Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part.26 - Terlalu Baik

WINDY DAY
Wednesday, 10/12/2019


Chanyeol datang ke kafe One n’ Tulip, tentu saja Yebin senang. Saking senangnya ia mengambil alih untuk menyiapkan pesanan laki-laki yang sempat mengobrol dengannya beberapa hari lalu.

Tuan siapa namamu? Aku harap kita bisa lebih dekat’ tulisnya di post it yang ia tempel di meja yang ditempati Chanyeol. Ini pertama kalinya Chanyeol mendapatkan surat pesan dari selembar kertas kecil berwarna kuning, dia harus mengabadikannya, pikirnya mengantongi post it di saku jas-nya.

Yes, dia menyimpannya.” girang Yebin yang masih memperhatikan Chanyeol dari balik meja kerjanya.

Seorang pelanggan datang, dan dengan suara lantang Yebin menyapa, “Selamat siang!”

Pelanggan laki-laki yang terlihat sudah berkeluarga itu sempat tersentak dengan sapaan Yebin, dia ingin sisa makanannya dibungkus dan dengan sigap Yebin melayani.

Chanyeol terkekeh melihat karyawan yang baru saja memberinya pesan lewat post it, sepertinya wanita manis itu tertarik padanya? Kali ini dia harus mencoba membuka hati pada wanita lain. Toh, tak mungkin baginya bersama kembali dengan Seola.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


Sepanjang perjalanan di Yeouido, Sehun dan Yeonjoo sudah banyak berbicara dan saling mengenal satu sama lain. Sehun jujur tentang kemampuannya dalam mempengaruhi gerak angin, dia juga mengatakan alasan utama mendekati Yeonjoo karena obat penenang yang diyakininya dapat mengontrol emosinya.

“Aku bisa menenangkan emosimu? Bagaimana kau yakin tentang itu?” Yeonjoo ingin tahu apa dia juga memiliki obat penenang, sejujurnya dia juga mudah marah.

“Kau ingat ketika pertama kali aku bertemu denganmu, saat itu kakakmu Taeyong sedang meminta uang darimu lalu aku marah karena dia memukul kepalaku dan angin mulai muncul. Untuk menghentikanku kau berlari memelukku, usahamu berhasil. Anginnya hilang dan aku merasa lebih tenang,” jelas Sehun masih mengingat kejadian tersebut.

Satu yang diketahui Yeonjoo bahwa yang dibicarakan Sehun bukanlah dirinya, dia telah mengambil alih posisi Sejeong sebagai obat penenang Sehun. Lihatlah sekarang dia menjadi lebih serakah karena ingin memiliki Sehun, apa dia sudah sangat keterlaluan.

“Benarkah, aku tidak ingat!” ucap Yeonjoo seolah menyesal, “Sebenarnya aku dan Taeyong bukan saudara kandung, ayahnya mengangkatku sebagai anak setelah orang tuaku meninggal.”

“Aku mengerti sekarang kenapa Taeyong bersikap semena-mena padamu, haruskah aku memukulnya untukmu?” canda Sehun terdengar sangat akrab.

Perasaan bersalah muncul begitu saja, Yeonjoo tak mampu memberitahukan lebih banyak kebenaran lagi. Gadis itu takut akan kehilangan Sehun, jika nantinya laki-laki itu berbalik tak menyukainya. Sebentar saja, bisakah dia merasakan ketulusan dari seseorang padanya.

“Tidak, jangan! Taeyong tidak seburuk yang kau kira, kami sudah lama tinggal bersama, aku tidak mau dia semakin membenciku.” kata Yeonjoo, tangannya meraih tangan Sehun, menggenggamnya dengan ceria.

Sampai di depan rumah Yeonjoo, mereka masih berpegangan tangan.

“Jadi mulai hari ini aku adalah kekasihmu, kan?” tanya Yeonjoo enggan melepas tangan Sehun.

“Jika itu maumu,” tukas Sehun mengerling.

“Memangnya kau tidak mau, jika tidak ya sudah,” rajuk Yeonjoo berpura marah.

“Sudah apanya, cepat masuk!” titah Sehun sedikitnya mengalihkan pembicaraan, dia sendiri masih belum tahu dengan perasaannya.

Namun yang dipikirkan Yeonjoo sekarang adalah, tidak apa-apa jika hanya dia yang menganggap Sehun sebagai kekasih. Sebenarnya dia sendiri tidak tahu apakah harus berbuat sejauh ini, menyalahkan Sejeong dengan apa yang telah diperbuatnya. Itulah yang selalu ia yakini, semuanya karena Sejeong yang terlalu baik dalam segala hal.

Gerbang kayu itu dibuka oleh Yeonjoo, dia sendiri tidak terlihat senang setelah percakapannya dengan Sehun. Memutuskan untuk berpacaran seperti ini, sangatlah aneh. Taeyong tahu tentang itu, dia tidak sengaja mendengarnya dan sekarang sedang berdiri di depan Yeonjoo menatapnya kecewa. Yeonjoo mendengus.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


Bukannya ke taman hiburan Seola malah mengajak Sejeong ke rumahnya. Beralasan ada yang ingin diperlihatkannya pada Sejeong. Dengan senang hati Sejeong memasuki rumah dan duduk ketika dipersilahkan duduk oleh tuan rumah. Seola mengambilkan minum, ia mencampurkan sesuatu di dalam gelas tersebut sebelum membawanya pada Sejeong.

“Minumlah,” ujar Seola.

Tanpa menaruh rasa curiga Sejeong meminumnya hingga menyisakan setengah gelas. Dia melihat-lihat sekeliling dan begitu menyukai interior rumah sederhana yang ditinggali Seola, dia bilang berada di dalamnya sangat nyaman.

“Apa kau ingin melihat kamarku? Mungkin setelah melihatnya kau akan merasa tidak nyaman berlama-lama di sini.” tawar Seola mengantar Sejeong ke kamar yang dimaksudnya.

“Waaah banyak poto yang kau tempel,” awalnya Sejeong masih bersikap biasa, sampai pandangannya menemukan potret dirinya bersama Sehun, ia merasa heran, “Kapan kau mengambil poto ku yang ini?” tanyanya sambil menunjuk poto.

“Saat kau terkunci di gudang dan Sehun yang menolongmu,”

Sebentar lagi obat biusnya bereaksi, Sejeong mulai merasa pusing. “Bagaimana bisa kau mengetahuinya?” ini benar-benar aneh, seseorang yang baru dikenalnya dua minggu lalu mengetahui tentangnya dan Sehun. “Sebenarnya siapa kau?”

Namun sebelum Sejeong mendengar jawaban dari Seola, penglihatannya memburam dan setelah itu dia kehilangan kesadarannya. Terakhir yang dilihatnya adalah senyum Seola yang tak ramah.

“Itu akibatnya jika kau mengikuti orang yang baru kau kenal,”

Mobil Seola melaju di antara kendaraan lainnya, di bangku belakang Sejeong tertidur. Balas dendam yang sudah lama direncanakan Seola akan berlangsung di gedung bekas apartemen yang dulu ia tinggali bersama ayahnya sebelum terjadi kebakaran.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


Sudah lewat dari jam 8 malam namun orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Mungkinkah gadis itu lupa dengan janji mereka? Doyoung mulai cemas, ia mencoba menelepon dan terhubung tapi pemilik ponsel tak mengangkatnya. Lalu ketika ia mencoba menghubungi lagi ponsel Sejeong sudah tidak aktif.

“Dia benar-benar lupa dengan janjinya? Aku jadi ingin tahu apa yang sedang dilakukannya sekarang?” ujar Doyoung menghela, “Dia bahkan mematikan ponselnya, aku mulai kesal sekarang! Sebenarnya membatalkan janji lewat SMS juga tidak apa-apa,” pekiknya terus menggerutu.

Tiba-tiba Doyoung berdiri dari duduknya, “Apa aku ke rumahnya saja, setelah jalan-jalannya ke taman hiburan mungkin dia kelelahan lalu ketiduran!”

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


Setelah mengantarkan Yeonjoo, Sehun memilih pergi ke kafe One n’ Tulip ia berpikir bisa bertemu dengan Sejeong disana. Semenjak kejadian di kantin mereka tak banyak bicara dan itu membuat Sehun terus memikirkannya. Tapi ia hanya melihat Yebin dan gadis itu bilang Sejeong hari ini tidak bekerja, dia bilang akan pergi ke taman hiburan.

“Dengan siapa dia kesana?”

“Mana aku tahu!” jawab Yebin mengedikan bahu.

Chanyeol datang ke kafe, dia menyapa Sehun ketika melihat sepupunya itu sedang menghabiskan makan malamnya. Senyum Yebin seketika mengembang tenaganya yang sempat berkurang itu kembalii bertambah. Kesempatan ini diambil Yebin untuk mengantarkan pesanan Chanyeol, dia berharap laki-laki itu membalas pesannya.

Dan benar saja ia mendapatkannya, Chanyeol tersenyum padanya setelah menempelkan post it di nampan. Lalu bergegas pergi dengan wajah merah merona,

Sehun yang melihatnya tak tahan untuk bertanya, “Apa yang kau berikan padanya?”

“Sebuah pesan,” sahut Chanyeol memulai acara makannya.

Masih belum puas dengan jawaban Chanyeol, Sehun berniat untuk menanyakannya pada Yebin. Dia berada di kasir dan terus menggoda karyawan paruh waktu itu.

“Sudah aku bilang yang bayar laki-laki tadi, dia itu kakak sepupuku, Chanyeol Hyung!” kata Sehun meyakinkan Yebin yang tetap tidak percaya, “Asal kau tau, dia itu pemilik kafe ini! Dia bos mu!” tambah Sehun tak sepenuhnya menyesal karena sudah mengungkap identitas asli Chanyeol.

Yebin merasa yang diucapkan teman sekelasnya kali ini benar, karena Manager Park terlihat sedang berbicara sopan pada Chanyeol.

“Serius aku tidak bohong,” terlanjur mengatakannya maka Sehun menambahkan perkataan yang lebih meyakinkan. “Jadi kalian bertukar pesan seperti apa?”

“Aku rasa, aku telah membuat kesalahan.” Yebin mengulum bibir bawahnya, ia mengaku patah hati sebelum benar-benar dekat dengannya.

“Memangnya apa yang salah, dia pemilik dan kau pekerja, itu tidak masalah dalam sebuah hubungan, kan?!” tutur Sehun.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


2 jam setelah penyekapan. Seola datang dan membuka penutup mata Sejeong. Dia menyadari kesalahannya telah percaya pada seseorang yang baru dikenalnya, tapi yang Sejeong tak mengerti adalah alasan gadis lembut ini melakukannya.

Tempat dimana dia berada begitu usang, ia bisa menebak ruangan ini pernah mengalami kebakaran yang cukup parah. Dilihat dari dinding kusam bercorak warna hitam bekas kobaran api, dan atapnya juga sudah sangat rapuh. Bisa saja kayu diatasnya itu terjatuh menimpanya.

Eonni, bisakah kau jelaskan kenapa kita berada disini? Kenapa kau mengikatku?” tanya Sejeong tak nyaman dengan posisi duduknya yang terikat di kursi.

“Jangan anggap aku bersalah karena telah melakukan hal ini padamu, justru kau-lah yang harus disalahkan. Kau penyebab dari kebakaran 8 tahun silam, apa kau tidak ingat?” ujar Seola masih tidak dimengerti oleh Sejeong, ia mengambil kursi lain dan duduk berhadapan dengan Sejeong.

“Tidak, aku tidak ingat. Bisakah kau mengingatkanku, jika benar aku yang salah maka aku akan terima perlakuanmu ini,” tak ada rasa takut yang berarti, Sejeong tak mau mengambil keputusan begitu saja dan membenci gadis di hadapannya.

“Dulunya tempat ini adalah tempat tinggalku,” Seola memandang ruangan kosong yang masih menyimpan kenangan.

“Ayahku selalu sibuk dengan naskahnya dan suatu saat kau membuat kekacauan dengan apimu, kau telah membuat ayahku meninggal dan aku dititipkan di panti asuhan, memang hidupku tidak begitu hancur karena selama ini terus berusaha menjalani hidup dan sukses, tapi…” jelasnya tersenyum miris.

Eonni sangat kuat,” timpal Sejeong.

Senyum sinis itu kembali Sejeong lihat, pantaskah dia mendapatkan pandangan seperti itu, bahkan dia tidak tahu apa kesalahannya.

“Tahu apa kau tentangku, bisa-bisanya kau tidak mengingat kesalahanmu dan malah berkata bahwa aku seseorang yang kuat. Jika aku sekuat itu pasti aku bisa melawan rasa ingin balas dendamku padamu,” kata Seola menatap tajam manik mata Sejeong.

“Sayang sekali aku sangat ingin membakar tempat ini untuk kedua kalinya, apa kau bisa menggunakan apimu untuk membakar dirimu sendiri?” tanyanya membuat Sejeong bergidik.

Barulah Sejeong mengerti bahwa sekarang ia sedang menggantikan posisi Yeonjoo.

“Jadi semua ini karena kemampuan mengendali api dengan pikiran, aku bahkan tidak tahu dia pernah mengalami hal semacam ini,” helanya tak pernah menanyakan apa yang membuat Yeonjoo gelisah dan terus menyuruhnya untuk menjauh. “Ternyata kau tidak mempercayaiku dan memilih untuk menjadi musuhku, aku bukan teman yang baik,” gumam Sejeong.

“Apa yang kau bicarakan?” pekik Seola.

Mereka terus berbicara dan beradu argumentasi. Tanpa sadar Sejeong seolah berperan sebagai pemilik kemampuan pyrokinesis dan menyesali perbuatannya. Dia ingin mencari tahu lebih jelas, masalalu apa yang membuatnya berada di tempat ini.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


Gimana? Sudah lebih panjangkan,
Minggu ini juga triple up!

Alesta Cho.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro