Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part.15 - Mendekat


Update
Tuesday, 29/10/2019


Sore itu semilir angin menjatuhkan beberapa daun kering dari dahannya, menemani perjalanan Sehun dan Yeonjoo. Daun berwarna kuning pekat tepat terjatuh di depan kaki Sehun yang sedang melangkah, tapi syukurlah daun itu tak terinjak.

"Yeonjoo-ya apa kau tidak menyukai Sejeong?" tanya Sehun memecah keheningan.

"A-apa?" kaget Yeonjoo tergagap.

"Maksudku dia selalu sendirian di kelas, tidak ada satu pun teman yang mau makan siang bersamanya. Kau juga tidak pernah mengajaknya ke kantin bersama Yebin dan yang lainnya, jadi aku pikir kau tidak menyukainya? Apa aku salah?" ujar Sehun membuat Yeonjoo merasa agak lega.

"Kita sudah membahasnya tadi, tidak suka apanya! Itu hanya karena kami tidak terlalu dekat, dia mulai menyendiri setahun lalu. Bagaimana bisa aku mendekatinya, kalau dia menolak untuk didekati…" Yeonjoo menoleh pada Sehun, "Sepertinya kau sangat penasaran dengannya?"

"Apa terlihat seperti itu," tukas Sehun, ia mulai membatin, aku malah ingin mengetahui tentangmu, kenapa bisa menghentikan anginnya.

Dari arah berlawanan Taeyong menajamkan pandangannya, melihat lebih jelas siapakah yang berjalan di samping Yeonjoo. Langkahnya semakin cepat tatkala mengetahui laki-laki tersebut adalah Sehun.

Tiba-tiba Taeyong menarik tangan Yeonjoo kasar. Yeonjoo terhenyak, dia begitu terkejut akan kehadiran Taeyong.

"Kau diantar pulang olehnya?" geram Taeyong menatap tak suka Sehun.

Wajah Taeyong tak asing bagi Sehun, mereka memang pernah bertemu sekali tapi ia tidak mengingatnya karena pertemuan yang singkat. Tanpa tahu Sehun menyapa dan memberi hormat.

"Menjuahlah darinya sebelum aku menghabisimu!" ancam Taeyong.

"Oppa," panggil Yeonjoo mencoba melepas tangannya dari cengkraman Taeyong.

"Kau melukai tangannya!" seru Sehun, tak digubris oleh laki-laki yang dia yakini sebagai kakaknya Yeonjoo.

Taeyong melirik tangannya yang memegang erat pergelangan tangan Yeonjoo, "Ayo masuk!" ajaknya setelah melonggarkan pegangannya.

"Lee Taeyong," rengek Yeonjoo tak bisa membantah, ia pun masuk rumah dengan tangan yang masih Taeyong kuasai.

"Dia terlihat sangat marah," kata Sehun berlalu pergi. “Tapi wajahnya serasa tidak asing?”

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Taeyong menghempaskan tangan Yeonjoo, menghela melihat adik tirinya bertingkah seperti itu lagi. Selalu saja berkeliaran di sekitar orang yang dekat dengan Sejeong.

"Sebenarnya apa yang ada dalam pikiranmu? Kenapa kau bisa diantar pulang olehnya?" seru Taeyong menatap kesal.

"Tenangkan dirimu, aku hanya mendekatinya agar dia menjauh dari Sejeong …" bela Yeonjoo.

Entah kenapa kali ini hatinya tak tenang, dia bisa saja terluka lagi. Dan itu semua karena Sejeong, haruskah ia mengirim Sejeong ke tempat yang jauh agar tidak mengusik kehidupan Yeonjoo lagi.

"Sejeong mengancammu lagi? Dia bilang apa sekarang?" tanya Taeyong sudah mulai meredam rasa marah.

Yeonjoo menggeleng, "Tidak, hanya saja aku takut Sehun membelanya seperti yang terakhir kali Doyoung lakukan. Dia tidak akan berani mengancamku," ujar Yeonjoo sorot matanya penuh kebencian.

"Syukurlah kalau dia masih tetap diam,"

Yang Taeyong tahu Sejeong adalah teman baik Yeonjoo, namun setelah ia mengetahui kemampuan yang  Yeonjoo miliki semuanya menjadi berubah. Agar Sejeong tak membeberkan tentang kemampuannya, Yeonjoo melakukan banyak hal sampai wanita itu menjadi murid buangan.

Menurut Taeyong itu wajar karena Sejeong duluan yang memulainya, laki-laki itu tak mengetahui kenyataannya dan setelah tahu pun malah semakin gencar mengganggu Sejeong bersama kedua temannya.

Meminta uang padanya, menyuruhnya pergi untuk membelikan makanan, dan hal lainnya yang ia yakini membuat wanita itu berpikir dulu sebelum mengatakan sesuatu pada orang lain mengenai kemampuan yang Yeonjoo miliki.

"Tapi kau tidak menyukai laki-laki itu, kan?" gelagap Taeyong setelah mengingat kemungkinan yang akan terjadi kelak.

Yeonjoo menatap serius laki-laki yang telah lama ia kenal. Sebenarnya Taeyong takut akan ditinggalkan, maka ia terus berusaha mendukung dan membantu Yeonjoo meski dia tahu itu salah.

"Aku akan melakukannya," ucap Yeonjoo membuat Taeyong menautkan alisnya, apa yang akan gadis ini lakukan sekarang. "Berpura-pura menyukainya, sepertinya dia sangat tertarik padaku entah karena apa?" lanjut Yeonjoo agak bingung.

Setidaknya jawaban itu membuat Taeyong lebih lega.

Aneh, Taeyong merasakan lagi detak jantungnya yang tak biasa, bergetar sangat hebat. Bukankah dia tidak boleh menyukai adiknya, walaupun mereka tidak memiliki hubungan darah, tapi sang ayah pasti akan menentang.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Kim Doyoung melangkah gontai keluar dari tempat les musiknya, dia masih ingat dengan jelas apa yang Guru Jung Soojung bilang,

"Kemarin Yebin mengundurkan diri, jadi dia tidak akan datang kemari lagi,"

Kini Doyoung berjalan dengan menuntun sepedanya. "Padahal kakiku sudah sembuh, sehingga aku bisa mengantarnya pulang dengan menggunakan sepeda." sedihnya menaiki sepeda dan melaju membelah kegelapan malam.

Terlihat beberapa kunang-kunang yang terbang mengikuti Doyoung, mungkin benar laki-laki itu berteman dengan binatang yang khas dengan cahayanya itu. Tanpa ia sadari seseorang mengambil gambarnya,

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Ruangan dengan latar putih dipadu corak biru sebagai pemanis tembok, terasa amat damai. Sekelilingnya terdapat pepohonan dan beberapa macam bunga, salah satunya tulip kuning yang melambangkan persahabatan. Berharap pemilik ruangan tersebut dapat dengan cepat beradaptasi dan berteman dengan tumbuhan. Tak jauh di antara bunga lavender, Oh Sehun duduk bersila dan tangannya bersedekap, matanya juga terpejam.

Hembusan angin tenang membelai daun-daun hijau yang berada di rumah kaca. Bunga lavender di sekeliling Sehun bergoyang-goyang, kelopak bunganya juga mulai berjatuhan. Begitu pun bunga tulip kuning menunduk karena sang tangkai yang patah, mengakibatkan bunga indah itu terkulai. Rupanya angin yang dihasilkan Sehun semakin membesar, dalam sekejap taman indah nan asri berubah berantakan. Sebagian besar tumbuhan rusak, dan mungkin mati.

Merasa sesuatu yang tak diinginkan telah terjadi, Sehun pun membuka matanya perlahan dengan penuh ketakutan. Dalam hatinya dia berkata… "Jebal (aku mohon)," dengan penuh harap.

Seketika itu juga ia berteriak keras, menyesalkan kegagalannya. Teriakannya membuat burung kecil yang hinggap di salah satu pohon tersentak dan segera mengepakan sayapnya. Napas Sehun naik turun, dia tak mengerti kenapa akhirnya selalu jadi seperti ini ketika melakukan meditasi.

"Konsentrasi dan atur emosimu," ujar Chanyeol berjalan memasuki taman. "Sampai kapan kau akan melukai tumbuhan yang tidak berdosa ini?" lanjutnya meraih tulip kuning.

"Hiya Hyung! Aku tidak bisa! Aku tidak mau melakukan ini lagi, siapa juga yang ingin melukai tumbuhan cantik yang aku tanam sendiri!" gerutu Sehun dengan wajah memelas.

"Segera temukan obat penenangmu itu, siapa tahu bisa membantu." usul Chanyeol, seketika senyum Sehun merekah mendekati kakak sepupunya.

Pot bunga berisi mawar putih yang kelopaknya tinggal beberapa itu kembali tegak dari jatuhnya. Fokus Chanyeol beralih pada pot lainnya, dengan ekor matanya ia dapat melihat Sehun yang masih tersenyum. "Ada apa dengan ekspresimu itu?" tanyanya sambil terus merapihkan letak bunga-bunga di taman.

"Aku sudah menemukannya," ucap pelan Sehun mampu mengalihkan fokus Chanyeol padanya, "Obat penenangku, dia ada di kelas yang sama denganku! Aku masih belum yakin sih… dan lagi mana bisa seorang kakak melakukan hal itu pada adiknya," pikir Sehun sambil mengingat pertemuannya dengan Taeyong ketika mengantar Yeonjoo pulang.

"Jelaskan lebih detail lagi!" tuntut Chanyeol greget.

Dari situ Sehun mulai bercerita tentang Yeonjoo yang ternyata adik dari laki-laki yang ia ingat sebagai ketua geng saat bertarung dihari pertamanya menjadi murid pindahan di SMA Goora.

Demi menyelamatkan seorang adik dari kakaknya. Dia menyimpulkan bahwa hubungan Taeyong dan Yeonjoo tak baik. Sebagai pendengar Chanyeol manggut-manggut sambil terus fokus dengan tumbuhan yang dia urus, taman mulai terlihat rapih.

"Bagaimana Hyung, apa aku harus memberitahunya? Tapi sepertinya dia tidak mengenaliku,"

"Jelas saja dia tidak melihat siapa yang telah menolongnya, kau pergi begitu saja karena sesuatu yang aneh terjadi pada detak jantungmu…" ujar Chanyeol yang kini tengah menyiram bunga.

"Apa itu tandanya aku jatuh cinta?" entah keberapa kalinya Sehun berpikir seperti itu.

Rasa-rasanya dia bingung jika jatuh cinta tanpa melihat wajah yang membuat jantungnya berdetak kencang. Mungkinkah ini yang dinamakan takdir?

"Bisa saja itu cinta, sebelum kau mengakuinya cari tahu dulu apa benar wanita yang bernama Yeonjoo itu obat penenangmu," ingat Chanyeol memberi saran. "Sebaiknya minggu depan kau jangan melakukan meditasi di sini, otakku terlalu lelah untuk merapihkan semua kekacauan yang kau perbuat." kali ini Sehun mencibir lalu pergi meninggalkan Chanyeol sendiri di taman yang memang tak seindah sebelumnya.

Masih belum mendapatkan respon Chanyeol menoleh ke arah kepergian Sehun, “Kau dengar, minggu depan carilah tempat lain untuk meditasimu!”

“Aku mendengarnya, dasar cerewet!” gerutu Sehun pergi tanpa melihat ke belakang lagi.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Rumah yang tak terlalu besar bernuansa hijau, di kelilingi tumbuhan-tumbuhan cantik dan rindang. Pagar kayu bercat coklat menambah keasrian halaman yang dihiasi kolam ikan. Sejeong adalah penghuni rumah sederhana itu, ia keluar dari pintu utama, berlari kecil menuju gerbang. Tepat ketika menginjakkan kaki di aspal, ia melihat Doyoung dengan sepedanya tengah berdiri mematung, terlihat keterkejutan di wajah Doyoung ketika melihat kehadiran orang yang ia tunggu.

“Doyoung-ah, apa yang sedang kau lakukan disini?” Sejeong menghampiri temannya itu sambil menautkan alis.

Bingung harus menjawab apa, akhirnya Doyoung berbicara asal dengan gugup, “Aku baru saja berolah raga,” melirik sepeda yang dibawanya.

Pakaian yang digunakan Doyoung sama sekali tak cocok untuk melakukan olah raga pagi, tak percaya akan apa yang dikatakan Doyoung, Sejeong memasang tatapan menyelidik.

“Mana ada orang berolah raga dengan menggunakan celana jeans, dan kemeja seperti itu. Jujur saja kau akan pergi berkencan, kan?” goda Sejeong.

“Aku memang tak pintar berbohong, kalau begitu apa kau mau pergi kencan denganku,” ucap Doyoung tak terdengar sebagai ajakan.

“Jangan bercanda! Sekarang ini aku akan pergi ke tempat kerja,” Sejeong berjalan dengan Doyoung yang mengikuti di sebelahnya.

“Kau bekerja? Dimana? Kenapa? Dan sejak kapan?” rasa ingin tahu Doyoung sangat tinggi, dia memang tipe orang yang seperti itu.

Sejeong berdesis mendengar pertanyaan yang beruntun dari Doyoung, “Iya aku bekerja di sebuah kafe bernama One n’ Tulip, kenapa? Karena aku terlalu bosan berada di rumah, dan lagi uangnya bisa digunakan untuk tambahan biaya kuliah nanti… aku mulai bekerja hari ini!” senang Sejeong meloncat kegirangan.

“Ooooh, selamat atas pekerjaanmu,” puji Doyoung lalu menepuk boncengan sepeda sambil berkata, “Biar aku antar,” ia menatap ramah Sejeong yang terlihat cantik dengan mengikat tinggi rambutnya, di tambah poni imut.

Awalnya Sejeong berpura-pura tak mau, ia tersenyum melihat ekspresi memelas Doyoung dan tanpa basa-basi lagi ia pun segera duduk di boncengan sepeda. Disusul Doyoung yang siap mengayuh, sepeda melaju dengan kecepatan sedang. Lama-kelamaan laju sepeda semakin cepat, melewati jalan yang di setiap sisinya terdapat bunga mae (bunga sejenis sakura namun tak memiliki daun) yang berguguran.

Sepeda melaju dengan santai, perasaan senang Doyoung terpampang di wajah putih pucatnya, Seandainya saja ini kencan sungguhan, apa aku membuat pengakuan sekarang saja, aaakh molla (tidak tahu), ucap Doyoung dalam hati, memperlihatkan senyum manisnya sepanjang jalan.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~


Bodo akh kesel sama Sehun,
Doyoung udah siap nembak Sejeong tuh!

Alesta Cho.

THANKS FOR READING
SEE YOU

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro