Part.38 - Kunang-kunang
WINDY DAY
SENIN, 17/02/2020
KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK DALAM SEGALA HAL YANG POSITIF, TENTUNYA... TERUS BERKARYA BAGI KALIAN YANG JUGA MENULIS.
TERUS BERI APRESIASI PADA PENULIS BAGI KALIAN YANG GEMAR MEMBACA.
MARI KITA SALING MENGHARGAI
BUDAYAKAN READ, VOTE AND COMMENT
Sebelum mulai membaca, mari kita lihat video soundtrack 'Windy Day' di bawah ini
Sejeong duduk di sebelah Doyoung lalu mengedikan kepala ke arah Sehun yang juga ikut duduk di sisi lain bangku panjang, "Aku mengajaknya, dia bilang sangat ingin melihat kunang-kunang,"
"Kau belum pernah memperlihatkan keahlianmu memanggil hewan bercahaya itu!" sahut Sehun seakan kilatan cemburu muncul ketika mengetahui Doyoung pernah mengajak Sejeong untuk melihat kunang-kunang.
Mungkin bertiga lebih baik, Doyoung tidak ingin merusak persahabatanya dengan Sehun. Rasa sukanya pada Sejeong juga semakin berkurang, ia tahu betul mereka saling menyukai. Mendukung hubungan mereka adalah pilihan terbaik, dan secara tidak langsung itu menjadi salah satu alasan untuknya berkuliah di luar negeri.
"Baiklah aku akan memperlihatkannya pada kalian, tapi sebelum itu kalian harus memejamkan mata terlebih dulu, kalian boleh membuka mata ketika aku bilang terang." jelas Doyoung, jujur ini baru pertama kalinya dia melihat kunang-kunang dengan orang lain.
Tanpa banyak tanya Sehun dan Sejeong menuruti perkataannya, dan ia pun memastikan apa kedua temannya itu telah menutup mata. Dengan menoleh ke kanan lalu ke kiri, setelah merasa yakin Doyoung juga ikut memejamkan mata mencoba fokus dengan pikirannya. Tak ingin semuanya gagal dan kemudian menjadi bahan ledekan Sehun.
"Terang!" kata Doyoung begitu yakin.
Tak ada perubahan, suasananya sama seperti pertama kali Sehun dan Sejeong datang. Doyoung segera mendapat tatapan keraguan, dia juga tidak tahu akan jadi seperti ini. Maka ia menyuruh keduanya untuk kembali menutup mata, berbeda dari sebelumnya kini Doyoung membuka mata lebar-lebar. Dipegangnya dahi dengan satu jari telunjuk, konsentrasi penuh terpusat pada lampu jalan di sekitarnya. Lampu-lampu mati dalam jarak lima meter dari tempatnya terduduk, berhasil.
Sekali lagi dia mengatakan, "Terang!" sembari mengangkat jari telunjuknya menunjuk ke atas.
Satu kunang-kunang terbang di depan mereka, lama kelamaan makin banyak. Sejeong dibuat ternganga, belum pernah ia melihat kunang-kunang sebanyak ini. Lain hal-nya dengan Sehun yang mencoba menangkap binatang itu untuk memastikan apakah mereka benar nyata.
"Dia asli, bagaimana bisa kau memanggilnya?" penasaran Sehun melepaskan satu hewan bercahaya itu dari tangannya.
"Ini sangat indah." Sejeong berdiri memutar pandangannya, terdapat banyak cahaya dari hewan kecil itu.
Senyum kebanggaan Doyoung terlihat, dia menyuruh agar temannya duduk lalu tangannya merangkul kedua bahu mereka.
"Ini tidak mudah, aku harus berlatih selama dua bulan untuk melakukannya," ucap Doyoung menatap bergantian Sehun dan Sejeong di setiap sisinya.
"Latihan seperti apa yang kau lakukan?" Sehun ingin mengetahuinya, siapa tahu dia juga bisa memanggil hewan itu untuk menyenangkan Sejeong.
"Itu," Doyoung menjeda ucapannya, terdengar seperti misteri namun tetap menggugah rasa ingin tahu, "Rahasia." tambahnya menghempaskan semua keingintahuan.
Sehun dan Sejeong bersamaan melepas tangan Doyoung dari bahu, sembari mendesis. Meski begitu malam ini tetap menjadi malam yang indah untuk mereka bertiga, kelak persahabatannya akan semakin erat. Berbincang membicarakan sesuatu yang konyol, membuat tertawa dan saling membagi kebahagiaan.
Doyoung berterima kasih karena telah dipertemukan teman-teman yang baik. Ia tahu cinta pertama terkadang tak menjadi kenyataan, tapi itu tidak berlaku untuk Sehun dan Sejeong. Buktinya mereka menjadi sepasang kekasih sekarang. Doyoung berharap mereka akan selalu bahagia.
Aku akan mencari kebahagiaanku yang lain. Senang Doyoung melihat pasangan di depan sana sibuk menangkap kunang-kunang.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Satu tahun berlalu, banyak kejadian yang telah dilewati dan Sejeong juga mendapatkan pelajaran dari semua itu. Dia memiliki teman baru di kampus, meski begitu kedekatannya dengan teman semasa SMA masih berlanjut. Ada Sehun dan Yebin yang juga menjadi mahasiswa di universitas yang sama dengannya. Mereka berada di kelas yang sama dan bahkan pernah satu kelompok.
"Hari ini dosen membatalkan kelasnya, dia sedang sakit." ada nada kecewa dari ucapannya, Yebin menjadi mahasiswa yang paling rajin di antara kedua temannya.
"Itu bagus, kita bisa jalan-jalan!" senang Sehun.
"Beberapa hari ini kita disibukan dengan tugas, bukankah kita butuh refreshing!" sahut Sejeong, dia setuju dengan berjalan-jalan dan menghabiskan waktu di tempat ramai.
"Tidak, tidak, jangan terlalu ramai," tolak Sehun, ia lebih menginginkan tempat yang tenang.
"Kalau begitu bagaimana dengan Yeouido Park, di sana ada berbagai tanaman asli korea atau kau mau melihat bunga sakura?" tawar Sejeong antusias.
Hanya Yebin yang tak memberi rekomendasi, dia tidak berniat menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan. "Sebaiknya kalian saja yang pergi, aku akan belajar saja di perpustakaan."
"Wuuu, sudah diduga Yebin kita ini tak bisa menyia-yiakan waktu belajarnya." Celetuk Sehun.
Mereka pun berpisah, Sehun dan Sejeong akan pergi ke Yeouido Park sementara Yebin menuju perpustakaan. Sebelum pergi Yebin berbicara agar temannya itu menikmati waktu bersama dan jangan mengkhawatirkannya. Tapi tak ada dari salah satu temannya yang merasa khawatir, lagi pula apa yang harus dikhawatirkan, mengingat Yebin sudah besar.
Sehun menyuruh agar Sejeong lebih cepat, ia mengulurkan tangan dan seperti biasa gadis itu menerimanya dengan senang hati. Mereka berpegangan tangan sepanjang perjalanan, beberapa mahasiswa melihat iri pada pasangan yang cukup populer di kampus. Sulit untuk masuk Hanyang Universitas, tapi pasangan itu diterima.
Pasangan yang serasi, puji mereka walau sempat meragukan kecerdasan Sehun yang adalah pelajar SMA terlama yang membutuhkan waktu lebih untuk lulus.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Perpustakaan cukup ramai pengunjung, mereka para mahasiswa yang berpikir bahwa belajar itu adalah segalanya, terlihat fokus dengan buku yang dibaca. Yebin tak bisa fokus sama sekali, ia merasa haus dan meninggalkan mejanya sebentar untuk membeli minum. Ketika ia kembali ada yang berbeda dengan bukunya, sebuah post it berwarna kuning dengan tulisan tertempel di salah satu buku yang sedang dipelajarinya.
Yebin mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mengambil post it dan bertanya pada diri sendiri, "Apa ini untukku?"
'Apa kau punya waktu hari ini? Kalau iya, ayo kita pergi berkencan,'
Setelah membaca pesan tersebut, Yebin berdecak ia sedang tidak dalam mood bercanda. Lagi pula dia juga sudah memiliki kekasih, maka ia memilih untuk mengabaikannya. Duduk kembali dan mulai fokus pada bukunya, tapi ia tidak bisa. Kira-kira siapa yang menulis pesan padanya. Saat itu juga ia kembali melihat sekitarnya, dia baru tersadar kalau ada mahasiswa lain yang duduk tepat di depannya.
Apa dia orangnya? Pria itu menutupi wajahnya dengan buku, sepertinya dia sedang membaca. Tapi dilihat dari buku yang dipegangnya itu,
"Itu bukuku?" heran Yebin.
"Ini memang punyamu," jawab laki-laki itu menurunkan buku.
"Chanyeol Oppa!" kaget Yebin segera menunduk meminta maaf karena suaranya mungkin mengganggu pengunjung perpustakaan yang lain. "Kenapa kemari?" lanjutnya dengan suara pelan.
Chanyeol ikut berbisik, "Ayo kita pergi berkencan, Sehun bilang kau sedang tidak ada kelas dan malah belajar di perpustakaan."
Mata Yebin beralih pada post it, "Jadi kau yang menulis ini." ujarnya menunjuk kertas kuning itu.
"Hmm, jadi ayo keluar dari sini." ajak Chanyeol masih dengan suara pelannya.
Tangan Yebin sibuk merapihkan buku, ia melihat Chanyeol berniat meminta bantuan instannya saja. Mereka saling tersenyum ringan, melihat sekeliling tak ada seorang pun yang memperhatikan dan ini waktu yang tepat untuk mengembalikan buku ke raknya tanpa repot-repot berjalan. Semua buku kembali ke tempatnya dengan kemampuan mengendalikan pikiran Chanyeol.
Yebin nyaris bersorak senang, jika saja ia tak sadar dengan tempatnya berada. Sudah sering sekali gadis itu memanfaatkan kemampuan telekinesis yang dimiliki kekasihnya, menurutnya itu sangat luar biasa.
Mereka segera berlari kecil menuju pintu keluar. Ini bukan kencan pertama mereka, tapi tetap saja merasa senang akan melakukannya lagi. Hubungan mereka berjalan lancar, Chanyeol hadir di hari kelulusan Yebin, dia memberinya sebuket bunga. Dia bilang akan menemuinya lagi setelah diterima sebagai mahasiswa, disela-sela bunga yang dibawanya terdapat sebuah tulisan di secarik kertas merah jambu.
'Aku akan menunggumu.'
Saat itu Yebin tersipu malu sekaligus merasa senang.
Sehun juga berperan penting dalam perkembangan hubungan mereka, untuk itu Yebin berterima kasih pada temannya itu karena memberitahukan keberadaannya sekarang. Sehingga dia tidak harus berlama-lama di perpustakaan seorang diri, menolak pergi bersama Sehun dan Yebin karena tak ingin mengganggu kencan mereka dan tak disangka dia juga akan berjalan-jalan dengan kekasihnya.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Taeyong mengejar Yeonjoo, seperti yang mereka inginkan untuk bersekolah di universitas yang sama dan itu telah menjadi kenyataan. Mereka memilih Sogang Universitas, dan berada di kelas yang sama juga. Yang membuat Yeonjoo marah sekarang adalah kakaknya itu selalu menuruti permintaan seniornya. Kali ini masalahnya adalah Taeyong memberikan catatan milik Yeonjoo pada Kim Suho.
"Lagi-lagi Oppa begitu! Kenapa harus catatanku, kau-kan juga punya!" kesal Yeonjoo bersungut-sungut tak memelankan langkahnya sama sekali.
"Catatanmu lebih baik dariku, jadi,-"
"Aku tidak mau tahu, pokoknya sekarang juga kau harus mengambilnya dari Suho Sunbae (Senior)," sela Yeonjoo tak mau mendengarkan penjelasan apa pun.
"Iya aku akan mengambilnya, tapi kau harus ikut denganku," pinta Taeyong.
"Dulu kau menakuti murid lain, sekarang kau malah ketakutan pada seniormu?!" pekik Yeonjoo berbalik, menghentikan langkah Taeyong juga, "Rupanya kau juga terkena karma, aaakh akan aku beri pelajaran dia!" teriaknya kembali berjalan ke arah berlawanan.
"Tidak mungkinkan kau akan menggunakan apimu?" khawatir Taeyong mengikuti Yeonjoo.
"Hmm, sudah lama aku tidak melakukannya!" angguk Yeonjoo semakin membuat Taeyong cemas.
Walaupun tak ingin melihat adiknya itu menggunakan kemampuannya lagi, tapi ia juga tidak bisa melarangnya. Di sisi lain ia ingin memberi pelajaran pada seniornya yang selalu menyuruhnya untuk mengerjakan tugasnya, meminjam laptop dan catatan. Saat satu kelompok pun dia melimpahkan semua tugasnya pada anggota lain dan hanya membuat nilai kecil dalam kelompok. Taeyong tersenyum girang menghapus kekhawatirannya...
"Rasakan kau Kim Suho." kata Taeyong mengekor di belakang Yeonjoo.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Mereka sudah menjadi anak kampus, dan hubungan Sehun-Sejeong berlanjut dengan manis.
Hanya tinggal menyisakan 1 episode saja, nantikan ending-nya ya 😀
NEXT EPISODE TERAKHIR DI VOTE-50
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro