Part.20 - Bukan
Update
Tuesday, 19/11/2019
“Yebin yang melakukannya, kan?”
“Kenapa kau bisa menebak seperti itu, bukan, bukan dia, aku sendiri yang masuk dan tak sengaja mengunci pintunya.” Sejeong mengelak.
“Menggunakan kayu balok yang ditaruh menyilang di handlenya… pasti seseorang sengaja menguncimu dan orang itu adalah Yebin!”
“Sudah aku bilang bukan dia, kenapa kau menuduhnya!” bentak Sejeong tak terima.
“Kenapa kau marah padaku, kau tidak ingin tahu kenapa aku bisa ke sini dan menyelamatkanmu. Itu karena Yebin meneleponku, dia bilang kau ada di sini,” jelas Sehun merasa ada kejanggalan, siapa lagi kalau bukan wanita tomboy itu yang melakukannya, pikirnya.
***
7 jam sebelumnya,
Jam pelajaran selesai, semua murid berlomba untuk keluar dari gerbang sekolah. Namun perasaan aneh yang dirasakan Sehun tak pelak membuatnya terduduk menatap tas yang pemiliknya entah kemana.
“Kau tidak akan pulang?”
Sebuah suara menyadarkan Sehun, dilihatnya Yeonjoo yang sudah berdiri di dekat mejanya. “Aku yakin Sejeong sudah berada di rumahnya, bisa saja ada urusan mendadak.” Tambah Yeonjoo selagi Sehun meraih tas ransel di bangku kosong sebelahnya.
Yebin mencibir sambil memasukan buku paket ke dalam tas selempangnya.
“Yebin-ah ayo cepat.” kata Yeonjoo pada temannya yang masih membereskan alat tulis itu.
“Ah mian (maaf), tadi aku mendapat SMS untuk segera ke restoran. Jadi,-“
Yeonjoo memotong. “Aku mengerti kau menjadi sangat sibuk setelah melakukan kerja paruh waktumu, kalau begitu ayo kita jalan bersama sampai gerbang.”
Di koridor kelas tak sengaja Yeonjoo dan Doyoung berpapasan, dari belakang Sehun menyembulkan kepala melihat senang kehadiran sahabatnya. Lain halnya dengan Yebin yang nampak gelisah, dia harus segera pergi ke lantai empat.
“Doyoung-ah, ayo kita pergi bersama.” kata Sehun.
Namun Doyoung malah melihat sekitarnya, “Aku tidak melihat Sejeong, apa dia sudah pulang lebih dulu?” tanyanya membuat Sehun muram kembali, laki-laki itu terlihat tak bersemangat seperti kehilangan vitaminnya.
“Jam istirahat tadi dia sedang membersihkan area sekolah dan tidak masuk pelajaran selanjutnya. Sampai sekarang aku tidak tahu dia dimana, handphonenya juga di dalam tasnya. Apa mungkin dia bolos lagi?!”
Pandangan Doyoung beralih pada Yeonjoo yang sejak tadi terdiam. “Kau tidak melihatnya?” perkataan Doyoung begitu tegas dan terang-terangan, sampai mampu mengalihkan perhatian Yebin.
“Loh kenapa kau bertanya seperti itu pada Yeonjoo?” heran Sehun.
“Apa salah aku bertanya padanya!” sewot Doyoung melihat tak suka ke arah Yeonjoo. “Kalau begitu aku pergi duluan.” lanjutnya berjalan melewati mereka sedang Yebin sudah terlebih dulu memberi jalan untuknya.
Sehun melihat bingung kepergian temannya yang tak biasanya bersikap seperti itu. “Doyoung, Kim Doyoung!” panggilannya tak menghentikan langkah Doyoung yang semakin jauh.
Entah apa yang dipikirkan Yebin sehingga dia berbalik arah mengikuti Doyoung. “Yebin, kau mau kemana?” tukas Yeonjoo tak mengerti.
“Aku harus bergegas!” seru Yebin mengingatkan Yeonjoo akan kerja paruh waktu yang temannya lakukan.
Saat itu juga Sehun malah berpikir bahwa mungkin gadis itu menyukai Doyoung dan dia ingin pulang bersama dengannya.
“Baiklah, sampai bertemu besok!” Yeonjoo berseru ketika Yebin berhasil menyamakan langkahnya dengan Doyoung, berbicara dengan lelaki itu akan lebih mudah ketimbang pada Sehun yang terus ditempeli Yeonjoo.
Sedikit ragu untuk memulai perkataannya, Yebin pun menghela napas mengumpulkan keberanian. “Doyoung-ah…”
Namun bunyi nyaring dari ponsel mengagetkannya. Doyoung sudah menoleh ke arahnya saat Yebin tergesa-gesa merogoh saku seragam, ia mengangkat telepon dan langsung diteriaki.
“Baek Yebin! Jika kau tidak datang dalam 10 menit aku akan mencari pekerja paruh waktu lain!” seru seseorang di seberang sana, atasannya yang satu ini paling keras sekaligus kejam.
“Aku akan segera ke sana!” balas Yebin menjauhkan ponsel dari telinga, melupakan sesuatu yang sebelumnya ingin dia katakan pada Doyoung tentang Sejeong yang terkunci di dalam gudang.
***
Sejeong sudah mencoba meminta bantuan dan mendobrak pintu ketika bel pulang berbunyi dua puluh menit lalu, dengan harapan akan ada beberapa murid yang lewat di depan gudang karena pertemuan club atau sekedar mencari ketenangan di lantai empat. Pikirannya hilang seketika, usahanya percuma. Ia terduduk menatap pintu yang termakan usia.
“Mana ada orang yang mencari ketenangan sepertiku, menyendiri di taman belakang, seperti orang bodoh!” keluh Sejeong melepas gelang dan menatapnya sedih. “Hanya karena benda mati ini, aku harus terkurung di ruangan gelap, Eomma bogosipo (ibu aku rindu padamu),” tangis kerinduan pun pecah.
Dalam kesedihannya itu suara yang berasal dari perutnya menyeruak. “Aah lapar!” rengek Sejeong menghapus air mata yang sempat mengalir melewati pipi, sedang tangan lainnya memegang perut.
***
Malam ini Sehun merasa tak tenang, ia tak bisa konsen dengan game yang sedang dimainkannya bersama Doyoung. Hembusan angin sedang kini mulai berputar di sekitar ruangan, mengakibatkan beberapa benda ringan terjatuh.
Doyoung memenangkan permainan dan bersorak senang, sebelumnya ia mengabaikan angin yang tentunya ada karena ulah sahabatnya itu. Tapi rasa penasaran mendorong dirinya untuk bertanya,
“Apa yang sedang kau cemaskan?” Doyoung menaruh stick game.
Dengan pandangan sedih Sehun menatap sahabatnya. “Kau tidak merasa khawatir pada Sejeong, dia tidak ada kabar sejak siang tadi. Aku merasa sesuatu telah terjadi padanya!” ungkapnya penuh terkaan, “Kalau dia berniat bolos seharusnya dari awal tidak datang ke sekolah, dia malah meninggalkan tas dan handphonenya!” tambahnya menunjuk tas gendong yang tergeletak di atas sofa.
“Mungkin saja karena terburu-buru sampai ia lupa membawa tas nya, apa sesuatu terjadi pada orangtuanya?” dugaan lain muncul, membuat mereka semakin penasaran.
“Pikirkanlah hal yang baik-baik,” sahut Sehun.
“Kau duluan yang berbicara buruk… Ayo kita cek ke rumahnya, kalau kau terus di sini bisa-bisa rumahku hancur!" Doyoung memberi saran. "Tenangkan dirimu dan hentikan anginnya!” tambahnya beranjak dari sofa nyaman.
***
Sehun dan Doyoung berdiri di depan rumah Sejeong, mereka saling bertukar pandang setelah melihat keadaan rumah yang gelap. Mungkinkah listriknya dipadamkan, atau memang tidak ada orang di rumah tersebut.
“Dia tinggal sendiri di rumah,” ucap Doyoung semakin membuat Sehun cemas.
“Kenapa tidak coba menelepon orangtuanya?” Sehun mengusulkan.
“Benar… kenapa tidak bilang dari tadi.” imbuh Doyoung selagi sahabatnya itu merogoh tas, dia melihat-lihat kontak dan mulai melakukan panggilan.
Sambungan terhubung. Suara lembut yang terdengar lelah memanggil nama putrinya, dia menanyakan apa Sejeong sudah makan? Dari situ Sehun mengetahui bahwa Sejeong tidak sedang bersama ibunya, tanpa mengizinkan lawan bicaranya menjawab sang ibu berkata terburu agar Sejeong segera makan kalau memang belum. Kliennya sudah datang dan dia harus bergegas.
“Bagaimana?” Doyoung bertanya melihat ekspresi temannya dengan was-was.
“Jangan-jangan dia diculik atau semacamnya!” seru Sehun segera mendapatkan pukulan di pundaknya.
“Jangan bicara sembarangan,” laki-laki yang lebih muda dari Sehun itu terlihat lebih tenang, ia memasuki halaman rumah.
“Ibunya terdengar sangat sibuk, Sejeong tidak sedang bersamanya.” tukas Sehun.
“Kita coba ketuk pintu dan memanggilnya,” kata Doyoung, Sehun mengikuti.
Tok tok tok~
“Sejeong-ah! Kim Sejeong! Kau ada di rumah!” teriak Sehun berharap ada yang menjawab seruannya.
Tangan Doyoung berhenti mengetuk pintu, dia menggeleng dan Sehun menghela. “Kita harus mencarinya kemana lagi?”
“Bukankah dia bekerja paruh waktu di kafe One n’ Tulip!” ingat Doyoung.
“Kau juga mengetahuinya,” ucap tak percaya Sehun.
“Aku akan ke sana!” Doyoung langsung berlari pergi meninggalkan Sehun, mengabaikan teriakannya yang ingin ikut ke kafe juga. “Carilah di sekitar sungai Han, terakhir kali dia bolos ke sana!” serunya tanpa menoleh ke belakang.
“Ya ampun dia berlari dengan membawa tas seorang wanita, seharusnya tadi simpan saja dulu tas Sejeong di rumah,” pikir Sehun tak tahu akan jadi seperti ini. “Kemana dia pergi…” helanya menatap rumah yang gelap gulita.
***
Sementara itu di kafe One n’ Tulip Yebin baru bisa bersantai, dia merogoh ponselnya di saku celana. Di layarnya terlihat jelas bahwa sekarang waktu menunjukan jam sembilan malam, dan dia merasa lapar karena belum sempat makan.
“Aakh lapar, aku benci saat harus menahan lapar!” kata Yebin sembari memegangi perutnya.
Sesaat setelah mengatakannya, suara Sejeong terngiang. “Kim Sejeong!” barulah Yebin tersadar, betapa bodohnya ia sampai melupakan hal sepenting itu. “Oh ya ampun, aku lupa kalau Sejeong masih terkunci di gudang!” rutuknya menepuk dahi.
Secepat mungkin Yebin mencari nama kontak Sehun, untuk pertama kalinya dia merasa beruntung memiliki nomor teman sekelasnya itu.
“Ayo angkat, angkatlah!”
Bip~
Suara panggilan tersambung, “Sehun-ah!” panggil terburu Yebin.
***
Sekarang di Gudang SMA Gyeonggi, lantai 4
“Pengawal Oh?” panggil Sejeong lembut.
“Ne!” sahut Sehun.
Haruskah Sejeong memberitahu yang sebenarnya, bahwa dia adalah wanita yang ditolongnya waktu itu dan menceritakan hubungan tidak baiknya dengan Yeonjoo sehingga membawa dia dalam kegelapan, terkurung di ruangan bernama gudang. Kata-kata yang dipikirkannya tiba-tiba tercekat di tenggorokan dan ia tak mampu mengatakannya.
“Aku lapar,” Sejeong tidak mau membuat hal yang rumit menjadi lebih rumit, untuk sekarang ia tidak akan berbicara mengenai Yeonjoo.
Biarlah semua yang terjadi hanya menjadi rahasia, setidaknya untuk beberapa lama lagi.
“Auh kau pasti sangat lapar!” gemas Sehun mengacak-acak pucuk rambut gadis di depannya. “Kau pasti kedinginan,” tambahnya melepas jaket yang ia pakai dan memakaikannya pada Sejeong.
Seperkian detik kemudian Sejeong kembali memeluk Sehun, dia mengucap rasa terima kasihnya berulang kali dan bersyukur atas kedatangan lelaki itu. Sementara Sehun merasa jantungnya berdetak lebih cepat, yang ia yakini pasti akibat beberapa saat lalu berlari.
Dan tanpa tahu maksud lain dari reaksi jantungnya, Sehun membalas pelukan tersebut.
***
Perlahan hubungan Sehun dan Sejeong semakin terjalin, mereka juga akan sering melakukan skinship tanpa menyadari sudah saling suka!
Nantikan terus kisahnya…
Good Reader = RCV (Read Comment Vote) ^^
Alesta Cho.
THANKS FOR READING
SEE YOU NEXT PART
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro