Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part.09 - Ksatria

Update
03/10/2019

Support Cast in this part – Son Eunseo

"PERSIAPKAN DIRI kalian untuk evaluasi akhir bulan, besok jangan ada yang terlambat." Guru Jung mengakhiri kelas yang lalu keluar dari kelas.

"Apa yang akan kau tampilkan?" Son Eunseo mendekati Yeonjoo yang masih membereskan alat tulisnya.

Karena hanya fokus memperhatikan Doyoung, Yeonjoo pun tak menyadari kehadiran temannya.

"Yeonjoo-ya?" ulang Eunseo, sambil menggoyang-goyangkan tangan di hadapan Yeonjoo.

Mata Yeonjoo masih tertuju pada Doyoung yang bergegas menyusul Sejeong. Pancaran kesedihan sekaligus kebencian terlihat dari wajah Yeonjoo, "Aku akan bermain biola." jawabnya lemah.

Meski tahu tak seharusnya Yeonjoo bertahan di akademi seni yang diikutinya bersama Sejeong sejak dulu, namun keduanya memilih untuk tak saling kenal. Mereka sama-sama menyukai musik, jadi tidak ada alasan untuk berhenti.

Lagi pula ada Doyoung yang juga menjadi murid di akademi, itu membuat tekad Yeonjoo semakin kuat untuk bertahan dan kelak lulus sebagai violinist. Aku tidak akan mengalah pada Sejeong, perkataan itu selalu terlontar dari mulutnya.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

"Sejeong-ah!"

Langkah Sejeong terhenti ketika seseorang memanggil namanya. Doyoung dengan napas memburu berdiri di hadapannya, seolah memperlihatkan lelahnya setelah berlari menuntun sepeda dengan keadaan kaki terluka.

"Ada apa?" Sejeong mengerutkan dahi kebingungan.

"Ayo kita pulang bersama." Sejeong mengeryit mendengar ajakan Doyoung, tak biasanya, mendadak ia teringat tawaran Sehun untuk mengantarnya pulang tadi sore namun dengan tegas ia tolak.

Doyoung segera menambahkan. "Rumah kita searah, aku mengetahuinya karena tak sengaja melihatmu berjalan di depanku. Tapi bukan berarti aku mengikutimu, hanya saja…"

"Kita tidak terlalu dekat." sela Sejeong biasa.

“Aku baru saja berniat untuk dekat denganmu, ayo kita berteman,” lagi-lagi situasi ini mengingatkannya pada Sehun yang lebih dulu menawarkan pertemanan padanya.

Tidak mau membuat orang di depannya kecewa, Sejeong menyambutnya dengan hangat, "Kau akan mengantarku dengan itu?" tanya Sejeong melirik sepeda.

"Tidak! Mungkin aku akan melakukannya jika kakiku sudah sembuh," geleng Doyoung menunjukan lukanya.

Sejeong memandang takut-takut luka di kaki Doyoung. "Apa kau sudah mengobatinya?" Doyoung kembali menggeleng. "Bagaimana ini aku tidak mempunyai obat ataupun plester." lanjut Sejeong sibuk sendiri merogoh tas ranselnya.

"Aku juga tidak memintamu untuk mengobatiku, terima kasih."

Sejeong tertawa kecil. "Kau ini lucu juga."

Di depan gedung Yeonjoo berdiam diri melihat Sejeong dan Doyoung dengan cemburu. Bercanda dan saling tersenyum bersama Doyoung adalah salah satu keinginannya. Rasanya Yeonjoo ingin mengambil alih semua milik Sejeong, dia tahu bahwa Doyoung menyukai teman terdekatnya dan dengan jahatnya dia menjauhi Sejeong satu tahun lalu.

Sejeong dan Doyoung berjalan beriringan, "Doyoung-ah biar aku bawakan sepedamu," kata Sejeong mengambil alih sepeda di tangan Doyoung.

"Aku merasa berterima kasih karena ternyata kau mengetahui namaku!" tak dapat dipungkiri bahwa sekarang ini Doyoung amat senang.

"Sudah enam bulan semenjak kau ikut bergabung dengan klub, bukankah kita juga satu sekolah dan permainan drummu sangat bagus. Aku menyukainya!" Doyoung mendengarkan dengan wajah berseri, lampu jalan yang biasanya mati mendadak hidup, menerangi langkah mereka.

"Oh lampunya menyala?" heran Sejeong merasa lega, "Kau tahukan lampu jalan di sini kerap kali mati, dan petugas selalu mengabaikan laporanku untuk memperbaikinya!" keluhnya melihat takjub cahaya yang menyala saling menyusul.

"Itu tidak akan terjadi lagi, selama kau melalui jalan ini bersamaku." Doyoung tersenyum lebar dan bersyukur karena memiliki kemampuan lunarkinesis.

Sejeong hanya tersenyum menanggapi guyonan temannya itu. Dia begitu senang melihat lampu jalan dan seseorang tengah berjalan bersamanya. Teman itu juga tidak membahas tentang kemampuan pyrokinesis, apa dia tidak takut?

Sejeong menapik semua pikiran negatifnya, dia harus memiliki teman yang mempercayainya untuk bertahan di sekolah. Setidaknya sampai ia lulus nanti,

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Jarum jam panjang bergerak melewati angka dua belas sedang yang lebih pendek menunjuk angka sepuluh. Ini sudah terlalu larut bagi Oh Sehun untuk menenangkan pikirannya, menghalau semua perasaan tak mengenakan yang mengeluarkan emosi berlebih.

Sungguh tak pernah ia bayangkan akan bersusah payah menawarkan pertemanan, menunggu seorang wanita menyelesaikan piket dan bersikeras mengantarkannya pulang.

“Sebenarnya apa yang terjadi padaku?”

Dia duduk sila di atas kasur yang berantakan, sekelilingnya juga bagai kapal pecah. Jika kakak sepupunya melihat, pasti dia akan memarahinya dan berakhir dengan membereskan kamar tanpa repot-repot Sehun pinta.

“Kenapa dia tidak langsung menolak ajakanku, jika begitu aku tidak usah menunggu apalagi membantunya membersihkan kelas…”

Angin itu berhembus di sekelilingnya, menjatuhkan beberapa buku komik yang tergeletak di atas meja nakas. Lembaran kertas putih juga berterbangan kemudian menyentuh lantai, belum lagi gorden yang berkibar.

Mendengar ribut-ribut di kamar sebelahnya. Chanyeol yang baru datang urung memasuki kamarnya dan lebih memilih membuka pintu kamar Sehun. Seketika itu juga mulutnya terbuka lebar, melihat keadaan ruangan yang sangat berantakan.

Si pemilik kamar masih dengan posisinya, mata terpejam dengan mulut komat-kamit, entah apa yang diucapkannya. Chanyeol sama sekali tak mau tau, ia meraih bantal yang tergeletak menyedihkan di atas lantai lalu dilempar tepat mengenai wajah Sehun.

“OH SEHUN! APA YANG KAU LAKUKAN!” jeritnya selagi Sehun bangkit dari tiduran mendadak akibat serangan bantal.

HYUNG, KAU MENGGANGGU MEDITASI KU!” Sehun balas berteriak, ia segera memelankan suara saat dilihatnya wajah Chanyeol mengeras menahan marah. “Aku, aku akan membereskannya… jadi Hyung pergi tidur saja.”

“Siapa yang bilang aku akan membereskan kekacauan yang kau buat.” sahut Chanyeol menghempaskan tubuhnya di sebelah Sehun, tidak memiliki kekuatan lebih untuk memarahi adik kesayanganya itu. “Katakan apa yang telah membuatmu kehilangan kendali?” ia melanjutkan berharap menemukan cara agar kemampuan Sehun dapat dikendalikan.

Sehun segera memosisikan tubuhnya ke arah Chanyeol, merasa senang karena lelaki itu tetap menjaga sikap baik terhadapnya. Ini adalah salah satu sifat Chanyeol yang sangat disukainya, yaitu tak bisa mengekspresikan kemarahannya. Terkadang berpikir kakaknya ini terlalu lembut dan polos secara bersamaan, benar-benar penyayang.

Malam itu ia bercerita banyak tentang teman sebangkunya, begitu sebaliknya dengan Chanyeol yang berkeluh kesah soal Seola.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Aktivitas sekolah baru saja akan dimulai, ketika para murid berdatangan ke tempat yang sudah mereka anggap sebagai rumah kedua. Sehun berlari kencang menuju gerbang sekolah yang hampir ditutup, dengan sekuat tenaga ia berhasil masuk. Tepat di depannya ia melihat sahabatnya Doyoung berjalan dengan kaki terpincang.

"Bukankah itu Doyoung, ada apa dengan kakinya?"

Jalan perlahan dan sangat berhati-hati, Sehun berniat mengagetkan Doyoung. Dia sedikit ragu karena temannya itu sedang mengobrol dengan murid wanita. Apa dia bersama pacarnya? Penasaran Sehun tapi tak terlalu dihiraukannya.

"KIM DOYOUNG!" kejut Sehun menepuk pundak sahabatnya.

Doyoung sontak memegang tangan Sehun. "Wah kau menyengatku!" seru Sehun mengibaskan tangannya. "Kemampuanmu berkem-," ucapannya terpaksa terpotong karena Doyoung menginjak kakinya.

"Kenapa kau menginjakku!" protes Sehun sambil memegangi kakinya.

"Sehun-ah," sapa Sejeong yang sejak tadi terdiam melihat kejadian yang tengah berlangsung.

"Uh, Kim Sejeong!" Sehun melupakan rasa sakit di kakinya, ia lebih penasaran dengan Sejeong dan Doyoung.

Mereka bertiga berjalan bersama di koridor kelas. Ketiganya saling terkagum karena dipertemukan bagaikan takdir.

"Semua yang terjadi di dunia ini memang takdir," tukas Sehun menanggapi perkataan Doyoung.

"Kenapa kau tidak bilang kalau kau berada di kelas 3-2 dan teman sebangkumu adalah Sejeong." ujar Doyoung.

"Kau tidak bertanya," Sehun bersikap cuek, tapi tidak kepada teman wanitanya. "Berarti kau bisa bernyanyi ya?" ia beralih menoleh pada Sejeong yang segera saja mengangguk.

Doyoung mencibir.

"Suaraku tidak terlalu bagus." malu Sejeong.

~Cekkak

Jiho mengambil photo, mengunggahnya di ruang obrolan kelas. Lihatlah pasti kalian akan terkejut ketika melihat ini, murid buangan Kim Sejeong dengan kedua ksatrianya! Tulisnya.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Hore, Doyoung udah berani berteman sama Sejeong.
Jadi trio dong sama Sehun…
Silahkan tinggalkan vote beserta komentar kalian setelah membaca chapter ini.
Yang berkenan follow akun aku juga silahkan ^^

Alesta Cho.

THANKS FOR READING
SEE YOU NEXT WEEK

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro