Part.22 - Kesalahan
WINDY DAY
Thursday, 28/11/2019
Suara burung menambah indahnya pagi yang mendung, mungkin beberapa menit kemudian hujan akan turun membasahi bumi. Meski begitu para murid bersemangat untuk ke sekolah, beberapa di antara mereka ada yang membawa payung karena mengetahui perkiraan cuaca. Ternyata tak butuh waktu satu menit untuk awan menjatuhkan airnya, rintikan air senada membuat murid-murid berlarian menuju gedung sekolah.
Sejeong masih berjalan santai sambil mendongakan kepala menatap langit mendung. “Hujan,” gumamnya tersenyum.
“Apa yang kau lakukan! Cepat berlari, nanti seragammu bisa basah!” seru Doyoung berjalan cepat melewati Sejeong.
Melihat temannya berlari menggunakan tas sebagai pengganti payung membuat Sejeong berpikir. “Tunggu!” teriaknya ikut berlari, “Kenapa kau menggunakan tas ku untuk menutupi kepalamu!” Sejeong merebut tas gendongnya dari tangan Doyoung, secepat mungkin Doyoung menggunakan tas yang bertengger di punggungnya untuk menjadi payung dadakan.
“Pelit sekali, seharusnya kau berterima kasih karena aku sudah membawakan tasmu.” gerutu Doyoung.
“Baiklah, terima kasih, puas?” sahut Sejeong, “Sebaiknya kau berlari kalau tidak ingin seragammu basah!” kali ini Sejeong yang menggunakan tas gendongnya untuk menaungi kepala dari tetesan air hujan.
Doyoung tersenyum mendengar ucapan yang sebelumnya sempat ia lontarkan pula, tak lama ia pun berlari menyusul Sejeong.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Kamar yang tak terlalu luas dengan tembok dipenuhi lembaran photo tertempel bagaikan pengganti wallpaper dinding, di antara banyaknya photo tersebut terdapat beberapa potret Park Chanyeol dan Oh Sehun. Di sisi lain dinding Seola tengah menempel photo, dia tersenyum puas ketika semua photo sudah tertempel tak beraturan menghiasi dinding kamarnya.
Photo memperlihatkan keakrabran Sehun dan Sejeong yang diambilnya beberapa jam lalu, ketika keluar dari gerbang sekolah dan di dalam restoran. Suatu ketidaksengajaan yang disyukurinya, dapat bertemu dengan pemilik kemampuan lain. Kim Sejeong, gadis itu bisa mengendalikan api dengan pikirannya.
Tangan Seola meraih photo Sejeong yang didapatnya ketika mereka berada di halte bus. "Waktu itu aku tidak tahu bahwa kau adalah orang yang kucari selama lebih dari 8 tahun, gadis kecil yang dapat mengendalikan api dengan pikirannya. Iya… kau si pyrokinesis itu," ujar Seola menyeringai, ia tersenyum sinis sambil terus menatap tajam gambar Sejeong yang tersenyum ramah.
“Bahkan kau bisa tersenyum seperti itu, sepertinya kau lupa dengan kejadian dimana kau telah membunuh keluargamu bahkan keluarga satu-satunya yang kumiliki,” sorot mata penuh kebencian sekaligus kesedihan jelas terpancar.
Tanpa mengetahui dirinya telah salah mengenali pemilik asli kemampuan pyrokinesis, Seola mendenguskan tawanya.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Pertemuan kedua kalinya antara Seola dan Taeyong di sebuah coffee shop. Mereka terlibat bercakapan seru dan saling menanyakan sesuatu yang ingin mereka ketahui dari masing-masing. Kesempatan itu Seola ambil untuk bertanya tentang pemilik kemampuan pyrokinesis yang pernah Taeyong bicarakan.
“Seseorang yang bisa mengendalikan api,” seru Taeyong melihat sekeliling dan agak mencondongkan badannya pada Seola yang masih menunggu lanjutan dari perkataan teman barunya itu,
“Aku mengenalnya dia sangat dekat denganku, Lee Yeon, ah tidak-tidak maksudku Kim Sejeong yang merupakan teman sekelas adikku!” setelah berbicara seperti itu Taeyong kembali menarik tubuhnya.
“Kim Sejeong…” Seola menggumamkan nama itu dengan kening berkerut, rasanya ia pernah mengenal seseorang dengan nama yang sama.
“Aku sedikit kasihan padanya yang mendapat perlakuan tidak adil di sekolah karena memiliki kemampuan mengerikan itu.” kata Taeyong lalu menyesap kopi lattenya.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Kemarahan Seola semakin jelas terpancar dari sorot matanya, dia mengambil poto Sejeong yang tertempel di dinding meremasnya lalu ia buang ke keranjang sampah. Kini perhatiannya beralih pada meja dengan lampu dan satu bingkai poto yang menyimpan potret anak perempuan ditemani laki-laki paruh baya yang sepertinya adalah ayah dari si anak.
Tangannya terulur untuk mengambil bingkai poto tersebut, matanya terlihat sedih dan penuh rasa rindu. Hidup sendiri membuatnya merindukan kehangatan keluarga yang sudah lama tak bisa dirasakannya lagi.
“Ayah sebentar lagi aku akan membalaskan dendamku, aku sudah menemukannya, wanita yang menyebabkan kebakaran yang merenggut nyawamu,”
Seola tersenyum miris, sedetik kemudian senyum itu berubah menjadi tawa ratapan yang seakan menjalar menyakiti hatinya yang penuh luka. Ingatannya kembali ke masa lalu, saat itu dia masih berumur sebelas tahun.
Sang Ayah yang merupakan seorang penulis masih sibuk berkutat dengan komputer, suara ketikan jelas terdengar di malam yang semakin sunyi. Seola duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerja ayahnya, merasa bosan karena hanya bisa membaca buku sepanjang malam.
Suara ledakan terdengar keras. Api menyambar ruang kerja, dan menjatuhkan rak buku di sebelah ayah. Seola berteriak menyuruh ayahnya segera pergi, tak lama rak buku terjatuh menimpa si ayah disusul dengan api yang menjalar sangat cepat menguasai ruangan.
“Appa!!”
Seorang anggota pemadam kebakaran datang, sulit baginya untuk menyelamatkan Seola karena anak itu meronta memanggil ayahnya yang tak sadarkan diri, meminta untuk menyelamatkan ayahnya terlebih dulu. Namun api sudah terlanjur mengenai tubuh lelaki itu, banyaknya buku membuat api dengan cepat merambat ke seluruh ruangan.
Bingkai poto kembali ditaruh pada tempatnya, Seola mengalihkan penglihatannya pada dinding kamar. Semua ini dia lakukan hanya untuk mencari penyebab kebakaran yang merenggut nyawa ayahnya.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Tiba di teras gedung sekolah, Sejeong dan Doyoung mengibas-ngibaskan seragam yang tak terlalu basah. Mereka saling tersenyum menyadari kekonyolan yang baru terjadi. Hujan semakin deras, dapat dirasakan angin berhembus keras.
Pandangan Sejeong tak sengaja menangkap sosok Sehun tengah berlari menghampiri payung yang dibawa Yeonjoo. Kehadiran Sehun sedikitnya membuat Yeonjoo terkejut, tapi ia tersenyum menyambut kedatangan Sehun yang lalu memberikan gagang payung pada laki-laki yang menyerobot masuk tanpa izin ke bawah payungnya.
“Membuat kaget saja,” gerutu Yeonjoo tak benar-benar terkejut.
Perasaan itu muncul lagi, rasa tak suka jika melihat kedekatan Sehun dengan Yeonjoo. Dapat ditebak oleh Doyoung bahwa gadis di sebelahnya tengah menghindari pandangannya agar tidak bertemu dengan dua orang yang berjalan bersama di bawah payung berwarna kuning.
“Ayo kita masuk,” ajak Doyoung mengalihkan perhatian Sejeong.
Ya, kini gadis itu menyunggingkan senyum tipis pada Doyoung, ia menuruti perkataan temannya, berlalu pergi menuju koridor kelas. Dengan rentetan pertanyaan yang Doyoung lontarkan, dia ingin tahu jelas tentang kejadian kemarin yang didengar dari Sehun bahwa ia terkunci di dalam gudang. Sejeong menjawabnya tanpa minat…
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Berat rasanya harus duduk dan makan bersama orang yang sudah banyak menyakiti kita. Setidaknya itu yang sedang dipikirkan Sejeong sekarang, ia tak bisa berhenti melirik Yeonjoo yang duduk di hadapannya, apalagi Sehun duduk tersenyum di sebelahnya. Rasanya Sejeong ingin segera menghabiskan makanan dan segera pergi dari ketidaknyamanan tersebut.
Lain halnya dengan Doyoung yang sesekali melirik Sejeong, ia khawatir pada wanita yang duduk di sampingnya itu.
"Makannya sudah selesai?" tanya Doyoung dibalas tatapan bingung. "Kalau begitu ayo pergi melihat Ken!" Doyoung bangkit dari duduknya, tangannya sudah memegang alat makan yang isinya belum habis semua.
"Oh… Ken, benar aku harus memberinya makan!" sedikit kegaduhan terjadi di meja mereka, itu karena Sejeong tak sengaja menggebrak meja dan terburu membawa tempat makannya.
Akibatnya Yebin yang hendak menyuapkan makanan, tersentak menjatuhkan sendoknya. Gadis itu juga ikut makan bersama mereka…
"Ya kau membuatku terkejut!" rengek Yebin menatap makanan yang terjatuh kembali ke tempatnya.
Entah kenapa sepeninggalnya Doyoung dan Sejeong, Sehun menjadi tak napsu makan. Tapi ia masih mencoba menanggapi setiap pertanyaan Yeonjoo. Sampai makanan Sejeong habis dan pergi lebih dulu. Mereka berdua masih berada di kantin, membicarakan banyak hal.
"Gelangmu kemana? Kau tidak memakainya?" tanya Sehun ketika tak melihat benda yang melingkar di pergelangan tangan Yeonjoo.
"Iya aku melepaskannya dan lupa memakainya kembali," Yeonjoo memegangi pergelangan tangan kiri dengan kaku.
Jelas saja Yeonjoo berbohong, gelang itu telah dikembalikan pada pemilik aslinya. Ada sedikit rasa cemas ketika mengetahui tentang benda itu, bagaimana jika Sehun melihat gelang itu dipakai oleh Sejeong. Tapi, tadi sepertinya ia tak melihat Sejeong memakai gelang tersebut. Terlebih dia sudah merusak gelang itu, kan.
Kenapa Sehun sangat tertarik pada gelang sialan itu? Yeonjoo mulai membatin, memperhatikan Sehun yang tampak lesu.
~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~
Minggu ini update satu part ya,
Alesta Cho.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro