Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part.08 - Kesetiaan & Kepercayaan


Update
Wednesday, 02/10/2019

KIM DOYOUNG terlihat mengendarai sepeda dikeramangan malam. Sepanjang jalan ia menyesali rencananya yang gagal, bahkan tidak bisa membantu Sejeong yang dalam masalah. Kejadian kompor meledak di kantin masih menjadi topik hangat dan ia tahu bahwa Sejeong mendapat hukuman akan hal itu.

"Tidak bisa bertemu dengannya di taman belakang, alasanku juga kurang kuat jika harus masuk ke kelasnya begitu saja... kini kesempatanku hanya ada di tempat les." kata Doyoung mengayuh pelan sepeda.

Mereka memang mengikuti les yang sama di sebuah akademik seni. Namun Doyoung terlalu pengecut untuk mendekati Sejeong.

"Kali ini tidak boleh gagal, aku harus mengajaknya bicara!" tambah Doyoung, bertekad penuh keyakinan.

Sepeda melaju lebih cepat, semangat Doyoung seakan terpacu. Tanpa disadarinya, seorang wanita yang berjalan dari arah samping berbelok menuju arah yang sama dengan Doyoung. Saking asyiknya wanita itu memotret sekeliling, ia tak tahu ada sepeda di belakangnya yang tengah melaju cepat ke arahnya.

Sontak Doyoung sibuk mengerem sepeda di jalan yang sedikit menurun. "Minggir!" teriak Doyoung, peringatannya itu sama sekali tak terdengar.

Usaha Doyoung pun sia-sia karena jaraknya dengan wanitaᅳ yang tadi pagi berkunjung ke rumah Chanyeolᅳ terlalu dekat, sehingga tak mungkin untuknya berteriak lagi. Tak habis akal, Doyoung membelokan arah sepeda tepat melewati Seola dan terjatuh menghantam bahu jalan.

Barulah Seola sadar akan kehadiran orang lain di sekitarnya. "Ya ampun, kenapa kau tidak hati-hati!" serunya berlari menghampiri Doyoung yang tertindih sepeda. "Bagaimana ini? Apa kau baik-baik saja!"

"Aku tidak baik!" bentak Doyoung mencoba menyingkirkan sepedanya. "Bantu aku angkat sepedanya!" kesalnya memerintah dengan kurang sopan.

Walau tak suka dengan perlakuan laki-laki yang baru dilihatnya, Seola tetap membantu, "Kenapa kau marah-marah padaku!" ucap Seola ikut kesal.

Doyoung tertatih memegangi sepedanya, ia merasakan sakit di tungkai kaki. Benar saja ketika dilihat ternyata ada darah yang keluar dari mata kakinya. Kekhawatiran Seola begitu kentara mengetahui ada luka di kaki Doyoung.

"Sebaiknya kau segera mengobatinya, kalau tidak akan infeksi." Seola berusaha melihat luka Doyoung dengan memegangnya.

Jelas saja Doyoung tak mau, segera menarik mundur kakinya. "Kau harus bertanggung jawab!"

"K, kenapa aku?" heran Seola.

"Ini semua terjadi karenamu, aku berusaha menghindarimu sampai terjatuh begini!" protes Doyoung merasa tidak adil.

Akhirnya Seola kenapa sejak tadi ia disalahkan atas jatuhnya Doyoung. "Perbuatanmu itu sudah baik, kau memang harus melakukannya." ucap Seola ringan.

Tak mau kalah Doyoung kembali membela diri. "Kau datang tiba-tiba di depan sepedaku, lalu apa salahku?" Ia bersikukuh menyalahkan Seola.

"Seharusnya kau lebih berhati-hati ketika mengendarai, mengayuhlah dengan pelan ketika ada persimpangan." balas Seola memperingati dengan nada biasa.

"Wah kau benar-benar, bawa sepedaku!" ujar Doyoung memberikan kendali sepeda pada Seola.

"Kau menyuruhku memperbaiki sepedamu?" Seola terlihat enggan bahkan sepedanya cuma lecet sedikit, apa yang perlu diperbaiki, tidak ada, pikirnya memeriksa bagian lain sepeda.

"Maksudku, kau harus mengendarai sepeda ke Akademi Seni Youngwoon. Aku tidak bisa mengayuh dengan kaki seperti ini, cepat naik dan antarkan aku!" jelas Doyoung telah duduk di boncengan.

"Kau menyuruhku untuk memboncengmu, begitu!?" kaget Seola masih tak bergeming.

"Hmm, aku menyuruhmu. Cepat!" ulang Doyoung. Seola menghela.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Di depan gedung Akademi Seni Youngwoon.

Yeonjoo terus melihat jalan di depannya. "Kenapa dia belum datang juga,"

Dari kejauhan Seola susah payah mengayuh, sedang Doyoung yang duduk di belakang terus menyuruhnya agar mengayuh lebih cepat lagi.

"Siapa wanita itu?" ujar tak suka Yeonjoo, dia bersembunyi di bagian dalam gedung agar leluasa memperhatikan Doyoung. "Tak perlu khawatir, aku yakin dia hanya kakaknya. Mana mungkin Doyoung menyukai wanita yang lebih tua?"

Seola sudah memarkirkan sepeda. "Sepertinya kau menyukai musik." tebaknya melihat gedung seni.

"Makanya aku ada di sini sekarang." Doyoung berdehem, melanjutkan kalimatnya dengan canggung, "Biar bagaimanapun, terima kasih sudah mengantarku."

"Tidak masalah, aku akan pergi sekarang," pamit Seola mengedikan bahu, lalu menambahkan, "Lain kali kau harus berhati-hati." Seola menyunggingkan senyuman sebelum berjalan meninggalkan Doyoung.

Dengan kaki terpincang Doyoung melangkah menuju gedung berlantai dua di depannya, "Dia pikir karena siapa aku terjatuh," kata Doyoung tetap sulit mengakui kesalahannya.

Dibuat seperti suatu ketidaksengajaan, Yeonjoo berlagak baru datang juga. "Doyoung-ah apa kakimu terluka?" Cemasnya melihat cara jalan Doyoung.

"Bukan masalah besar." timpal Doyoung santai.

Tanpa diminta Yeonjoo sudah memapah Doyoung. "Jangan terlalu berharap banyak dariku, jika kau melakukannya mungkin saja kau bisa terluka." kata Doyoung, melepas pegangan tangan Yeonjoo dari lengannya.

"Apa kau masih menyukai Sejeong? Atau ada orang lain yang kau sukai?"

"Perasaanku pada Sejeong baru dimulai, aku akan mendekatinya hari ini dan seterusnya." tegas Doyoung jelas membuat Yeonjoo menatap tak suka.

Saat ini Yeonjoo berusaha keras agar tidak membuat kekacauan dengan apinya. "Aku juga akan melakukannya, mendekatimu setiap hari. Untuk itu kau jangan merasa tak nyaman dan jangan mengabaikanku." tukas Yeonjoo berjalan lebih dulu.

Mendengar keseriusan Yeonjoo, tatapan Doyoung tak luput darinya, meski hanya punggung yang terlihat menjauh. "Aku tak bisa menghentikanmu, lalu apa yang harus aku lakukan padamu?" desah Doyoung menghela napas.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Restoran bernuansa sederhana dengan satu sisi dinding penuh oleh tempelan post it, memiliki setengah bangku yang terisi pengunjung. Salah satunya terlihat Park Chanyeol tengah duduk menatap keluar jendela. Pelayan cafe hampir ragu dengannya yang tak kunjung memesan. Dalam keraguannya wanita pekerja paruh waktu itu terpaksa berjalan menuju pelanggannya.

"Selamat malam tuan, apa anda akan memesan sekarang?" tanyanya mengalihkan perhatian Chanyeol.

Sebelum membalas pertanyaan gadis muda itu, Chanyeol menyempatkan diri untuk membaca name tag yang terpampang di bajunya.

"Baek Yebin-sshi?"

Agak terkejut mendapat pandangan dari laki-laki tampan, berperawakan bagus, bertubuh tinggi sekitar 180cm dan badannya proposional, telah memanggil namanya beberapa saat lalu.

Yebin gugup, saking groginya ia menghindari mata Chanyeol, "Nde (Iya)?" Jawabnya seakan masih tak percaya Chanyeol menyebut namanya.

"Antara kesetiaan dan kepercayaan mana yang lebih kau sukai?" Chanyeol melontarkan pertanyaan yang langsung Yebin tanggapi.

"Tentu saja kepercayaan, dimana kita saling percaya maka kesetiaan itu ada!" seru Yebin begitu yakin dengan jawabannya. "Bukankah kau setuju?"

Belum sempat Chanyeol menjawab, Seola berlari ke arahnya dengan berteriak kegirangan. "Chagiya (sayang)!"

Yebin mengerucutkan bibirnya, kecewa, mengetahui panggilan sayang itu ditujukan pada laki-laki yang sedang mengajaknya bicara. Sama halnya dengan Chanyeol yang terkejut, beranggapan bahwa dirinya sedang bermimpikah?

Duduk terburu di hadapan mantannya, Seola menambahkan. "Apa kau menunggu lama?"

"Lama sekali," celetuk Yebin segera menutup mulutnya.

Suasana canggung tercipta, tak lama Seola tersenyum pada Yebin dan Chanyeol secara bergantian. "Oops mian (maaf), pasti kau belum memesankan?" tatapan Seola beralih pada Yebin yang masih berdiri di tempatnya. "Kalau begitu kita pesan satu mangkuk samgyetang (sup ayam ginseng) dan galbi (daging iga sapi panggang)." Yebin dengan cekatan mencatat pesanan, "Untuk minumnya air putih saja" lanjut Seola diakhiri senyuman.

"Saya akan segera antarkan pesanan kalian." pamit Yebin beranjak pergi, menyalahkan sikap Chanyeol yang sempat menggodanya padahal sudah memiliki kekasih.

"Siapa yang bilang aku ingin makan samgyetang?" masih bisa Yebin dengar ucapan Chanyeol yang dilontarkan pada Seola.

"Kaukan menyukainya." Seola tak ambil pusing, dan Yebin benar-benar tak suka mendengar keakraban mereka.

"Kau tidak ingin tahu kenapa aku terlambat?" imbuh Seola penuh semangat menaruh kameranya di meja.

"Kenapa? Apa sesuatu yang perlu aku ketahui?" Chanyeol balik bertanya.

"Eeih, kau akan terkejut jika mengetahuinya atau mungkin sedikit kecewa." sesal Seola mengisyaratkan kata sedikit kecewa dengan mendekatkan jari telunjuk dan ibu jarinya.

Chanyeol mulai serius. "Kau bertemu dengan takdir lain?"

"Benar sekali!" seruan Seola kali ini membuat tangan Chanyeol memegang dada dengan ekspresi kesakitan. "Kita dipertemukan dengan kecelakaan kecil." lanjut Seola sembari mengingatnya.

Kata kecelakaan mampu membuat Chanyeol khawatir. "Apa kau terluka?"

"Tidak, tapi kaki laki-laki itu yang terluka."

"Syukurlah kalau kau tidak terluka," barulah Chanyeol merasa lega dan bersandar. "Seharusnya dia mengendarai motor pelan-pelan saja!"

"Dia tidak membawa motor."

"Lalu apa? Mobil?"

"Bukan, tapi sepeda." senyum kikuk Seola.

Terang saja Chanyeol menghela dan berdecak kesal, karena reaksinya yang berlebihan menanggapi cerita Seola.

"Waaah aku hampir saja tertipu, seharusnya kau menjadi artis saja. Kau bagus dalam berakting, memanggilku sayang ketika kita sudah putus dan mampu merubah kejadian kecil menjadi besar. Ceritamu itu terlalu berlebihan, dan jangan panggil aku seperti tadi, itu menggelikan!" gerutu Chanyeol panjang lebar, menyinggung kata chagiya yang sempat diserukan Seola.

"Berlebihan apanya, akukan sudah bilang kecelakaan kecil kaunya saja yang bereaksi berlebihan!" bela Seola mengingat ucapannya, "Chagiya," lanjutnya mengelus kepala Chanyeol.

Laki-laki yang dipegang kepalanya itu menghembuskan napas keras, ia menepis pelan lengan Seola. "Hentikan!" gertak Chanyeol.

Seola malah sengaja mengucapkan kata chagiya berulang kali, dengan bermaksud menggodanya. Chanyeol menunduk menutup bagian atas wajahnya. Seola tertawa renyah.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Part ini edisi Chanyeol-Seola-Doyoung ternyata,
Windy Day akan kembali lagi besok ya!

Alesta Cho.

THANKS FOR READING
SEE YOU TOMORROW

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro