Part.25 - Cemburu
WINDY DAY
Thursday, 05/12/2019
Seperti biasanya kantin sekolah ramai di jam makan siang, antrian siswa-siswi untuk mendapatkan makanan seakan tak pernah berhenti. Sehun dan Yeonjoo yang mengantri di antara murid lain sibuk mengobrol.
Yebin memalingkan pandanganya, "Sehun benar-benar telah jatuh dalam perangkapnya!" desisnya memakan japchae kesal.
Dia tidak sendirian, ada Sejeong dan Doyoung yang juga sedang makan. Mereka menjadi lebih dekat setelah mengetahui kebenaran tentang siapa pemilik pyrokinesis yang asli, meski begitu Yebin sama sekali tak ingin Yeonjoo tahu akan hal itu.
"Mereka benar berpacaran?" tanya penasaran Doyoung pada diri sendiri.
"Pacaran?" gumam Sejeong seperti tak ingin itu terjadi, "Apa menurut kalian seseorang yang spesial lebih tinggi tingkatannya dari orang yang super spesial?" lanjutnya mengingat perkataan Sehun di taman ketika ia menemani laki-laki itu untuk melakukan meditasi kemarin.
"Apa maksudmu!" tak terima Yebin, "Tentu saja super spesial lebih memiliki arti besar dibanding hanya spesial!" tambahnya dengan penuh semangat, Doyoung manggut-manggut menyetujui ucapan Yebin yang kali ini berdesis memekik tak suka, "Mereka kemari!" rutuknya mulai bersikap biasa.
Sejeong masih ingat dengan jelas bagaimana ia mengutarakan semua isi hatinya namun tidak dengan perasaan sukanya terhadap Sehun.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
"Aku cemburu, aku tidak bisa pergi dengan Yeonjoo, aku hanya ingin bersamamu."
Laki-laki itu malah mananggapinya dengan tertawa, "Jangan bilang kau menyukaiku! Ayolah, Sejeong-ah... aku hanya ingin membantumu keluar dari bullying, pemilik kemampuan seperti kita harusnya diperlakukan spesial. Makanya aku bilang kau itu adalah super spesial," terang Sehun panjang lebar, ia mengacak-acak pucuk rambut Sejeong dan kembali berkata dengan suara ringan,
"Jadi jangan cemburu, Oppa mu ini akan membebaskanmu dari perlakuan tidak adil, jadi kau bisa bermain dengan yang lain... tidak denganku saja!"
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Tak butuh waktu lama untuk Sehun dan Yeonjoo duduk bergabung dengan teman-temannya. Tak ada yang berniat menyapa, hingga mereka hanya saling tatap dan Sehun memicingkan mata pertanda bingung dengan situasi sekarang.
"Ada apa? Kenapa kalian berhenti berbicara?" tanyanya menghentikan gerak sendok, sebelum melanjutkan ucapannya ia tersenyum pada Yeonjoo dan gadis itu mengangguk malu. "Kami,-" ucap Sehun tercekat tepat ketika melihat manik mata Sejeong.
"Kami resmi menjadi sepasang kekasih!" tegas Yeonjoo mengambil alih ucapan Sehun.
"APA?!" rasanya respon yang diberikan Yebin terlalu berlebihan, mengundang beberapa pasang mata untuk melihat ke arahnya, tapi gadis itu tak memperdulikannya dan melanjutkan, "Secepat itukah kalian menjalin hubungan, daebak! Haruskah aku mengucapkan selamat?" tukas Yebin tak benar-benar bertanya, di sampingnya Sejeong menunduk perlahan entah bagaimana ia harus bereaksi sekarang.
Mendengar apa yang baru saja Yeonjoo katakan juga membuat Sehun terkejut, ia bahkan lebih tak percaya dibanding Sejeong. Gadis itu, entah apa yang sekarang dipikirkannya.
Haruskah aku berbicara sesuatu? Pikir Sehun setelah melihat wajah pucat Sejeong, kenapa hatinya memberontak dan rasa marah yang tersembunyi itu perlahan muncul. Hembusan angin pelan terasa berputar di sekelilingnya, sebenarnya apa yang ia rasakan?
"Oh bagaimana ini aku sakit perut, jadi aku pergi duluan!" karena Yebin terlalu kesal dengan tingkah Yeonjoo maka ia memilih untuk pergi.
Entah kenapa sekarang ia tidak suka melihat Sehun dan Yeonjoo bersama, padahal sebelumnya sempat ingin mendekatkan mereka.
"Aku juga perlu ke toilet." kata Sejeong beranjak dari duduknya, "Baek Yebin, ayo kita pergi bersama!" tambahnya menyusul Yebin yang belum jauh.
Melihat kepergian Sejeong rasanya membuat perasaan menang muncul dipikiran Yeonjoo, ia tersenyum seraya bergumam, "Seharusnya mereka memberi selamat dulu sebelum pergi."
Pandangan mata Sehun tertuju pada punggung Sejeong yang semakin menjauh, ia menghela tak mengerti kenapa dirinya tak merasa senang setelah bertemu dengan obat penenangnya. Dia mungkin akan aman dan dapat mengendalikan kemampuannya jika ada Yeonjoo bersamanya, tak perlu cemas dengan gerak angin yang tiba-tiba muncul karena emosinya.
Doyoung tidak mungkin berada terlalu lama di kantin, jelas saja ia merasa kesal sekaligus kecewa pada Sehun. Tiba-tiba ia berdiri... Sehun dan Yeonjoo melihat bersamaan ke arahnya.
"Kau mau pergi juga?" harapan agar Doyoung tetap di sini muncul dipikiran Sehun.
"Selamat," singkat Doyoung, ia pun pergi tanpa melihat Sehun.
Alis mata Sehun terangkat, "Kenapa semua orang pergi? Aku merasa telah melakukan kesalahan," pikirnya merasa tak nyaman.
"Mereka sudah selesai makan, maka dari itu pergi! Siapa yang ingin berlama-lama di kantin." tukas Yeonjoo membuat lawan bicaranya mengangguk mencoba memahami. "Kita harus habiskan makanannya sebelum jam istirahat selesai." tambahnya.
Lagi-lagi Sehun menaruh sendoknya, "Aku tidak mau makan, aku terlalu penasaran tentang pernyataanmu barusan. Bukankah seharusnya kau menjelaskan sesuatu padaku, kenapa kau bilang bahwa kita berpacaran?"
Dengan santainya Yeonjoo mengunyah makanan, setelah menelannya baru ia membuka mulut, "Apa kau tidak ingin berpacaran denganku?" ucapnya balas bertanya.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Itu hanya alasan. Sejeong tahu betul bahwa sebenarnya Yebin tidak ingin ke toilet sama sekali. Buktinya gadis itu melewati tempat tersebut dan terus berjalan menuju ruang kelas dan Sejeong masih mengikutinya. Kenapa dia melakukannya?
"Kau berbohong," ucap Sejeong setelah mereka sampai di depan kelas, "Aku lihat akhir-akhir ini kau menghindari Yeonjoo." ujarnya lagi.
Seketika itu juga Yebin menghentikan langkahnya dan berbalik. "Dia juga sudah membohongiku bahkan sangat lama, berpikir untuk tetap dipihaknya itu sulit," akunya menatap sekitar lalu berkata, "Aku sudah tahu semuanya, menunggunya untuk jujur namun ia semakin menjauh dan sibuk dengan pacar barunya. Jadi dia anggap aku ini apa!"
Alis mata Sejeong mengeryit, "Tahu semuanya? Maksudmu apa?" tanyanya meminta penjelasan lebih.
Sontak Yebin menutupi mulutnya dengan tangan, ia kembali mengedarkan pandangannya. "Apa aku bisa mengatakannya padamu," bisik Yebin sedikitnya merasa bersalah pada Sejeong.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Mengayuh sepeda sudah menjadi kebiasaan Doyoung, ia senang melakukannya dan saat itu kebahagiaannya seakan terpancar tatkala matanya menangkap sosok gadis yang sedang berjalan tak jauh di depannya. Kakinya menekan pedal dengan cepat, laju sepeda semakin kencang dan ia berhasil menyamakannya dengan langkah kaki gadis itu.
"Kim Sejeong!" sapa Doyoung, sedikitnya membuat gadis itu terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
Sontak langkah kaki Sejeong terhenti, tangannya memegang dada dan berkata, "YAA! Kau bisa menabrakku!" rupanya gadis itu benar-benar terkejut, teriakannya juga membuat Doyoung refleks mengerem laju sepeda.
"Mana mungkin aku setega itu, aku tidak akan menabrakmu karena aku melihatmu," setelah merasa lebih baik Sejeong kembali berjalan, begitu pun dengan Doyoung yang turun dari sepeda dan memilih untuk menuntun sepedanya agar bisa menyeimbangi langkahnya dengan Sejeong.
"Sepertinya kau terburu-buru?" lanjut Doyoung melihat cara jalan Sejeong yang cepat.
"Aku ada janji dengan seorang teman yang ku panggil Eonni, kami akan pergi ke taman hiburan." ucap Sejeong ada nada senang terselip dalam ucapannya.
"Sepertinya itu sangat menyenangkan, apa aku boleh ikut?"
Sejeong menggeleng pelan. "Hmmm, tidak bisa! Ini acara para wanita, jadi kau tidak boleh ikut," mendengarnya membuat Doyoung sedikit kecewa, Sejeong melanjutkan, "Tapi nanti malam jam 8 aku akan menunggumu di Hangang Park, aku ingin melihat kunang-kunang, bukankah tawaranmu itu masih berlaku?"
"Tentu saja, kau beruntung karena malam ini aku memiliki waktu luang."
Sesampainya di halte bus, Sejeong menatap Doyoung dan menyuruhnya untuk segera pergi.
"Baiklah sampai di sini saja, aku pulang duluan," pamit Doyoung bersiap mengayuh sepedanya, "Selamat bersenang-senang!" tambahnya melambaikan tangan.
"Sampai bertemu nanti malam," Sejeong melambaikan sebelah tangannya juga, menghantarkan kepergian Doyoung, laki-laki itu masih saja terus menoleh ke belakang, "Lihat jalanmu! Kalau kau tidak ingin terjatuh!" tegur Sejeong berteriak memperingati.
Akhirnya Doyoung menatap lurus jalannya, mengangkat ibu jari dan jari telunjuk yang ditempelkan sebagai tanda OK. Senyum Sejeong merekah dengan kepalanya yang menggeleng mengkhawatirkan tingkah temannya.
Tak lama sebuah mobil berhenti di bahu jalan tepat sejajar dengan posisi Sejeong, jendela pengemudi terbuka sehingga memperlihatkan siapa pemiliknya.
"Seola Eonni!" seru Sejeong tersenyum melihat Seola.
Wanita yang lebih tua dua tahun darinya itu juga tersenyum, ia menyuruh Sejeong agar cepat masuk.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Apa yang akan Seola lakukan pada Sejeong?
Balas dendam seperti apa yang Seola rencanakan untuk si pemilik pyrokinesis palsu...
Terus ikuti kisahnya!
Alesta Cho.
THANKS FOR READING
SEE YOU NEXT WEEK
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro