Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part.32 - Kacau

WINDY DAY
Thursday, 26/12/2019


Pagi hari yang diawali keributan tepat ketika Sehun dan Sejeong memasuki gerbang sekolah. Dimana dengan wajah sangarnya, Taeyong berlari kencang mengejar satu siswa yang tergopoh-gopoh menghindari amukannya.

“Bukankah dia Lee Taeyong?!” ujar Sehun.

Seluruh murid yang baru datang segera berbondong-bondong mendekati Taeyong, yang berhasil menarik tas ransel lelaki bernama Jaehyun, meski begitu mereka tidak cukup berani untuk ikut campur dalam pertengkaran.

“Lakukan sesuatu…” kata Sejeong mendorong Sehun, “Kau harus merelai mereka!” tambahnya mulai khawatir karena adu jontos berlangsung sengit.

“Tidak mau, dia memang pantas mendapatkannya.” balas Sehun hendak melengos, mengacuhkan permintaan Sejeong, rupanya masih kesal perihal ledekan Taeyong sewaktu kelas gabungan.

“Besok dan seterusnya kau jangan menjemputku lagi, kita berangkat ke sekolah secara terpisah saja, lagi pula tidak ada hubungan apa pun di antara kita.”

Sialnya Sejeong selalu bertingkah semuanya, ia menjadi lebih berani untuk masuk dalam pertengkaran antar lelaki. Terpaksa Sehun menerobos kumpulan murid lain, mendorong Jaehyun hingga lepas dari cengkraman Taeyong dan segera memegangi Taeyong agar tidak menyerang Jaehyun lagi.

Suara pekikan dan bisik-bisik murid bersatu menghasilkan riuh rendah. Tak jauh dua sampai tiga guru berlari tergesa-gesa menghampiri.

“LEPASKAN AKU!” elak Taeyong memberontak, “Dia telah menyakiti Yeonjoo, biarkan aku menghabisinya!” lanjutnya dengan suara bergetar, kesedihan terpancar dari raut wajah tegasnya, ia menitikan air mata.

Tubuh Taeyong melemah, tidak mencoba lepas dari pegangan Sehun yang perlahan melonggar.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


Ribut-ribut tidak hanya terjadi di gerbang sekolah. Koridor sekolah pun dipenuhi para murid yang sibuk bergunjing. Yebin dan Doyoung berlarian dari satu kelas ke kelas lain, siapa tahu bisa menemukan sosok Yeonjoo yang tadi pergi dengan membawa kemarahannya sekaligus air muka mengeras, tampak pucat pasi.

Pihak sekolah memanggilnya untuk menghadap komite perihal pengeluarannya dari sekolah. Rumor mengenai pemilik pyrokinesis asli mencuat semenjak pagi tadi. Terpasang secarik kertas berisi pemberitahuan di mading yang tersebar di tiap sudut sekolah, bahwa Lee Yeonjoo selama ini melimpahkan kesalahannya pada Kim Sejeong, penindasan di sekolah juga dimulai oleh Yeonjoo.

Sekolah dibuat gempar akan kebenaran yang terkuak. Taeyong mengamuk sana-sini menanyakan siapa pelaku yang telah menempelkan selembaran poster mengenai adiknya. Bergegas menemui Jaehyun, terduga penempel poster yang terlihat datang lebih awal, dengan membawa sebuah perekat yang nyaris habis.

Bola mata Sejeong bergulir, ia mendapati Doyoung dan Yebin, langkah cerobohnya menjadi perhatian Sehun yang takut bila wanita itu terjatuh.

“Dimana Yeonjoo?” tanya Sejeong masih dengan napas memburu, ia melihat Yebin dan Doyoung secara bergantian.

“Tidak tahu,” geleng Yebin hampir menangis ketika menambahkan dengan cemas, “Bagaimana kalau dia melakukan sesuatu yang berbahaya, aku dengar pyrokinetic (Orang yang dapat menggunakan pyrokinesis) dapat melakukan penghangusan tubuh secara spontan!”

SHC (Spontaneous Human Combustion) sering berakibat fatal karena panas yang terjadi mampu mengubah tubuh menjadi setumpuk abu. Kecemasan itu menjalar, berubah menjadi ketakutan akan sebuah kemungkinan terburuk.

Sehun mengerti, dia tahu betul betapa sulitnya mengendalikan kemampuan yang sewaktu-waktu dapat membahayakan tubuh si pemiliknya. Salah satu alasan ia tinggal kelas, karena baginya mempelajari pengetahuan kekuatan pikiran adalah tujuannya agar hidup lebih baik berdampingan dengan kemampuan aerokinesisnya. Mungkin begitu pula Yeonjoo yang berusaha menyesuaikan diri dengan pyrokinesis.

“Aku paham apa yang dia rasakan.” ujar Doyoung.

Kesulitan bersahabat dengan kemampuannya pun sempat Doyoung rasakan. Lunarkinesisnya terkadang menjadi berbahaya ketika terjadi peningkatan hawa energi di dalam dan di luar tubuh, menyebabkan kekuatan yang lebih tinggi menjadi elektrokinesis, ia pernah tersengat listrik namun tidak sampai ingin mempelajari cara mengendalikan listrik apalagi petir.

Sejeong bergidik, “Yebin jangan asal bicara, aku yakin Yeonjoo tidak akan menghanguskan diri, tidak, tidak, aku tidak akan membiarkannya.”

Penyangkalan demi penyangkalan terus berlanjut saat mereka berpencar mencari Yeonjoo di seluruh penjuru sekolah.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

“Kim Sejeong, sekarang kau bisa belajar dengan tenang di sekolah.”

Entah mengapa, Sejeong tidak menyukai perkataan Jiho. Dia memang sempat berpikir untuk pindah sekolah, akan lebih baik jika tidak berdekatan dengan Yeonjoo di satu tempat yang sama.

“Aku tidak percaya bagaimana bisa Yeonjoo sekejam itu padamu,” kata Jiho yang memang sepenuhnya benar.

Selama ini Yeonjoo telah banyak mengerjainya, mengganggunya dan bertingkah memuakkan. Tetapi ada perasaan sakit di sudut hatinya yang terkecil, sungguh ia tidak suka orang lain mengatai Yeonjoo kejam, cukup dia saja yang memaki dan menghina Yeonjoo.

Kesulitan yang dialami Yeonjoo bertahun-tahun lamanya telah masuk dalam pikiran Sejeong. “Kau pelakunya, kan?!” sehingga muncul rasa ingin membela Yeonjoo dari segala kesalahan yang pernah Yeonjoo perbuat padanya.

“Apa maksudmu,” balas Jiho mendengus.

Yeonjoo telah menyesal, memohon agar dimaafkan dan berusaha menjadi lebih baik demi menghilangkan iri dengki, rasa benci hingga belajar mencintai diri sendiri. Ternyata ketiga perasaan itu dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti Jiho yang selalu bersembunyi di balik sikap acuhnya.

Geure (Benar), aku mengetahui semuanya… hubungan tanpa statusmu bersama Sehun dan kau yang dengan baiknya memaafkan Yeonjoo, menarik sekali di sekolah kita kedapatan tiga murid pemilik kemampuan pikiran.” papar Jiho maju selangkah, menyudutkan lawan bicaranya, “Haruskah aku beritahu identitas pemilik kemampuan lainnya?”

“Jangan memperkeruh keadaan jika kau tidak bisa menanganinya.” kata Sejeong balik menatap mata Jiho, geram, ia belum pernah semarah ini.

Setelah ini, bisakah hari-hari di akhir masa sekolah berjalan damai seperti yang direncanakan Sejeong bersama teman-temannya. Seperkian detik berikutnya, ia merasa seseorang menarik tubuhnya, membawanya dalam dekapan hangat yang menenangkan, memutus kontak matanya dengan Jiho.

Sejeong menghirup wangi bunga lavender dari seseorang yang selalu memenuhi pikirannya.

“Tenanglah, tidak masalah jika seluruh dunia mengetahui kemampuanku asalkan kau tetap bersamaku.” kata Sehun, kali ini gilirannya untuk meredam kemarahan dalam hati Sejeong.

Jiho mendenguskan tawanya, “Apa disini aku yang menjadi orang jahat.” Ia tidak perlu berlama-lama melihat kedekatan Sehun dan Sejeong.

Melangkah cepat–cepat menjauhi keduanya, Jiho menghela napas panjang. Sejujurnya dia juga ingin sekolahnya tetap tenang, ada perasaan tidak enak setelah melakukan sesuatu yang dianggapnya masalah sepele. Namun setelah melihat Sejeong dan Yebin, ia mulai takut telah membuat kesalahan besar.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

“Ketua kelas, kau melihat Yeonjoo?!”

“Sial,” rutuk Jiho malah dihadapkan dengan Yebin, “Haruskah kau menanyakan keberadaannya padaku!”

Doyoung menunjukan wajah menyelidiknya, apa mungkin laki-laki itu juga mengetahui bahwa Jiho-lah yang telah menempelkan selembaran poster di mading.

“Baiklah, tadi aku melihatnya menuju atap sekolah.” pada akhirnya Jiho menyerah, terserahlah pihak sekolah akan mengambil keputusan seperti apa.

Toh, dia hanya memberitahukan kebenaran mengenai siapa sebenarnya pemilik kemampuan pyrokinesis. Apa dia sebersalah itu?

Doyoung dan Yebin bergegas naik ke lantai 3. Detik berikutnya Jiho menghela kasar, merutuki diri sendiri yang baru tersadar akan tempat yang dituju Yeonjoo.

Atap. Apa yang akan Yeonjoo lakikan di atas sana, setelah semua orang tahu mengenai kebohongannya.

“Dia tidak mungkin bunuh diri, kan?” cemas Jiho segera memutar langkah, menyusul Doyoung dan Yebin yang sepertinya sudah sampai di lantai 4.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro