Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Everything

Flashback

Hyunseong membuka matanya perlahan, merasakan sesak di tubuhnya. Ia menggerak-gerakkan tubuhnya untuk tau apa yang membuatnya sesak.

"syukurlah kau sudah bangun"

Hyunseong memaksakan diri menoleh pada sumber suara. Terlihat buram pandangannya, namun rambut coklat muda dan sweater biru yang ia pakai itu menjelaskan kalau itu adalah Donghyun.

"kau sedang apa hyung?"

Mata Hyunseong belum terbuka sempurna, masih sesipit bulan sabit jadi Donghyun hanya terlihat berbayang.

"buka matamu hyungnim"

Hyunseong menoleh lagi ke arah berlawanan mendengar suara Sungjae barusan. Ia mengerjap beberapa kali sampai akhirnya orang yang ada didepannya ini terlihat sempurna dalam posisi berdiri dan sedang menggerakkan tubuhnya sembarang, mencoba berontak dari ikatan tali yang melilitnya.

Hyunseong menunduk mengamati dirinya sendiri berharap hanya Sungjae yang diikat, namun nyatanya iapun bernasib sama dengan Sungjae, begitu juga Donghyun hyung -setelah melihatnya dalam kondisi yang sama lagi-

"ige mwoya ?" tanyanya datar

"aku tidak tau. Begitu bangun, tubuhku sudah terikat disini ! kalau aku sudah bisa melepaskan diri, akan ku hajar habis manusia brengsek yang mengikat kita disini." Jawab Donghyun

"sebaiknya kau lepaskan kami dulu, baru kita habisi si brengsek itu" sahut Sungjae.

"diam kau bocah ! aku sedang marah saat ini !"

"aku tau"

Donghyun mendesis sebal bersiap menyerang Sungjae dengan kata-kata lain, tapi kepala Hyunseong sudah lebih dulu menghantam bibirnya membuatnya makin kesal. Anggap saja kepala Hyunseong sebagai pengganti jari telunjuk yang biasa di pakai saat menghentikan omongan orang yang sedang naik darah.

Donghyun melotot tajam kearah Hyunseong karena sudah mencoba menghalanginya. Sayangnya, Hyunseong tidak gentar, ia menatap balik Donghyun berusaha mengingatkan posisi mereka yang sedang terikat. Mereka bisa bertengkar lagi nanti, tapi sekarang yang penting adalah melepaskan diri dan melaporkan diri ke polisi.

Donghyun mengalah, percuma menakuti Hyunseong dengan pelototan mautnya, tidak mempan kalau sudah begini. Ia menghela nafas kesal, membuang muka kearah lain menghindari menatap Hyunseong dan Sungjae.

Selama beberapa saat, kondisinya sunyi. Sungjae yang cerewet terus berusaha melepaskan diri. Sesekali ia menggerutu dan seringkali Hyunseong menyundul bibirnya dengan kepalanya seperti yang ia lakukan pada Donghyun tadi. Sedangkan Donghyun, sudah tidur lagi setelah tadi juga beberapa kali sempat berusaha melepaskan diri.

"hyung ! aku punya ide !"

Hyunseong segera menoleh ke arah Sungjae, Donghyun yang sedang tidur langsung terlonjak, meyipit menatap Sungjae, bersiap untuk bertengkar lagi. Namun Sungjae sudah lebih dulu meminta Donghyun untuk tenang lalu menjelaskan idenya pada kedua hyungnya.

Kemudian mereka berusaha keras bergerak merapatkan diri mereka lalu menarik diri mereka untuk bergerak turun ke bawah dengan susah payah dan akhirnya ikatan pertama yang melilit tubuh mereka lepas.

Masih ada tiga ikatan lagi, yaitu di pergelangan tangan, pergelangan kaki dan dada mereka, bayangkan mereka seperti kepompong yang tidak bisa jadi kupu-kupu.

"lalu sekarang apa ?"

"ini gila, tapi bagaimana kalau kita bergelinding menuju pintu yang disana"

"Itu menyenangkan hyung ! ayo lakukan !!"

Mereka bergelinding tidak beraturan menuju sebuah pintu di ruangan itu, lalu berusaha berdiri. Semuanya menatap kenop pintu itu bingung, karena pergelangan tangan mereka terikat. Ketiganya secara bersamaan melirik ikatan di pergelangan tangan mereka, mencoba mencari celah dari ikatan di pergelangan tangannya.

Hyunseong lebih dulu memasukkan celah diantara ikatan tangannya itu ke kenop pintu kemudian menggeseknya berkali - kali hingga ikatan talinya lepas

"Aku mau juga hyung !!"

"aku duluan bocah !" Donghyun langsung melakukan hal yang sama pada si kenop pintu mendahului Sungjae yang reaksinya lambat.

"hyung !!" Sungjae mendorong-dorong tubuh Donghyun agar bisa minggir dan melakukan apa yang barusan Hyunseong lakukan.

"hei ! jangan rebutan !" Hyunseong langsung menghindar dari dua orang itu "Sungjae-ya, mengalah saja ! aku akan mencari barang tajam lain yang mungkin bisa melepas ikatan di tangan kalian.

"minggir lah sebentar hyung" Hyunseong mencoba menjauhkan Donghyun dari kenop pintu agar ia bisa membuka pintu dan keluar dan mencari benda tajam lainnya.

Keduanya menatap takjub Hyunseong saat ia berhasil membuka pintu itu, ide untuk menggunakan kenop pintu itu beralih. Penculik mana yang membiarkan pintu tidak terkunci seperti itu. Dan kejutan lainnya adalah, penculik itu tidak ada disana.

Masih ada satu pintu lagi, pintu keluar. Hyunseong membuka pintu itu, hingga hawa dingin masuk ke dalam.

Hyunseong melirik keluar, memastikan penculik itu benar-benar tidak ada disini. Lalu ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya perlahan. Wajahnya berubah sumringah ketika melihat sebuah alat pemotong rumput sederhana tergeletak tidak jauh dari rumah itu. Ia melompat riang ke sana mengambilnya dan melepaskan ikatannya

Flashback end.

Youngmin menatap iba ke arah Kwangmin dengan kepalanya yang tersandar lemas di meja kantin sekolah. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah Sungjae dan Hyunseong

"kenapa baru cerita sekarang ?"

"kami tidak merasa ini harus diceritakan pada siapapun" Hyunseong beralih melirik Sungjae tajam "kecuali kalau orang ini bisa menjaga mulutnya"

"hei ! kenapa jadi menyalahkanku ! kan aku tidak sengaja !"

"bukan tidak sengaja ! memang mulutmu yang begitu !"

"hei! Hei ! ini sedang di kantin ! aduhh, kalian dengan kami sama saja" Youngmin memijit pelan dahinya

Kedua orang itu berhenti bertengkar tapi keduanya masih menatap tajam satu sama lain. Youngmin menghela nafas perlahan, ikut menyanadarkan kepalanya seperti Kwangmin

"kenapa ?" tanya Hyunseong

"aku iri pada kalian. Kalian Cuma di ikat"

"sudah kuduga kalian akan mengatakan ini. Aku pergi !"

"masalah belum selesai hyung !" Sungjae menahan tangan Hyunseong agar ia tidak pergi darisini.

"bagianku sudah beres, sekarang ini bagianmu"

Hyunseong melepas paksa genggaman tangan Sungjae kemudian pergi meninggalkan kantin. Sungjae mengacak rambutnya frustasi, bingung bagaimana menenangkan dua anak kembar ini. Salahnya sendiri, tempo hari mencerita bagaimana hebatnya ia melepaskan diri saat ia di sekap waktu itu dan sekarang seantreo sekolah tau cerita ini kecuali si kembar. Mereka baru tau hari ini.

"sudahlah, semua sudah berlalu. Yang penting kita semua selamat dan polisi akan menemukan pelakunya" hibur Sungjae.

...

Eomma si kembar melambaikan tangannya menatap mobil hitam yang ditumpangi suami dan kedua anak kembarnya yang berjalan menjauh dari rumahnya. Ia meraih pagar rumahnya bersiap menutupnya, namun matanya menangkap mobil silver mungil menyalakan lampu sen kirinya. Ia kurang yakin, tapi merasa sen itu berarti mobil itu ingin menuju ke rumahnya.

Mobil itu sekarang sudah berhenti tepat di depan rumahnya, dan keluarlah sesosok namja tinggi dengan setelan jas hitam rapi yang sudah tidak asing lagi wajahnya. Kim kibum dari kepolisian yang waktu itu menolong Youngmin.

"annyeonghaseyo" sapanya sembari membungkuk pada eomma si kembar, sebut saja eommanya Park Ji Soo.

Ji Soo membalas sapaan kibum lalu menyuruhnya masuk ke dalam. Mobil di biarkan diluar, keamanan di perumahan ini terjamin, jadi tidak perlu takut ada yang akan mencuri mobil itu.

Kibum duduk santai di sofa ruang tamu mengamati seisi ruang tamu itu sekaligus menunggu Ji Soo menyiapkan hidangan yang tadi ia tawarkan.

Ruang tamu itu terbilang tidak begitu luas, ada tiga sofa membentuk letter 'U' yang mengelilingi meja. Sengaja hanya menaruh tiga sofa, supaya si tamu bisa berjalan masuk secara leluasa ke ruang ini. Ada lemari juga yang pintunya terbuat dari kaca sehingga kita bisa melihat beberapa foto, piala serta beberapa benda dan patung yang terlihat seperti sebuah souvenir.

Ji Soo menghidangkan secangkir the untuk kibum dan beberapa makanan ringan di atas nampannya kemudian duduk di sofa yang satu lagi.

"bagaimana kabarmu ?

Kibum meraih cangkir tehnya, dan meminumnya sedikit lalu meletakkannya lagi "aku baik. Hari ini aku punya berita buruk dan berita bagus untukmu. Mana yang mau kau dengar terlebih dahulu ?"

"oh, aku sudah mengalami banyak masa buruk semenjak kejadian itu, apakah kabar bagusnya kira-kira bisa menghiburku ?" sahut Ji Soo

Kibum tertawa kecil mengangkat kedua bahunya "tentu saja ! kau pasti akan senang kan kalau kuberi tahu bahwa kami berhasil menangkap si penculik dan juga dalang di balik semua ini ?"

"itu benar-benar berita bagus ! kau benar-benar sudah menemukannya ? syukurlah" Ji Soo menghel nafas lega dan tersenyum senang. "siapa mereka ?" lanjutnya

"nah, itulah berita buruknya .."

"oh, kenapa begitu cepat ? jadi berita bagusnya hanya sampai di situ ?" tanya Ji Soo dengan nada kecewa. Kibum menjawabnya dengan anggukan singkat.

Ia meraih cangkirnya dan meminum sedikit dari isinya lalu mengambil nafas panjang, membiarkan otaknya di penuhi oksigen sehingga ia bisa merangkai kata-kata yang bagus untuk menghias sedikit berita buruk itu.

"mungkin kau akan terkejut. Menurut penyelidikan kami .." kibum berhenti sebentar, membasahi mulutnya "Jo Kangmin pelakunya. " lanjutnya

Alis Ji Soo terangkat setengah tidak percaya soal pernyataan Kibum. Ji Soo mengangguk mengerti menggerakan tangannya kecil meminta Kibum melanjutkan lagi penjelasannya. Mereka pasti punya bukti kuat atas tuduhan yang di layangkan kepada kakak iparnya itu.

Kibum mulai menjelaskan, soal transaksi yang jelas terlihat mencurigakan di rekening Jo Kangnim, beberapa panggilan di ponsel Jo Kangnim yang terhubung dengan nomer si penculik. Soal vila yang di sewa, ternyata vila itu hanya jebakan agar si penculik mudah menjangkau si kembar yang jauh dari pantauan orang tua.

Villa itu sudah di kenal orang sekitar sebagai tempat berakhirnya setiap orang yang akan terbunuh. Berbagai kasus melatar belakangi pembunuhan itu, mulai dari pembalasan dendam, kejadian tak terduga, terbunuh karena kecelakaan, perebutan kekuasaan dan masih banyak lagi yang lain. Korban sebelum si kembar yang terduga pergi kesana adalah Minwoo. Anak dari pewaris perusahaan mainan anak-anak.

Orang-orang itu tidak di bunuh di villa itu, tapi disisi lain villa itu, yaitu di tempat Youngmin dan Kwangmin di sekap. Kemudian mayatnya di buang di lorong sempit gelap yang di lewati Youngmin dan Kwangmin saat kabur. Dengan begitu, maka kasus pembunuhan ini tidak terungkap dan korbannya menghilang tanpa jejak.

Penculikan yang terjadi saat itu, yang benar-benar diculik dan akan di bunuh hanya si kembar. Sedangkan tiga orang lainnya hanya sebuah drama untuk menutupi kejahatan Kangmin, supaya seolah-olah tercipta pemikiran 'ayah mana yang tega menyuruh orang menyekap anaknya sendiri.' atau 'Tidak mungkin dia yang menyekap anaknya, pasti orang lain.'

"jadi mereka tidak benar-benar di culik ?"

Kibum menggeleng "mereka hanya sekedar di sekap di tempat sempit. Dari penjelasan yang di jelaskan mereka, menunjukkan mereka di sekap di tempat yang berbeda dengan si kembar karena si kembar tidak ada di tempat mereka di sekap. Menurut cerita ketiga orang itu, mereka tidak mengalami kekerasan fisik seperti apa yang di alami si kembar. Luka mereka juga tidak separah luka si kembar. Artinya, percobaan pembunuhan ini lebih tertuju pada si kembar, calon pemilik perusahaan milik appa mereka." Jelas kibum

"jadi dengan begitu, Kangmin bisa menguasai perusahaan ?"

"yah, kurang lebih begitu hasilnya." Kibum menyandarkan tubuhnya ke sofa kemudian menghelas nafas pelan dan melanjutkan lagi kalimatnya "Kalau aku ini seorang ayah yang punya banyak uang dan mengurus perusahaan besar begitu, aku tidak akan menyewakan villa kecil begitu."

Ji soo menyandarkan tubuhnya perlahan ke sofa empuk. Rasanya sulit di percaya Kangmin tega melakukan ini pada keponakannya sendiri. Padahal, jika ia tidak melakukan ini, iapun akan tetap dapat beberapa bagian dari perusahaan ini.

"kau sudah menangkap mereka ?" tanyanya

"pagi ini, di kantornya."

Ji soo memaksakan seulas senyum di bibirnya "terima kasih banyak untuk beritamu"

"sama-sama. Terima kasih juga sudah membantu penyelidikan kami." Kibum menjabat ringan tangan Jisoo kemudian ia bangkit dan pamit pulang

"tidak mau disini lebih lama lagi ?"

"ahaha, tidak. Aku tidak mau menimbulkan masalah dengan suamimu" ledeknya

"eish kau ini, suamiku jauh lebih tampan darimu."

Kibum tertawa kecil sembari berjalan menuju depan rumah bersama Ji soo kemudian masuk ke dalam mobilnya dan bersiap pulang.

"kemana si kembar ?" tanyanya

"mereka pergi menengok makam temannya. Minwoo"

Kibum mengangguk mengerti kemudian melambaikan tangannya pada Ji Soo dan meninggalkan rumah itu.

.END~~

It's last chapterrr \>o</
Maaf last chapternya gajeeee ㅠoㅠ
Tapi, makasih banyaaakkk loohhh buat yang udah baca, vote sama komen ff ini >o< uchagi terharu *sob
Jgn kapok2 baca sama voment ff uchagiii yaaaaaa :D

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro