Part.33 - Kepanasan
WINDY DAY
Saturday, 11/01/2020
Butiran-butiran putih lembut bak kapas itu berjatuhan, membuat undakan-undakan di seluruh jalanan yang hampir tertutupi salju. Anehnya gadis benama Lee Yeonjoo tidak merasa dingin meski berada di atap sekolah. Di saat seperti ini dia berhasil mengendalikan kemampuan pyrokinesisnya.
Dia mampu menghangatkan tubuh sembari menerawang jauh ke bawah sana. Satu tangannya memegang kertas selembaran, hasil ulangan semester yang telah membuatnya kecewa.
“Bodoh…” satu kata lolos dari bibir mungil Yeonjoo, “Pembohong besar, mengerikan!”
Sepanjang koridor cibiran terlontar, memasuki indera pendengar Yeonjoo. Seketika otaknya bekerja keras, menapik segala tudingan buruk akan kesalahannya. Padahal sebelumnya ia dan Sejeong telah sepakat untuk tetap merahasiakan perihal pyrokinesis.
“Kau telah berbaik hati memaafkanku, tetapi aku malah berada di sini dan berpikir akan mengakhirinya saja.” kata Yeonjoo dengan mata berkaca-kaca, ia memalingkan wajah dari memperhatikan kerumunan yang berpencar di bawah sana.
Taeyong dan Jaehyun tampak digiring oleh Guru Lee. Mungkin mereka akan diberi peringatan atau petuah di ruang konseling. Sekali lagi Yeonjoo tersenyum miris, semua yang menimpa orang-orang terdekatnya adalah karenanya.
Tubuhnya mulai merasakan panas, ia lalu menyentuh tumpukan salju di pagar pembatas menggunakan ujung jari telunjuknya.
“Meleleh…” ujar Yeonjoo mendadak panik, “Ini tidak bisa dibiarkan.” lanjutnya hendak berbalik mencari sesuatu yang dapat menurunkan suhu tubuhnya.
Yeonjoo kepanasan selagi rasa takut menguap. Sungguh ia sudah menapik semua pemikiran buruk untuk mengakhiri hidupnya. Tidak ingin menghindar lagi, kali ini dia pastikan akan menghadapinya, melawan pryokinesis dan mampu hidup berdampingan dengan kemampuannya.
“LEE YEONJOO!”
Sebuah seruan dibarengi guyuran air seketika membasahi tubuh bergeming Yeonjoo, gadis itu tertohok di tempatnya. Tidak lagi merasa kepanasan… ia menangis ketika dilihatnya lima orang yang datang terburu ke atap serempak memusatkan pandangan pada Yeonjoo, merasa lega karena temannya terlihat baik-baik saja selain basah kuyup akibat air yang diguyurkan Sejeong.
Mendengar keberadaan Yeonjoo dari Yebin melalui panggilan singkat di ponsel genggamnya. Sejeong dan Sehun segera saja berlari menuju atap. Bergegas mundur saat melewati toilet, satu cara terpikirkan oleh Sejeong dalam penanggulangannya terhadap kemungkinan buruk yang mungkin terjadi pada peningkatan suhu tubuh Yeonjoo yang terpengaruh kemampuan pyrokinesisnya.
Sehingga Sejeong membawa seember penuh air untuk berjaga-jaga. Semoga saja kekhawatiran Yebin mengenai menghanguskan diri itu salah besar.
“Kata siapa kau bisa mengakhiri masa perbudakan secara sepihak!” sungut Sejeong dengan napas memburu akibat menaiki tangga dengan terburu-buru, ia lalu melemparkan ember dan meneruskan, “INGAT! Kau masih pesuruhku!”
Kendatipun Yeonjoo ingin mengakhirinya, ia tetap tidak bisa melakukannya. “Maafkan aku telah membuat kalian khawatir.” kata Yeonjoo, tangisnya pecah.
“Kau jangan begitu lagi!” sahut Yebin beringsut mendekati Yeonjoo, “Sudah, sudah, tidak apa-apa, aku ada bersamamu.” Ia memeluk Yeonjoo mencoba menenangkan gadis itu yang semakin tersedu sedan.
Tubuh yang awalnya tidak dapat merasakan dingin itu, kini menggigil. Yeonjoo tidak lagi kepanasan justru ia merasa hangat ketika dengan lembut Sejeong ikut memeluknya.
“Yeonjoo, aku minta maaf karena telah memberitahukan rahasiamu.” tutur Jiho dengan suara rendah.
“Jadi kau orangnya…”
Secara bersamaan Sehun dan Doyoung merentangkan tangan, menghadang pandangan Yeonjoo dari Jiho yang menciut ketakutan.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
“Tadi itu kau keren sekali.”
“Ada apa ini, kau memujiku, apa itu berarti kau sudah menerima perasaanku?” ujar Sejeong mampu menghentikan langkah kaki Sehun, ia kemudian menoleh memastikan ekspresi Sehun, “Kalau belum bisa menerimaku, tidak apa… tapi, kau jangan pernah memujiku lagi. Hatiku tidak baik saat kau mengatakannya.”
Sehun benar-benar terpesona, lebih dari melihat Sejeong yang berlari sepanjang koridor dengan menenteng seember air. Selain kuat, gadis itu juga memiliki hati yang lembut, mana berani Sehun melukai hatinya.
Setelah menyimpulkan ekspresi lawan bicaranya, Sejeong kembali melangkahkan kaki yang terkesan lemas, sejujurnya ia ingin mendengar bahwa Sehun juga menyukainya. Detik berikutnya, Sejeong terkejut sendiri merasakan lengannya diraih, sontak ia pun berbalik menunggu apa yang akan dikatakan Sehun.
“Kau ingin menonton film?” kata Sehun, tidak sejalan dengan yang diharapkan Sejeong, dia berharap lebih, akan ungkapan cinta berbalasnya.
Lain kali, mungkin ia dapat mendengar kalimat yang lebih dari untaian kata cinta.
“Baiklah, ayo kita pergi menonton.” tanpa peringatan jantung Sejeong berdetak lebih cepat tatkala tangannya digenggam.
Tanpa sadar, mata Sejeong sibuk memperhatikan gerak-gerik lelaki yang menariknya untuk berjalan lebih cepat, berbicara mengenai film apa yang akan mereka tonton. Di hari biasa pasti bioskop tidak begitu ramai sehingga tidak perlu mengantre tiket dan betapa antusiasnya Sehun ketika berbicara panjang lebar soal pengalaman menontonnya bersama Chanyeol yang dinilai membosankan.
Sebenarnya Sejeong tahu dari sorot mata dan ekspresi Sehun bahwa lelaki itu juga menyukainya. Hanya saja waktu belum sempat mengungkapkan perasaan tersebut. Tidak masalah, Sejeong paling hebat dalam hal menunggu, meski terasa melelahkan.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Seperti dugaan Sehun, bioskop lenggang bisa dibilang cukup sepi. Terhitung hanya ada 1 sampai 10 yang terlihat berlalu lalang ataupun duduk menunggu panayangan film yang akan mereka tonton. Bisakah Sejeong menyebut ini sebuah kencan? Ia sungguh ingin melakukan banyak hal bersama pasangannya kelak dan orang itu harus Oh Sehun.
“Aku lupa bertanya padamu, jadi aku beli popcorn manis dan asin.”
Kejadian sekarang ini persis seperti dalam drama yang pernah Sejeong tonton. Melihat kedatangan Sehun dengan tangan penuh, membawa 2 popcorn serta 2 minuman. Kencan atau bukan, Sejeong tidak memperdulikannya lagi, bukankah yang terpenting ia sedang bersama Sehun.
“Aku akan makan keduanya!” sahut Sejeong mengambil alih minuman dari tangan Sehun.
“Ayo filmnya akan segera dimulai.” Sehun tidak bisa menahan rasa senangnya, sampai-sampai ia tersenyum kecil nyaris tak terlihat.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
“Baik sekali, aku baik sekali…” kata Yebin mengelap meja, detik berikutnya ia menghela napas berat, “Sejeong harus membayar kembali pengorbananku, aku jadi lembur begini hanya untuk mendukung hubungannya dan si lelaki angin itu!”
“Lelaki angin?” Yebin menoleh ke sumber suara, matanya langsung saja berbinar melihat seseorang yang ditunggunya telah tiba.
Dia Chanyeol yang kembali berbicara, “Maksudmu Sehun…”
“Hmm, dia bisa mempengaruhi gerak angin, maka aku panggil begitu.” tukas Yebin sedikit memberi penjelasan.
Senyum terulas di bibir Chanyeol, baginya panggilan tersebut sangatlah konyol sekaligus menggemaskan. Dia jadi ingin tahu panggilan yang akan Yebin berikan padanya, jika tahu bahwa sebenarnya ia juga memiliki kemampuan pikiran.
Keinginan itu mendorong Chanyeol untuk mencondongkan tubuhnya pada Yebin, berbisik pelan di telinga gadis itu.
“Asal kau tahu, aku dapat menggerakan bahkan membuat benda melayang. Lalu kau akan beri aku julukan apa?”
Yebin mendorong pelan tubuh bosnya itu, Jangan sampai detak jantungnya terdengar. “Sajang-nim, leluconmu tidak lucu.” ujar Yebin bergegas menumpuk piring, merapihkan meja sampai sesuatu yang menarik perhatiannya berhasil membuat mulutnya ternganga.
“Aku serius, kau bisa lihat sendiri buktinya.” kata Chanyeol tersenyum gemas, melihat ekpresi takjub Yebin.
Vas bunga melayang setinggi 20 cm dari meja. Yebin semakin dibuat terpesona pada sosok lelaki di sampingnya. “Keren sekali!” pujinya sembari bertepuk tangan.
“Park Sajang kau sudah datang!”
Seketika itu juga vas berbahan kaca terjatuh, pecah dan airnya membasahi meja dengan bunga terkulai menyedihkan.
“Sttt… ini rahasia.” Chanyeol menaruh jari telunjuk di depan bibirnya.
Yebin mengangguk paham selagi sang manager berjalan cepat menghampiri, “Baek Yebin kalau kerja yang benar! Cepat minta maaf pada Park Sajang!”
“Tapi bukan aku…” Yebin menjeda pembelaan dirinya yang seharusnya tidak diucapkan, bukankah ini rahasia, “Jweoseonghamnida (Aku mohon maaf).” terpaksa Yebin harus mengakui kesalahan Chanyeol.
Saling bertukar pandangan dan berbagi rahasia itu, sudah termasuk kemajuan bagi hubungan Yebin dan Chanyeol. Tentu saja Yebin senang, berpikir menggantikan Sejeong yang tidak bisa datang bekerja adalah keputusan yang baik.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Dengan sedikit berlari, Sehun mendekati Sejeong yang sedang menggerutu, mengomentarinya.
“Mana bisa kau marah hanya karena karakter tokoh antagonis dalam film,” keluh Sejeong menghentakkan langkahnya ketika menuruni tangga, keluar dari gedung bioskop dengan jengkel.
“Seharusnya kau menghentikan anginnya,” Sehun tidak mau jadi satu-satunya yang disalahkan, terlebih ada obat penenang di sebelahnya.
“Kau menyalahkanku?!” seru Sejeong tak terima, mendadak ia terbata, “M, me, melukmu begitu… Tidak mau!”
Mata Sehun menyipit, “Kim Sejeong, apa yang kau pikirkan,”
Sejeong berdehem, mengedarkan pandangan asal. Sementara itu Sehun menikmati kegugupan yang melanda Sejeong, ia tahu betul wanita itu tengah salah tingkah, semakin membuatnya ingin memperhatikan Sejeong lebih lama lagi. Selanjutnya ia menghadapkan tubuh Sejeong ke arahnya, seketika tubuh Sejeong membeku.
“Aku beritahu ya, ada banyak cara untukmu membantuku meredakan emosi berlebih, seperti mengusap bahu atau kepalaku, memegang tanganku dan terakhir yang paling besar pengaruhnya adalah memelukku.” jelas Sehun setelah menganalisis setiap kontak fisiknya dengan Sejeong di waktu-waktu tertentu, ketika dia menunjukan rasa marah melalui kemampuan aerokinesisnya.
“Kau mengerti…” tambah Sehun mencubit hidung Sejeong gemas.
Selanjutnya pria tambun dan wanita yang digandengnya tak sengaja menyenggol bahu Sehun, cukup untuk membuat Sehun terhuyung.
“Shhh, kau tidak lihat ada orang disini!” tegur Sehun, seperkian detik kemudian ia kaget melihat betapa besar dan tingginya orang yang telah menyenggolnya, pantas saja bahunya sakit.
“Siapa yang menyuruhmu berdiri di tengah jalan!” si pria tambun balas menegur.
Sejeong menghela napas. “Sehun marah lagi,” ia harus melakukan sesuatu sebelum berlanjut keperseteruan yang lebih serius.
Sejeong maju selangkah menempelkan telapak tangan ke kening Sehun sembari tersenyum simpul. “Begini juga bisa membantumu, kan.” Sehun manggut-manggut, ikut mengembangkan senyum lebarnya.
Setelahnya Sejeong mengusak rambut Sehun, lagi-lagi hatinya berdesir.
“Apa-apaan mereka, chagi kita pergi saja.” pasangan yang lebih dewasa dari Sehun dan Sejeong itu berlalu, mengatakan bahwa anak muda zaman sekarang memang tidak sopan.
Jika terus seperti ini, Sehun benar-benar tidak bisa menahan perasaannya lagi. “Sejeong-ah, sebenarnya aku…” kata Sehun diberi tanggapan ‘hmm’ dari lawan bicaranya yang sedang merapihkan rambut yang menutupi sebagian dahi Sehun, sebagai titah agar lelaki itu melanjutkan perkataannya.
Entah kenapa lidah Sehun tiba-tiba menjadi kelu, “Kau mau jadi…”
“Sehun, Sejeong!” sebuah seruan memotong perkataan Sehun, otomatis Sejeong mendorong kepala Sehun, berhenti merapihkan rambut Sehun yang berantakan karena ulahnya.
Terlihat kakak beradik yang dikenal mereka menghampiri, “Kalian habis menonton ya, kita baru saja akan menonton.” tebak Yeonjoo tepat sasaran.
“Ayo cepat masuk, kita bisa tertinggal pemutaran filmnya.” ajak Taeyong enggan bersitatap dengan Sehun, ia menarik Yeonjoo agar bergegas.
“Kami pergi!” pamit Yeonjoo.
Sejeong melambaikan tangan, ia segera mengalihkan pandangan pada Sehun yang tampak mencibir, mengatai Taeyong. Sejeong terkekeh pelan, menurutnya tingkah Sehun sekarang ini sangat imut.
“Tadi kau mau bilang apa?” tanya Sejeong, pasti inilah harinya, dimana dia dapat mendengar pernyataan cinta.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro