Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part.04 - Menawarkan Pertemanan


Update
Saturday, 21/09/2019

TATAPAN SEHUN TERLIHAT sangat menyesalkan kejadian yang sedang berlangsung. Apa karena itu teman sebangkunya dijauhi, dan mencoba untuk tidak dekat dengannya. Karena Sejeong sama sepertinya… ia tahu nama kemampuan yang katanya dimiliki Sejeong itu disebut pyrokinesis.

Sehun menghela napas panjang, pasti sangat sulit, pikirnya menatap iba Sejeong yang tengah bersikap tegar.

Tak lama seorang guru memasuki kelas, dan menyuruh murid-muridnya untuk segera duduk karena pelajaran akan segera dimulai. Semua berhamburan menuju bangku mereka, Yebin masih menatap tak senang pada Sejeong. “Jangan coba-coba untuk mengumpulkan tugasmu.” kecamnya dengan suara pelan, berlalu pergi.

“Sebaiknya kau dengar itu.” senyum kemenangan Yeonjoo terlihat setelah berbalik meninggalkan Sejeong.

Sejeong sudah duduk di bangkunya, dia menundukan kepala terlihat akan menangis. Tangan kanannya meraih pergelangan tangan kirinya tapi ia tidak menemukan benda yang biasa melingkar di sana.

"Gelangku?" sontak mata Sejeong melebar ketika melihat gelangnya memang tidak ada, ia tampak gelisah.

Tanpa sepengetahuan Sejeong ternyata Sehun sedang melihat ke arahnya. "Ada apa?" Penasaran Sehun yang hanya dijawab oleh gelengan kepala.

Dalam pikirannya Sejeong berusaha keras mengingat keberadaan gelang yang selalu menghiasi pergelangan tangannya. Kapan aku kehilangan gelangku, seingatku aku tidak pernah melepasnya, gelisah Sejeong makin kentara.

“Siapa pun yang tidak mengerjakan tugasnya, harap keluar kelas sekarang juga!” ujar Guru Kim dengan santai.

Kedua tangan Sejeong mengepal erat dalam kegelisahan yang tak kunjung reda, ia tak lagi memikirkan tentang tugas, hanya ada gelang dipikirannya sekarang. Tentu saja dengan jarak sedekat itu, Sehun dapat menyadarinya.

“Aku akan keluar!” seru Sehun berdiri dari duduknya, membuat sebagian murid menoleh padanya.

Tak lama Sejeong pun ikut berdiri tanpa memperdulikan tatapan teman-teman sekelasnya, bahkan ia tak sadar kalau Sehun lebih dulu keluar dari kelas. Melihatnya Yeonjoo menghela tak suka.

Seakan tak percaya Jiho menggeleng, “Ada apa dengan wanita itu, jelas-jelas dia mengerjakan tugasnya.”

Yebin dapat mendengar gerutuan Jiho, “Itu hanya taktik untuk mendekati Sehun, dasar rubah licik.” sahut Yebin sedikit memiringkan badannya ke bangku ketua kelas yang tepat berada di belakangnya.

“Licik sekali!” lagi-lagi Jiho menggerutu.

Dengan masih menunduk Sejeong berjalan keluar dari kelas. Kenapa aku harus keluar dari kelas? Batinnya setelah beberapa saat lalu membungkuk memberi hormat pada Guru Kim.

Walaupun tak suka melihat Sehun keluar dari kelas, namun Yeonjoo merasa senang karena opini buruk terhadap Sejeong bermunculan. “Aku tidak akan membiarkan satu orang pun dekat denganmu, termasuk Sehun… hanya aku yang harus berteman dengannya,” tekad Yeonjoo memandang nanar kepergian Sejeong.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Di depan kelas Sejeong dan Sehun berdiri tepat di sisi pintu kelas dengan mengangkat kedua tangan ke atas. Keduanya tak ada yang berniat berbicara, membuat Sehun bosan dan kesal dengan keadaan yang sedang dialaminya. Ia pun menurunkan tangannya, dan pandangan Sejeong beralih padanya.

“Kenapa kau melakukannya?” tanya Sehun sedikit kesal.

Tak mengerti dengan ucapan Sehun, Sejeong mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tangan Sehun tergerak memegang lengan Sejeong menyuruhnya untuk beristirahat dulu dari hukuman. Tentu saja Sejeong tidak mau karena takut akan ketahuan, dia pun kembali mengangkat tangan.

Menerima penolakan dari Sejeong membuat Sehun bedecak. “Keras kepala, seharusnya kau jangan melakukannya! Membuatku kesal saja, memangnya kenapa kalau kau memiliki kemampuan. Kumpulkan saja tugasmu, kenapa harus mengikuti perkataannya.” panjang lebar Sehun yang didengarkan Sejeong tanpa menoleh pada orang yang berdiri di sampingnya.

“Kau sendiri, kenapa keluar?”

Pertanyaan gadis di sebelahnya itu berhasil membuat Sehun bingung, dia hanya mengikuti kata hatinya dan disinilah ia berada, “I…iitu karena tugasku ketinggalan! Jadi jangan berpikir bahwa aku dengan sengaja melakukan hukuman bersamamu!” sanggahnya agak tergagap.

Sejeong yang hampir tak pernah tersenyum, kini terkekeh kecil.

“Mana ada yang mau melakukan hukuman bersamaku, sekedar berjalan beriringan pun enggan,” tukas Sejeong tersenyum miris. “Karenamu aku akan mendapatkan masalah, jadi diamlah dan jangan ikut campur.” lanjutnya tak sesuai dengan keinginan hati.

Sejujurnya Sejeong ingin memiliki satu teman yang dapat diandalkan, agar tahun terakhirnya di sekolah lebih mudah hingga lulus nanti.

“Tapi apa benar kau memiliki kemampuan itu?” keingintahuan Sehun terlihat jelas, dan tidak ada niatan Sejeong untuk menjawabnya. “Ayolah beri tahu aku, maka aku juga akan memberitahukanmu satu rahasia terbesarku.” bujuknya tak mau kalah.

Entah kenapa Sejeong mulai tertarik, dia menoleh pada Sehun yang dibalas anggukan kecil. Untuk beberapa detik mereka terdiam, ekspresi Sehun terlihat menyuruh Sejeong untuk segera berbicara. Tapi gadis itu malah memalingkan wajahnya, jelas Sehun kecewa.

“Tidak bisa, aku tidak bisa memberitahukannya pada siapa pun.”

Sedikit kesal, Sehun pun menurunkan tangan Sejeong sehingga membuat gadis itu tersentak tatkala menoleh pada Sehun dengan tatapan terganggu. “Oke, aku anggap kau memang memiliki kemampuannya dan tidak ingin dekat dengan siapa pun karena takut melukai mereka. Untuk itu aku akan melindungimu, dan aku tidak akan pernah terluka karenamu…”

Sejeong menyela, “Jangan berpikir untuk melakukan itu, aku tidak perlu kau lindungi. Urus saja urusanmu sendiri dan jangan pedulikan aku, mengerti?” tolak Sejeong kembali mengangkat tangannya, melanjutkan hukuman yang kerap kali selalu dilakukannya selama setahun terakhir.

Kembali mendapatkan penolakan membuat Sehun berdesis sebal, ia hampir saja menerbangkan kapal kertas yang tergeletak tak jauh di depannya. Sambil terus menggerutu merutuki perbuatannya, sampai harus melakukan hukuman bersama wanita keras kepala.

"Harusnya aku kumpulkan saja tugasku."

Rambut hitam panjang Sejeong berkibar, ia sedikit menggerakan kepalanya agar rambut itu tak menutupi wajahnya. Gerutuan pelan Sehun tadi dapat terdengar olehnya, ia sedikit melirik laki-laki di sebelahnya. Merasa heran mengapa teman sebangkunya itu berpura tak membawa tugas hanya untuk menemaninya menjalankan hukuman. Kenapa?

Dilihatnya wajah Sehun lekat-lekat, berharap menemukan ketulusan dari ucapan pria tersebut.

Apa tidak apa-apa kalau berteman dengannya dan membiarkannya dekat denganku? Mungkin dia bisa membantuku, dan setidaknya aku memiliki seseorang untuk bersandar. Batin Sejeong diiringi helaan, ia segera mengalihkan pandangan ketika Sehun menoleh sambil berdecih.

Sejeong juga tak lupa menundukan kepala sambil mengangkat tinggi kedua tangannya, saat itu kapal kertas terbawa hembusan angin menjauh ke tengah koridor.

Sehun yang agak kesal malah mencoba memainkan pergerakan angin, tertawa kecil ketika mengetahui Sejeong kesulitan merapihkan rambut dengan tak berani menggunakan tangannya yang sedang dihukum barang sebentar saja.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

“Ken! Ken! Dimana kau?” seru Sejeong dengan membawa wortel di tangannya. “Apa dia makan dengan orang lain, aku harap dia tidak berkhianat.” lanjutnya agak kecewa karena yang dipanggil Ken tidak kunjung datang.

Duduk berselonjor dengan bersandar di pohon yang tak cukup besar namun rindang sudah menjadi kebiasaan Sejeong. Selama ini ia menghabiskan jam istirahatnya di taman belakang sekolah yang sepi. Menghabiskan makan siangnya seorang diri, menjauh dari keramaian yang biasa pelajar lain lakukan bersama teman-teman seusianya.

“Aku benci makan sendiri.” Sejeong menghela melihat sisa makanan yang tinggal sesuap itu.

Tiba-tiba seekor kelinci putih menghampirinya. Senyum Sejeong pun merekah menyambut binatang bertelinga panjang itu. Tangannya membelai bulu halus kelinci dengan telinga yang turun sebelah.

“Ken, kau kemana saja! Aku hampir saja menghabiskan makananku tanpamu,” keluh Sejeong menyodorkan wortel pada kelinci yang dipanggilnya Ken.

Rupanya dia sering bermain dengan kelinci tersebut, menghabiskan jam istirahatnya bersama Ken. Dengan hati-hati Sejeong menyentuh telinga Ken yang turun, berharap akan naik kembali. “Jangan memperlihatkan kesedihanmu padaku, seharusnya kau bahagia ketika bersamaku. Jadi angkatlah telingamu…”

Usaha Sejeong tak sia-sia, dia berhasil membuat telinga Ken kembali naik. Saking senangnya ia mengacak-acak bulu halus Ken, sambil terus memberinya wortel. Tak jauh dari lantai dua gedung sekolah, terlihat Doyoung yang tersenyum lebar. Pandangan matanya tertuju pada Sejeong yang sedang mengejar Ken, sesekali kelinci mungil itu berbalik untuk memakan wortel yang dipegang Sejeong.

Senyum Doyoung berubah menjadi sebuah keyakinan, dengan tatapan berbinar ia berkata. “Besok, besok akan aku pastikan menghampirinya dan bermain dengannya.” kali ini Doyoung bertekad dengan pasti, dia sudah lama memperhatikan Sejeong namun tak pernah berani berbicara padanya atau bahkan untuk sekedar menyapa.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

“Mari kita berteman!”

"Kau ini tidak mengerti bahasa korea ya, aku bilang tidak mau! Kenapa kau memaksa!" Seru Sejeong pada Sehun yang tengah mengikuti perjalanan pulangnya.

Tak mau kalah Sehun membalas dengan tegas bahwa dia tidak memaksanya. "Kenapa ini terlihat seperti aku yang membutuhkanmu, hai wanita berkepala batu!" Kesalnya menghalangi langkah gadis berwajah kesal di depannya.

Langkah kaki Sejeong terhenti, meniup kasar poni yang menutupi dahinya, "Kau yang keras kepala! Menyingkir dari jalanku sekarang juga!" suruhnya semakin kesal, Sehun tetap bersikukuh menghadang dengan merentangkan tangannya.

"Sebenarnya apa yang kau takut, kan?!"

"Aku takut akan membakarmu! Jadi menyingkirlah!" Sejeong mendorong Sehun sekuat tenaga.

Apa yang dikatakan Sejeong mengingatkan Sehun pada sesuatu, “Kau baru saja mengakui bahwa kau memiliki kemampuan itu!” ujarnya kembali berdiri di hadapan Sejeong.

Kemarahan Sejeong tak bisa ditahan lagi, ia menendang kaki Sehun dan melewatinya begitu saja. Tak lama rambut Sejeong melambai-lambai karena hembusan angin yang tiba-tiba menerpanya.

Benda di sekitarnya mulai bergerak, beberapa daun jatuh dari dahannya dan selembaran brosur bergerak, terbawa sampai mengenai kakinya. Sejeong memicingkan mata terperangah dengan apa yang sedang terjadi. Ini aneh, pikirnya. Ia pun berbalik untuk melihat Sehun.

Untuk sesaat Sehun terpesona pada Sejeong yang sedang memandangnya curiga, dengan rambut terkena hembusan angin menutupi sebagian wajah polosnya yang tengah kebingungan.

"Kau?" Perkataan Sejeong tertahan karena ia tak tahu harus bertanya apa.

"Kau berubah pikiran?" sahut Sehun mengambil kesempatan dengan cepat, ia terlihat yakin bahwa Sejeong akan menerima tawarannya.

"Tidak, tidak akan pernah!" Sentak Sejeong urung menanyakan kejanggalannya tentang angin yang tiba-tiba berhembus, ia segera berbalik dan melanjutkan langkahnya.

Mungkin hanya angin biasa, ia membatin sambil memegangi tengkuk, merasa heran.

Tangan Sehun mengepal kuat, menahan kemarahan akan suatu penolakan. Ini pertama kalinya dia menawarkan pertemanan, tapi… apa-apaan ini? Dia harus menerima penghinaan,

“Awas saja, kau pasti akan menyesalinya!” seru Sehun selagi angin berhembus sedang, namun mampu membuat orang yang lewat kedinginan dimusim panas.

~Ŵĩńďŷ Ďàŷ~

Nantikan hubungan Sehun-Sejeong yang mulai berkembang di part selanjutnya,
Jangan lupa berikan apresiasi ya…

Alesta Cho.

THANKS FOR READING
SEE YOU NEXT WEEK

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro