "kurasa begitu. Kau yang waktu itu mengizinkanku memakai semua kausmu. Aku juga tidak pernah melarangmu memakai kausku. Pokoknya kausmu itu kausku juga, begitu juga sebaliknya." Jelas Youngmin
Kwangmin mengangguk mengerti, rasanya tidak terbiasa melihat orang lain memakai kausnya. Tapi bukan itu titik permasalahannya. Ia merasa masih ada masalah lain dengan kaus kuning dan Youngmin.
Kwangmin mulai menggaruk kepalanya gelisah, kepalanya menatap langit-langit kamar seperti berusaha mengingat lagi apa masalah yang masih mengganjal itu. tapi sulit, semua buram. Yang ia ingat, kaus itu ia beli bersama eommanya, sudah cuma itu.
"kau mengingat sesuatu lagi ?" tanya Youngmin
Kwangmin menggeleng sedih "sulit"
"istirahatlah. Mungkin setelah ini baru kau bisa mengingat yang lain lagi"
Youngmin bangkit membantu Kwangmin berbaring dan menyelimutinya lalu membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja belajarnya barulah ia pergi tidur menyusul Kwangmin. Youngmin tidur di kasur atas, Kwangmin di bawah.
...
Youngmin membuka pintu kamarnya setelah selesai mandi. Ia membuka pintu lemari mengambil blazernya yang tergantung disana. Youngmin, sudah mengenakan kemeja dan celana sekolahnya namun belum memakai blazer dan dasi.
"kenapa kau menyembunyikan kamera ini eoh ?"
Youngmin menutup pintu lemarinya lalu menoleh ke sumber suara yang terdengar dingin. Suara itu milik Kwangmin yang ada di atas kasurnya sedang focus melihat-lihat isi dari kamera silver yang ada di tangannya tanpa menatap Youngmin sama sekali.
Kwangmin juga sudah siap dengan seragamnya, tinggal memakai blazernya dan semua beres. Ini hari pertama Kwangmin berangkat sekolah. Setelah pulang dari rumah sakit, kwangmin masih harus istirahat dua hari lagi di rumah, latihan fisik sedikit kemudian barulah ia bisa berangkat sekolah lagi.
Youngmin diam sesaat mendengar pertanyaan kwangmin barusan, bola matanya bergerak-gerak memandangi ruangan itu berharap dapat inspirasi untuk menjawab pertanyaan Kwangmin barusan.
"apa ? a.. aku ? untuk apa ?"
Kwangmin berdiri menatap dingin Youngmin, tangan kanannya masih menggenggam kamera silver itu "lalu kenapa kau meletakkannya di balik meja belajarmu ?"
"eeh .. itu .. itu karena tadinya aku letakkan di atas meja. Mungkin .. mungkin jatuh."
Kwangmin menyipit, menatap Youngmin lebih dingin "geotjimal !" lalu ia melempar kamera itu ke atas kasurnya.
"aku tidak berbohong !" sergah Youngmin
"kalau begitu kenapa kau meletakkannya di belakang meja !? kalau jatuh, kamera ini pasti sudah rusak, atau setidaknya posisinya akan terjepit di antara meja dan tembok ! ini jelas-jelas di sengaja !"
Mata Youngmin membulat sempurna, ia tidak menyangka Kwangmin bisa punya pemikiran sedetail itu tentang kamera yang jatuh dari atas meja hanya dalam hitungan beberapa menit. Atau dia sudah memikirkan kemungkinan alasan-alasan buatan Youngmin.
Ia memasukkan kedua tangannya di saku "Hyunseong hyung yang memberitahuku kalau ia sudah memberikan kameranya padamu hampir satu bulan yang lalu. Dan kau malah menyembunyikannya di balik meja. Keparat !"
Kwangmin mengambil langkah mendekat ke Youngmin yang masih diam disana dari tadi. Ia menatap marah kedua mata Youngmin "mereka yang menyemangatiku untuk meningat apa yang kulupakan, termasuk dirimu ! aku berusaha keras, menahan rasa sakit kepalaku setiap malam hanya untuk mengingat dirimu dan ingatan satu tahun terakhirku ! aku selalu berharap kalau mengingatmu setidaknya bisa tidak terlihat seperti dua orang bodoh yang sedang bertemu ! Tapi kau malah menghalangiku !" Kwangmin menghempaskan tangannya ke segala arah melepaskan semua kekesalannya pada Youngmin
Kwangmin segera keluar kamar meninggalkan Youngmin yang masih terpaku di tempatnya. Rencana brilian miliknya gagal, hancur total. Keinginannya membuat Kwangmin tetap melupakan ingatannya malah berakhir tragis begini.
Youngmin hanya bisa mengerjap beberapa kali membiarkan air matanya mengalir. Sekarang, bersiap terhadap kemungkinan terburuk. Kamera itu berisi foto-foto mereka saat berlibur waktu itu, maka besar kemungkinan Kwangmin mengingat kejadian saat ia di culik waktu itu. kemudian Kwangmin akan merasa kecewa karena hyungnya terlambat menolongnya. Masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan buruk yang dipikirkan Youngmin hingga nekat menyembunyikan kamera milik hyunseong.
Youngmin menghapus air matanya lalu berdiri lagi menatap pantulan dirinya di cermin. Merapikan dirinya yang kelihatan berantakan dan kusut lalu tersenyum simpul meyakinkan ia tidak akan menangis saat sarapan bersama Kwangmin dan bumonimnya.
Youngmin menyusul Kwangmin lalu ikut sarapan bersama bumonimnya. Tidak banyak yang mereka bicarakan, yah hanya masalah sekolah dan soal kesiapan Kwangmin untuk kembali bersekolah lagi.
Kwangmin tidak begitu banyak bicara, sedangkan Youngmin terus saja berusaha mengatakan apapun yang sedang di bicarakan bumonim mereka karena Youngmin tahu hukuman berat yang akan menimpanya kalau bumonimnya melihat mereka bertengkar. berusaha berakting seolah-olah hubungannya dengan Kwangmin baik-baik saja. Sedangkan Kwangmin tidak banyak menanggapi Bahasa tubuh Youngmin. Ingatlah Kwangmin masih belum mengingat Youngmin sepenuhnya, jadi ia juga tidak ingat soal betapa mengerikan hukuman itu.
Acting Youngmin di ruang makan usai begitu mereka berada di sekolah saat ini. Setidaknya, tidak apa terlihat canggung di depan teman sekolah dengan alasan kalau Kwangmin belu mengingat sepenuhnya dirinya. Dan kejadian yang satu ini juga terjadi di luar dugaan.
Teman-teman sekolah lebih memilih mengerubungi Kwangmin bertanya macam-macam soal ketidakhadirannya selama hampir sebulan ini. Youngmin ? terlupakan, seolah-olah hanya Kwangmin yang sekolah di sekolah ini.
Menyakitkan ? jangan ditanya, ini sangat menyiksa. Biasanya selalu ada yang mengajak ngobrol Youngmin atau setidaknya bertanya kepada Youngmin tentang pertanyaan yang sekiranya tidak akan sempat mereka tanyakan pada Kwangmin. Namun nyatanya, semua menanyakannya langsung pada Kwangmin. Mungkin mereka bosan mendengar jawaban Youngmin atas pertanyaan mereka. Di satu sisi, untuk apa dapat informasi dari orang lain, kalau di pemilik informasi ada di depan mata.
Walaupun begitu, ada sedikit keuntungan dari ini. Mereka tidak menyadari Youngmin dan Kwangmin sedang terlibat dalam konflik yang membuat Kwangmin memanggilnya 'keparat' tadi pagi hanya karena sebuah kamera di balik meja. Di tambah lagi, ini juga waktu yang tepat untuk Youngmin berlatih acting lagi untuk menghadapi bumonim mereka nanti dirumah.
Bel sekolah yang berbunyi akhirnya membuat Youngmin makin yakin kalau ia harus menjelaskan semuanya pada Kwangmin. Ia membereskan beberapa bukunya dengan cekatan lalu melangkah cepat menyusul Kwangmin yang baru saja meninggalkan kelas. Tubuhnya sesekali menabrak siswa siswi yang berlalu lalang di tengah jalan, matanya tetap focus pada punggung Kwangmin.
"Kwangmin-ah !" panggil Youngmin setelah merasa jaraknya dengan Kwangmin tidak begitu jauh
Kwangmin hanya menoleh sebentar lalu berjalan lagi meninggalkannya. Langkah Youngmin terhenti di dekat gerbang sekolah, melihat mobil eommanya yang baru saja melintas, Kwangmin berlari mengejar mobil itu dan masuk ke dalam. jarang sekali eommanya menjemput mereka. Mungkin karena ini hari pertama Kwangmin masuk sekolah setelah hampir sebulan meliburkan diri.
Youngmin berjalan menyusul Kwangmin menuju mobil eommanya lalu masuk ke dalam, duduk di kursi belakang di sebelah Kwangmin. Mendadak, niatnya untuk meminta maaf luntur begitu ia memasuki mobil. Ia tidak tau, tapi rasanya akan mengerikan kalau eomma tau mereka sedang bertengkar. Sekaranglah kemampuan acting Youngmin di uji lagi.
...
Flashback
Kwangmin POV
"tunggu disini Kwang .. Jaga dirimu baik-baik"
Aku tersenyum getir melihat punggung Youngmin yang semakin menghilang di telan pepohonan hutan ini. Kuharap, Youngmin tidak pergi terlalu lama.
Aku menarik nafas panjang lalu memhembuskannya selama beberapa kali hingga aku merasa tubuhku punya sedikit kekuatan. Kuangkat tubuhku hingga tanganku bisa meraih tali pengikat di kakiku. Sial ! Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas !
Ku lepaskan beban tubuhku dan kembali ke posisi menggantung, seperti seekor kepompong. Biasanya kau bisa melakukan itu lebih dari sepuluh menit, tapi ini baru saja menyentuh talinya mataku sudah berkunang-kunang.
Aku mencobanya sekali lagi, dan aku beakhir dengan bergelantungan seperti kepompong. Penculik sialan ! Masih sempatnya ia memasang jebakan begini disini ! Brengsek ! Aku pasti akan membunuhmu nanti !
Aku memejamkan mataku lalu menghembuskan nafasku perlahan membuat asap-asap putih itu mengepul darisana. Aku membiarkan tubuhku tergantung begitu saja di pohon ini. Mencoba melepaskan diri hanya membuatku jadi gila. Semuanya terlihat berputar terus ! Dasar batu terkutuk !
Kalau saja aku menang taruhan waktu itu -taruhan batu gamping-, pasti aku sudah bisa menyusul Youngmin hyung sekarang.
Aku membuka mataku lagi, dan rasa berputar itu menghampiriku lagi. Aku memang sedang sakit, tapi bukan berarti harus terus berdiam diri disini. Tidak masalah kalau aku tidak bisa melepaskan diri dari sini, tapi penculik itu pasti akan melepaskanku dari sini dan membawaku kembali ke gudang reyot itu. Tidak ! Jangan berharap banyak bung !
Aku menggerakkan tubuhku seadanya, bergelantungan kesana kemari. Pusing, tapi rasanya menyenangkan juga. Hanya ini satu-satunya cara supaya aku tidak mati kedinginan dan bisa bergerak melawan si penculik itu lalu menyusul Youngmin hyung.
Entah berapa lama aku sudah bergelantungan terombang ambing disini. Telingaku mendengar suara langkah kaki dari kejauhan. Aku mengontrol diriku
supaya berhenti bergelantungan dan konsentrasi mendengar sumber suaranya. Satu kesimpulan yang bisa kuambil, ini bukan langkah kaki Youngmin.
Youngmin tidak akan melangkah sepelan ini. Dia pasti berlari karena ia pasti ingin cepat-cepat menyelamatkanku.
Apa macan ? Yang benar saja jo Kwangmin ! Macan-macan itu sudah di masukkan ke suaka margasatwa. Langkah macan juga tidak akan terdengar senyaring ini.
Aku membuka mataku memaksanya untuk melihat walaupun penglihatanku tidak normal untuk saat ini. Tidak begitu jelas, tapi terlihat seperti seorang namja ..
"waa.."
BRUK !
Demi pantat ! Ini sakit ! Sialan !
Aku tidak tau apa yang ia lakukan padaku tapi dia membuatku terjatuh dari ketinggian hampir dua meter dan punggungku adalah korbannya, kemudian disusul dengan pantatku ! Tidak berperikemanusiaan ! Apa dia tidak puas menendangiku tadi !
Aku meringis mengelus punggungku yang sakit dan mencoba bangkit, namun tubuhku mendadak terseret ! Aku mencoba meraih apapun dengan tanganku yang bisa menahan tubuhku dari tarikan penculik itu ! Sial ! Padahal tadi setumpuk ide sudah aku temukan selama masa menggantung dan sekarang tidak ada satu idepun yang muncul di otakku.
Tanganku meraih batang semak-semak dan menggenggamnya erat supaya tidak tertarik oleh penculik itu, namun kekuatan penculik yang lebih besar di tambah kondisi tubuhku yang sedang sakit membuat genggamanku semakin melemah dan akhirnya ia berhasil menyeretku lagi.
Kwangmin POV end
Penculik itu terus menyeret Kwangmin, namun Kwangmin tidak diam. Ia meraih semak-semak itu lagi, dan kini diikuti gerakan kakinya yang menendang -nendang asal karena ia tidak sanggup menoleh ke belakang. Di buat kesal oleh kelakuan Kwangmin, penculik itu menusukkan pisaunya ke kaki Kwangmin agar ia diam
"aaa....!"
Penculik itu agak bodoh juga, dia lupa kalau tadi ia tidak menyekap mulut bocah ini. Ia menekan kakinya ke kepala Kwangmin hingga wajahnya mencium tanah sehingga meredam teriakannya dalam sedetik.
Untuk sementara waktu, Kwangmin terlihat agak tenang. Tubuhnya sudah tidak banyak bergerak meronta, ini berarti saatnya membunuh Kwangmin. Penculik itu mendesah kasar menyadari semua anggota tubuhnya tersita untuk meredam Kwangmin. Dua tangannya sudah ia gunakan untuk menyeret kaki Kwangmin dan menahannya, lalu sebelah kakinya juga ia gunakan untuk menahan kepala Kwangmin
Gila ! Bocah ini menyita sekaligus tiga alat geraknya ! Menggunakan kakinya untuk memakai pisau dan membunuhnya rasanya tidak mungkin. Kepalanya bergerak cepat, berpikir untuk mencari apa yang tepat yang bisa ia gunakan untuk membunuh anak ini.
"Kwangmin !!"
Belum sempat ia menemukan benda untuk membunuh Kwangmin, kepala Kwangmin sudah bergerak meronta. Rupanya Kwangmin tidak menyerah. Kalau tau ia harus membunuh anak seperti ini, harusnya ia minta lebih banyak bayaran lagi. Pak tua sialan !
Si penculik itu menekan lagi kepala Kwangmin agar wajahnya lebih dalam lagi menyentuh tanah sekaligus membuatnya kesakitan supaya ia bisa diam
Sepertinya si penculik salah menentukan hari untuk menculik mereka. Ini akan berakhir buruk kalau ia tidak cepat-cepat kabur, tapi ia harus menuntaskan tugas 100 juta wonnya itu ! Kepala Kwangmin bergerak meronta lagi. Si penculik yang merasa geram akhirnya menarik lagi tubuh Kwangmin lalu menghempaskannya ke sebuah pohon besar hingga tubuhnya membentur keras pohon itu.
Sekarang Kwangmin sudah benar-benar tenang. Penculik itu tersenyum lebar melihat 100 juta wonnya tergeletak. Ia mengangkat lagi pisaunya, memfokuskan pandangannya ke tempat jantung Kwangmin bersarang lalu menusuknya
"Kwangmin !!"
Bagus ! Suara itu mengganggunya membuat tusukannya malah bergeser jauh dari yang seharusnya. Suara itu terdengar makin nyaring di iringi suara derap langkah kaki yang cepat. Penculik itu melepas pisau yang menancap di tubuh Kwangmin lalu pergi meninggalkan Kwangmin disana.
Flashback end
...
Youngmin membuka matanya perlahan mendengar suara isak tangis yang begitu nyaring terdengar di telinganya. Ia menegakkan tubuhnya lalu mengerjap beberapa kali mengumpulkan kesadaran dirinya. Setelah merasa lebih kuat untuk bergerak, ia menuruni tangga kasur menengok Kwangmin yang ada di kasur bawah. Dugaan sementara, itu suara Kwangmin.
Youngmin melongok ke kasur Kwangmin melihat sebuah gundukan dari selimut yang ia yakini ada Kwangmin di dalamnya. Terlihat jelas dari selimutnya yang bergetar. Youngmin mendudukkan dirinya di kasur itu, menyibak selimut Kwangmin perlahan.
"kenapa menangis ?" tanya Youngmin
Kwangmin mendongak, menunjukkan wajah kuyu yang basah karena air matanya. Kwangmin tidak menjawab, hanya saja isakannya semakin terdengar jelas. Youngmin membelai perlahan rambut hitam Kwangmin yang berantakan. Tidak masalah kalau Kwangmin tidak menjawab pertanyaannya, ia tahu betul kalau menangis selalu bisa melumpuhkan mulut manusia.
"aku ambilkan air ya."
Youngmin beranjak dari kasur Kwangmin, namun tangan Kwangmin menahannya. "ka .."
Youngmin menoleh menunggu huruf-huruf lain menyusul ucapan Kwangmin barusan. Kwangmin tidak melanjutkan ucapannya, menggantinya dengan genggaman tangan yang menjadi lebih erat.
"baiklah"
Kwangmin menggeser tubuhnya memberi Youngmin lahan untuk duduk disebelahnya. Youngmin merangkak menuju tempat yang di sediakan Kwangmin lalu memeluk Kwangmin erat untuk membuktikan bahwa ia berhasil menerjemahkan Bahasa tubuh Kwangmin dengan tepat.
Bisa saja dia mengatakan 'ka' untuk menyuruhnya pergi, tapi orang bodoh mana yang menahan orang yang dia usir. Kwangmin tidak sebodoh itu. kemungkinan kedua, dia mungkin ini mengatakan 'kajima' tapi karena sesunggukan, jadi ia hanya bisa menyatakan 'ka..' dan menambahkannya dengan menahan tangannya.
Beberapa saat lamanya Kwangmin tidak menolak pelukan Youngmin, artinya ia mentgartikan dengan benar Bahasa tubuh kwangmin. Tangan Youngmin menambahakan sentuhan lembut di pucuk kepala Kwangmin, Kwangmin tidak menolaknya. Kwangmin malah semakin memendam kepalanya di dada Youngmin yang bidang hingga Youngmin merasa bajunya basah di bagian itu.
"maaf soal tadi pagi. Aku memang bermaksud untuk menyembunyikan kamera itu supaya kau bisa melupakan kenangan pahit yang akan membuatmu ketakutan nanti. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk membuat usahamu mendapat ingatan satu tahun terakhir menjadi sia-sia"
Youngmin menjauhkan Kwangmin dari pelukannya, sebagai gantinya ia menangkup wajah Kwangmin dengan telapak tangannya yang lembut "setidaknya mengangguklah kalau kau memaafkanku" jelas Youngmin, Kwangmin mengikuti apa yang di katakan Youngmin
Youngmin menguacak-acak gemas pucuk rambut Kwangmin dan menyeringai nakal "tidurlah, besok kau boleh minta maaf padaku"
Youngmin menarik selimut motif Pikachu itu hingga menutupi tubuhnya dan Kwangmin lalu memeluk Kwangmin lagi supaya ia lebih tenang. Senangnya memperlakukan Kwangmin seperti boneka teddy bear besar, ia merasa sudah jadi hyung sejati untuk Kwangmin malam ini.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Kwangmin sempat sakit namun sekarang sudah sehat kembali. Ia juga sudah sempat menceritakan pada Youngmin soal kejadian malam itu. malam itu, Kwangmin mengingat masa suramnya saat ia tergantung di pohon karena berusaha melarikan diri dari si penculik, makanya dia ketakutan. Salah Kwangmin juga karena beberapa jam sebelumnya, ia ikut-ikutan menonton film horror yang di setel appanya.
Hubungan si kembar juga sudah mulai membaik lagi. Kwangmin belum ingat sepenuhnya namun sudah bisa mengingat banyak soal Youngmin semenjak kejadian malam itu.
TBC-
Hmm.. kapan ya terakhir update ff ini. Hahaha, adakah yang nungguin update ff ini ?? :3
Jgn lupa voment yaaa ^_^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro