Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 9

ASSALAMUALAIKUM ^^

Berharap banget part ini dapat mengganti atau yah sekedar mengobati part kemarin yang kacau TT.TT

Kalo part ini aku bikinnya pas kepala lagi seger, haha

Oh iya, sepertinya ini bakalan Loooooong shoooot banget a.k.a panjang banget karena udah part 9 tapi belum apa apa ini teH. Maaf kalo aku terlalu bertele-tele yah..

Silakan disantap..

Cusss~

-

-

-

-

Pagi-pagi sekali, Reno sudah di bangunkan oleh suara Haru yang tengah bernyanyi dengan begitu kencang dan suara air dari kamar mandi dalam kamarnya. Haru sedang mandi ditemani oleh neneknya, mau mandi atau pun kegiatan lain Haru selalu saja bernyanyi, suaranya memang cukup bagus sebenarnya. Setidaknya untuk ayahnya sendiri.

"Oma! Hari ini Haru mau jalan-jalan sama papa!" Pekikan Haru dalam kamar mandi terdengar oleh Reno. Ia bangkit dari posisi tidurnya dan meraih ponselnya lalu melihatnya sebentar.

Hari ini memang jadwalnya bermain bersama Haru seharian, biasanya setelah melakukan perjalanan ke luar kota ia selalu mengambil libur esok harinya, untuk mengganti waktunya yang tersita untuk perjalanannya. Lagipula, ia pemilik Hotelnya, tidak masalah jika ia tidak masuk satu hari saja. Ia tetap bisa mengontrol Hotelnya dan beberapa hal lain yang harus ia kerjakan.

"Papaa!" Haru berlari dengan Handuknya yang bergambar Minnie Mouse berwarna pink. Tetesan-tetesan air masih menetes dari tubuhnya.

"Sudah mandinya sayang?" Reno berjongkok ke arah Haru lalu menggendongnya dan mendudukannya di atas kasur. Tangannya meraih handuk lain dan mengelap pelan rambut Haru, mengeringkannya.

"Sudah.. seger papa!"

"Seger? Haru mandi pake air dingin?"

"Iyaaa!"

"Loh, mamaa..!" Reno menengok ke arah kamar mandi dan ibunya keluar dengan membawa baju kotor Haru.

"Kenapa Ren?"

"Kok mama mandiin Haru pake air dingin sih ma?" Protesnya. Maryam menghela napasnya kasar, sifat berlebihan Reno mulai muncul sekarang.

"Emangnya kenapa sih Reno? Haru kan sudah besar."

"Haru masih empat tahun ma, nanti gimana kalau Haru sakit? Kalau dia masuk angin? Kalau dia kenapa-kenapa. Kan mencegah lebih baik daripada mengobati."

"Aduh, kamu jadi bapak tuh bawel banget ya Ren, gak kebayang kalo Haru sudah besar nanti."

"Bukan begitu ma. Ini kan masalah suhu air yang dipake buat mandi Haru."

"Ah kamu suka lebay! Renita aja dua tahun udah mama mandiin pake air dingin, pagi siang sore. Masa Haru empat tahun gak boleh, lagian dia suka kok. Dia bilangnya seger. Emangnya kamu, udah bapak-bapak juga mandi air anget terus!" Ucapan Maryam membuat Reno terdiam seketika, mulutnya terbuka tapi kembali tertutup lagi.

"Papa, oma.. gak boleh ribut. Kata tante Sharen, airnya hangat kuku aja. Biar seger tapi gak bikin Haru sakit." Betapa polosnya ucapan Haru. Seketika membuat ayah dan neneknya menatap ke arahnya. Neneknya tersenyum tetapi ayahnya menatapnya tak menyangka.

"astagaaa.. Kamu dikasih apa sih sama tante Sharen kamu? Dari kemarin ngomonginnya Sharen lagi Sharen lagi." Menjambak rambutnya, Reno bangkit dari duduknya dan menatap Haru dan ibunya bergantian. Semalam setelah ia pulang mengantarkan Sharen, ibunya tak henti-hentinya membicarakan Sharen, dan Haru juga. Sepanjang waktunya sebelum mereka tidur Haru terus menerus menyebutkan tante Sharen berpuluh-puluh kali hingga mungkin nama tante Sharen yang disebut Haru bisa menjadi suara baru dalam pintu ruangan di kantornya!

"Mama bajuin Haru, Reno mau mandi air dingin." Ucapnya sedikit ketus dan segera beranjak dari tempatnya. Maryam tertawa melihat tingkah anaknya, ia menatap Haru penuh kemenangan dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Yess!" Pekik Haru. Ia menyambut tangan neneknya dengan senang.

"Anak pintaaar.. oma bener-bener bangga sama Haru. Aduh, Haru anak siapa sih?"

"Anak papa Reno oma!"

"No,bukan papa Reno.. papa ilham!" Bisik Maryam. Haru mengerutkan keningnya.

"Ilham itu siapa oma?"

"Ilham itu nama papa Haru. Mareno Adzanul Ilham Saputra. Nah, Haru nanti panggilnya papa Ilham ya?"

"Papa ilham!"

"Iyaap! Pinterr cucu omma.." Maryam mencium pipi Haru dan terkikik geli sendiri memikirkan saat Haru menyebut papanya dengan panggilan yang paling di bencinya.


******


Sharen mengendarai motornya dengan cepat, rasa sakit di perutnya sangat mengganggunya dan ia benar-benar tidak dapat lagi menahannya. Sebentar lagi sampai, ya. tinggal satu kali belokan dan ia akan sampai.

Dengan susah payah, ia membelokkan motornya dan melaju sedikit lebih cepat. Begitu sampai di parkiran, ia memberhentikan motornya di sembarang tempat lalu menyerahkan kuncinya pada pak Ohan―satpam di tempat kerjanya dan meminta untuk membetulkan posisi motornya.

Langkahnya begitu cepat untuk masuk ke dalam, tangannya meremas perutnya kencang dan wajahnya sudah memucat, seperti tak ada darah lagi.

Ia segera masuk ke dapur, mengambil Tupperware hijau miliknya lalu mengisinya dengan air panas dan setelah penuh, ia duduk dengan lemas dan menempelkan botolnya di dekat perutnya, mengompresnya.

"Sakit lagi Ren?" Seseorang tiba-tiba saja masuk mengambil air minum dan meneguknya. Ia berdiri menghadap ke arah Sharen dan memperhatikan Sharen yang tengah kesakitan. Tidak ada sahutan apapun dari Sharen karena rasa sakitnya, ia hanya bisa mengangguk lemah seraya menahan sakitnya.

"Makanya, kata aku juga apa! Biar menstruasi gak sakit itu ya cuman dua pilihannya. Kamu rajin olahraga, atau kamu nikah! Beres deh urusan.." Ucapnya. sharen mendelik ke arahnya.

"Aku kan gak suka olah raga, beda sama teh Lia." Gumamnya lemah. Lia tertawa menimpalinya.

"Kalo gitu kamu nikah! Biar hormonnya seimbang." Ucapnya, ia sedikit tertawa. Terlebih melihat ekspresi Sharen yang menggelap tiba-tiba.

"Ya mau nikah sama siapa sih teh? Calon aja belum ada." Gerutunya. Sakit di perutnya sudah mereda dan ia mengambil Tupperware nya lalu meminum sedikit airnya.

"Ya kalau jodoh siapa yang tau Ren, kamu lupa? Jodoh itu jorok!"

"Ya.. no comment deh teh."

"Berjuang ya Sharen! Buat ngilangin sakit kamu pas pms hahaha."

"Aduh teh, nikah tuh kan ibadah masa niatnya buat ilangin sakit pms."

"Ya, nikah memang ibadah. Kalau penghilang pms mah itu bonusnya!" Ucap Lia. Sharen menggelengkan kepalanya . memang kalau sudah berbicara penghilang pms dan nikah bersama Lia akan sangat panjang.

Lia adalah bidan di Daycare tempatnya bekerja. Daycare nya ini sebenarnya bergabung bersama sebuah rumah bersalin, kini menjadi sebuah klinik ibu dan anak. Selain klinik juga ada pelayanan jasa yang lain untuk ibu dan anak.

Salah satu dokter pernah mengatakan pada Lia kalau penghilang rasa sakit waktu menstruasi adalah dengan olahraga atau menikah, dan kebetulan yang selalu mempunyai masalah dengan menstruasi adalah Sharen. Dari semua karyawan disini ia yang paling merasakan kesakitan, tak jarang ia juga sampai pingsan saat bekerja. Dan bukan hanya Lia, semua orang akan terus menerus merecokinya. Menyuruhnya olahraga, atau menyarankannya menikah.

Bukan menikah penghilangnya, tepatnya sebuah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah menikah.


*****


Di pucuk pohon cempaka.. burung kutilang berbunyi

Bersiul siul sepanjang pagi dengan tak jemu-jemu

Mengangguk-angguk sambil berseru

"LILILI..LILI..LILILI" Suara Haru yang tengah bernyanyi terdengar saat Reno keluar dari kamarnya. hari ini Reno memakai celana Cargo berbahan katun twill stretch berwarna coklat dengan kaos putih bertuliskan 'Haru Daddy' di tengahnya. Rambutnya yang masih basah ia biarkan seadanya tanpa menyisirnya, ia hanya merapikannya dengan jarinya. Suapaya tidak terlihat berantakan.

Reno berjalan mendekati Haru yang mendengarkan lagu dalam tab nya di kursi meja makan. Kakinya mengayun-ayun ke depan dan ke belakang sementara kepalanya bergoyang ke kanan dank e kiri.

Putrinya sangat cantik hari ini, ia memakai celana jeans pendek berwarna biru dengan sabuk pink yang di depannya terdapat kepala Minnie mouse lalu kaus kaki belang hitam putih dan sepatu boots berwarna hitam dengan dua gesper di sampingnya. Tak lupa kosnya yang berseragam dengan Reno, bertuliskan 'Papa Reno Daughter' dan rambut panjangnya, di biarkan terurai dengan bando hitam berpita putih. Cantik, lucu, dan menggemaskan!

"Anak papa cantik sekali.." Reno duduk di sebelah Haru. Ia mengambil sepotong roti juga selai kacang lalu mengoleskannya. Haru hanya tersenyum sekilas, ia sedang sibuk bernyanyi dan tidak bisa berbicara apa-apa untuk sekarang. Kebiasaannya. Baiklah, Reno makan sendiri. Di iringi music anak-anak tentunya.

Selesai sarapan, dan selesai mini Konser Haru. Reno mengambil tas nya juga tas Haru dari dalam kamarnya di rumah ibunya. Sekarang saatnya mereka pulang, ibunya sedang pergi ke pasar saat ia melihat pesan dalam ponselnya, jadilah di rumah ini tidak ada siapa-siapa dan ia berpamitan pada ibunya lewat ponselnya.

Haru tengah berpamitan pada Honey di belakang, setelah memasukkan barangnya ke dalam mobilnya, Reno menghampiri Haru. Anak itu sudah selesai berpamitan, raut wajahnya sedih sekali. Membuat Reno mengerutkan keningnya.

"Haru kenapa?" Tanyanya. Ia mensejajarkan posisinya, berjongkok di depan Haru.

"Papa kemarin dali Bali kan?" Tanyanya. Reno menganggukkan kepalanya, tapi raut wajah Haru semakin mengerut sedih.

"Papa gak bawa pie susu?" Tanya Haru lagi. astaga! Reno lupa satu hal wajib itu!

"Papa lupa.."

"Papaa jahat!" Pekik Haru. Reno tersentak. Kok?

"Maaf ya sayang? Papa bener-bener lupaa.."

"Papa Jahaaat.. Padahal Haru mau pie nya." Rajuk Haru, matanya mulai memerah dan dalam sekejap air mata sudah turun berlomba-lomba dari matanya.

"Astaga.. Haru, maaf ya? maafin papa.. kemarin papa benar-benar lupa." Reno meraih tubuh Haru ke dalam pelukannya lalu melepaskannya lagi dan megusap pelan air mata anaknya. Ia memang benar-benar lupa kemarin, biasanya satu jam ia sempatkan untuk membeli oleh-oleh, tapi waktunya kemarin benar-benar padat sekali dan ia benar-benar tidak sempat sehingga membuatnya lupa.

"Tapi Clara.." Masih terisak, Haru menatap Clara dengan tatapan penuh penyesalan. Reno mengikuti arah tatapan Haru pada kucing ibunya.

"Kenapa Clara?"

"Clara gak mau makan. Haru udah janji mau kasih Clara pie susu supaya dia makan. Tapi papa gak bawa pie susunya. Nanti bagaimana kalau Clara sedih?"

ASTAGAAA!!

Jadi hanya karena Clara? Seekor kucing?

Reno hampir saja dibuat kaget karena Haru tiba-tiba saja marah dan menangis juga menyebutnya jahat.

"Ya udah, besok papa pesen pie susu nya biar di kirim kesini ya?" Bujuknya. Haru mengangguk.

"Nah,sekarang jangan menangis ya?" Tangannya ia ulurkan untuk mengusap kembali air mata Haru.

"Iya papa.." Suara Haru mendadak serak karena menangis, Reno menciumnya pelan lalu tersenyum. Haru menghela napasnya dan tersenyum memperlihatkan seretan gigi-gigi kecilnya.

"Nah, pinter.. anak siapa coba?"

"Anak Papa Ilham!" Haru memekik seraya melemparkan dirinya ke dalam pelukan Reno, sementara Reno yang mendengarnya hampir saja membuat kedua bola matanya meloncat ke luar.

"Papa siapa?" Tanyanya lagi. sekedar memastikan saja.

"Papa ILHAM!" pekik Haru lagi. Reno mendengus kesal. Ya Tuhan.. pasti mamanya!!!!!


*******


Maryam berhenti tepat di hadapan sebuah Café eskrim yang berada tepat di sebrang Daycare tempat Sharen bekerja. Ia tersenyum penuh arti kemudian mengirimkan sebuah pesan pada Reno.

'Ren, di dago ada Café eskrim. Bagus tuh, enak katanya. Nuansanya juga anak-anak banget. Nanti kamu cobain kesana ya?'

Setelah pesan terkirim, ia tersenyum kembali dan memerintahkan supirnya untuk kembali melajukan mobilnya.


******


"Bunda Sharen.. itu agni sudah datang." Seruan seseorang di luar membuat Sharen dengan cepat membenahi diri dan penampilannya. Kerudung yang ia pakai sempat miring sedikit, mungkin karena efek dari sakitnya. Untung saja sekarang sakitnya sudah reda.

Dengan cepat, Sharen berjalan kea rah parkiran. Agni sudah berada disana dan begitu melihatnya, anak itu langsung tersenyum dan berlari ke arahnya.

Sharen berjongkok untuk menangkan Agni ke dalam pelukannya, memeluknya sebentar dan ia kembali berdiri. Menyapa salam pada seseorang yang mengantar agni.

"Sekarang om nya lagi yang mengantar." Ucap Sharen. Pria di hadapannya tersenyum.

"Iya bun, kakak saya buru-buru tadi, kebetulan saya menginap jadi saya yang mengantar Agni."

"Ah, begitu.."

"Iya.. kalau begitu, saya pamit dulu ya? Agni, baik-baik ya sama Bunda Sharen nya." Pria itu berjongkok dan mengusap kepala agni lembut.

"Siap om Mus!" Pekik Agni.

"Kalau begitu saya pamit bunda. Agni, om ketemu temen om dulu ya, nanti di jemput lagi. daah.."

"Dadah om."

Dan setelah itu, Agni masuk bersama Sharen ke dalam sementara Mushkin―om Agni segera masuk kembali ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya.

Setengah jam kemudian ia sampai di KFC yang berada di kawasan I.r H. Juanda, jalanan sedikit macet dan membuat waktunya lebih lama di perjalanan. Saat ia masuk, Reno melambaikan tangannya menyuruhnya untuk mendekat.

"Disini mus!" Ucap Reno. Mushkin memilih untuk menghiraukannya terlebih dahulu, ia memesan Kopi lalu membayarnya dan berjalan mendekati Reno yang tengah duduk bersama Haru.

"Pagi-pagi, lu ngajak gua ketemu Reno! Jam berapa ini." Menarik kursinya, ia kemudian duduk. Tersenyum pada Haru dan menatap sengit pada Reno.

"Sorry mus, gue tadinya mau pulang dulu ke rumah. Tapi Haru keukeuh pengen pudingnya KFC katanya."

"Astaga, Lu bisa bikin sendiri! Dan pudding? Demi aku dan kamu yang tidak akan menjadi kita!! Reno! Lo kesini beli itu doang? Cuman goceng gila!"

"Haru juga pengen donat Mus, Ayam juga."

"Semua aja lah. Lu beli sekalian nih KFC mampu kan?" Reno tertawa saat mendengar ucapan sahabatnya itu. Ia hendak bicara,tapi pelayan memberikan pesanan kopi milik Mushkin. Pria itu meraihnya lalu menyeruputnya pelan.

"Ini baru jam Setengah sepuluh, gak baik gosip jam segini. Tapi Reno, gue penasaran akan sesuatu." Mushkin meletakkan cangkir kopinya dan menatap Reno penuh selidik. Pria itu sekarang tengah mengelap mulut Haru yang belepotan dengan telaten, ia lalu mengeluarkan tissue basah untuk mengelap tangan Haru yang lengket. Melihatnya, membuat Mushkin bergidik.

"Astaga, berasa jalan bareng ibu-ibu." Gumamnya. Reno melemparkan senyum ke arahnya. Ia telah selesai dan menggulungkan tissue bekas mengelapnya lalu memasukkan ke dalam kantong plastic dalam tas Haru. Astaga!

"Belum ngerasain sih lo punya anak Mus. Nikah gih, udah tua juga."

"Bhaahh! Nikah sama siapa? Sama kerbau? Sorry Mareno, nikah itu gak segampang buka pintu."

"Ya, tapi kan umur lo makin tua mus."

"Dua puluh Tujuh! Kalo lo gak lupa, gue seumuran sama lo! Gak ketuaan kok, target gue itu nikah tiga puluh tahun."

"Alamat anak gua masuk SD lo baru nikah dong." Ucap Reno. Mushkin mengangkat bahunya.

"Itu sih ya lo nya aja, yang nikahnya kecepetan." Sahut Mushkin. Reno tersenyum tipis, ia lalu kembali berkutat pada Haru. Membuat Mushkin menghela napasnya, ya memang begini kalau ia dan Reno sudah membicarakan masalah Reno yang nikah begitu muda.

"Lo udah punya calon baru Ren?" Mushkin tiba-tiba saja bertanya.

"Calon apa? calon tanah buat bikin Hotel? Lagi cari sih mus, susah sekarang. Di Bandung lahannya udah penuh."

"Bukan itu pe'a, maksud gue. Calon buat lo.. itu.. teman hidup." Sebuah senyuman miring tersungging di bibirnya bersamaan dengan alisnya yang bergoyang. Demi Tuhan, Reno geli melihatnya.

"Hihihi om Mus Lucu!" Pekik Haru tiba-tiba. Mushkin malah semakin mendekat kepada Haru dan dengan sengaja ia mengulang lagi sikapnya yang tadi, membuat Haru semakin tertawa geli karena melihat tingkahnya.

"Ya ampun Haru! Astaga, lucu banget. Om gemes jadinya. Anak siapa sih?"

"Anak Papa ILHAAAAM!!!" Haru memekik dengan kencang disertai Mushkin yang mendadak tertawa dengan begitu kencang saat mendengar Haru menyebut papanya Ilham, tawanya semakin meledak ketika melihat ekspresi Reno yang langsung menggelap tiba-tiba.

"God!" Ia menghentikan tawanya, tapi saat melihat Reno ia justru malah tertawa lagi, dan Haru mengikutinya tertawa tanpa alasan yang jelas.

"Mus! Jangan malu-maluin deh mus." Gerutu Reno. Ekspresinya benar-benar gelap dan terlihat sekali ia begitu kesal. sementara temannya terus menerus menertawakannya dengan kencang. Apa ia mau disiram kopinya sendiri?

"Om! Berhenti ketawanya, perut Haru sakit." Protes Haru, Mushkin mencoba mengontrol dirinya dan menghentikan tawanya sejenak.

"Ya ampun Haru, maaf! Om lepas kendali. Hahahahaha."

"Om kenapa sih?" Haru menempelkan tangannya di dahi Mushkin, membuat pria itu menatapnya dan kini giliran Reno yang tertawa.

"Lu ajarin anak lu beginian Ren?" Tanyanya. Reno memilih untuk mngedikkn bahunya.

"Oh iya, Haru.. papa kamu itu paling gak suka di panggil Ilham."

"Kenapa?"

"Soalnya dulu yang namanya Ilham itu banyak, kayak bala-bala. Ada dimana-mana! Sampe tukang daleman di BIP aja namanya Ilham."Ucap Mushkin. Ia hendak tertawa tetapi Reno segera menyumpali mulutnya dengan Chickhen Drum Stick.

"Hus! Lu ngomong begituan depan anak gue?" Ucap Reno, matanya melotot ke arah Mushkin.

"Gue tuh mau curhat Mus, bukan mau buka masa lalu." Ujar Reno lagi. Mushkin mengambil Chickhen Drum Stick yang berada di mulutnya dan memakannya dengan ebnar.

"Kenapa?" Tanyanya. Kali ini ia mulai serius.

"Mama, dia akhir-akhir ini bertingkah aneh.."

"Maksud lo?"

Dan mengalirlah semua cerita Reno tentang perilaku Ibunya yang sangat aneh belakangan ini, yang ternyata penyebabnya adalah kesalahpahaman ibunya dengan seseorang yang tak sengaja ditemuinya yang sialnya Haru begitu menyukainya. Mushkin mendengarkannya dengan seksama, tetapi dari semua yang ia dengarkan. Ada satu hal yang mengganjal dalam pikirannya.

"Ya, jadi gue gak enak sama Sharen." Apa Sharen yang Mushkin kenal?

"Yah, gue sih berharap gak ada banyak urusan jadi gak usah titip Haru ke Daycare itu lagi."

Daycare?

Sharen?

"Reno Reno.." Ucap Mushkin tiba-tiba. Reno mengangkat kepalanya.

"Apa?"

"Apa Daycare nya yang suka gue saranin ke lo? Yang anak kakak gue juga disana." Ucap Mushkin. Reno terlihat ragu tapi pada akhirnya ia menganggukkan kepalanya.

"Astaga! Jadi Sharen itu Bunda Sharen? Ya Tuhan Reno... gue mah kenal sama dia! Dia yang urus anak kakak gue dari waktu kecil."

"APAAAA???"


*********


Reno benar-benar tidak menyangka saat mendengar semua ucapan dari Mushkin sahabatnya. Astaga! Kenapa dunia sesempit ini? Jadi yang dulu selalu di ceritakan oleh Mushkin bahwa anak kakaknya selalu dalam asuhan orang yang sangat tepat adalah asuhannya Sharen?

"Oh iya, lo inget bu Ali kan? temen Arisan mama lo sama mama gue."

"Oh, iya.. bu Ali yang sering nemenin mama ke pasar."

"Nah! Kemaren mama gue udah nyuruh-nyuruh gue nikah, itu gara-gara bu Ali bilang katanya lu mau nikah. Mama gak sabar, katanya masa lo udah dua kali gua belum juga."

Reno memejamkan matanya, Ya Tuhan...

Kenapa gosip di kalangan ibu-ibu beredarnya begitu cepat sekali?

Kalau sudah begini kejadiannya, percuma saja kemarin ia menjelaskan pada ibunya bahwa ibunya salah paham.

Sama saja bohong! Toh ibunya pasti sudah menyebarkan berita yang menurutnya baik.

Mendadak Reno ingin langsung menjadi tua saja.

Bermaksud untuk menghubungi ibunya, Reno mengambil ponsel dalam saku celananya dan hendak menghubungi ibunya, tetapi sudah lebih dulu terdapat sebuah pesan dari ibunya.

Pesan yanag berisi pemberitahuan sebuah tempat Eskrim yang bisa di datangi oleh ia dan Haru. Sejenak Reno menatap Haru sebentar. Anak itu sudah makan terlalu banyak hari ini, mungkin bisa lain kali saja ia mengajak Haru.

"Eh Mus, sorry.. oke kita lanjutin pembicaraan lo."


*****


"Permisi, saya boleh bertanya?" Ketika Sharen hendak masuk ke dalam ruangan, seorang wanita cantik berusia di atasnya menghampirinya.

"Ya, silakan." Sharen tersenyum menjawab permintaan wanita itu. Ia sempat melihat ke segala arah, memikirkan juga darimana wanita ini berasal.

"Perkenalkan, nama saya Putri. Saya seorang wartawan, dan kebetulan saya sedang mencari seseorang yang bersedia saya wawancara." Ucapnya. kening Sharen berkerut kecil.

"Wawancara untuk apa?"

"Untuk saya posting di blog saya. Begini, saya mencari seorang karyawan yang juga menjadi seorang mahasiswa. Kebetulan artikel yang saya buat adalah mengenai hal itu." Jelasnya. Sharen tiba-tiba saja tersenyum senang.

"Kebetulan sekali. Saya mahasiswa!" Ucapnya Antusias. Putri tersenyum dan kemudian ia menjelaskan tentang bagaimana proses wawancara berlangsung, Sharen juga membawa Putri ke ruangannya untuk membuat proses wawancaranya sedikit lebih leluasa.

Putri mengarahkan kameranya tepat di depan Sharen, membetulkan fokusnya dan mencoba merekamnya. Ia sudah mengatakan bahwa ia akan merekam proses wawancara mereka, dan Sharen setuju untuk itu. Lagipula, sebenarnya ia memang suka tampil di depan kamera!

"Sudah siap?" Tangan Putri memberi tanda aba-aba untuk Sharen dan gadis itu menganggukkan kepalanya.

"Ya, anda boleh perkenalkan diri anda."

"Nama saya.. Sharen.. hmm, duh mbak sebenarnya saya kurang suka nama lengkap saya. Perlu di sebutin ya?" Pertanyaannya mendapat anggukkan dari Putri, hahh.. ia sedikit tidak suka, tapi bagaimana lagi?

"Buat santai aja, pake aku kamu juga boleh. Ini bukan formal kok." Putri berbicara seraya melihat kea rah kameranya, memastikan perintahnya tidak terekam oleh kamera. Sharen menghela napasnya dan kemudian ia kembali menatap ke arah kamera.

"Yah, nama saya.. Sharen.."

"Sharen.. Ismayanti. Kayaknya mama saya lagi merem waktu ngasih nama. Makannya saya lebih menganggap nama saya Sharen aja. " Ia sedikit cengengesan, berpikir dalam hati mungkin kalau ibunya tau ia membicarakan ini ia akan langsung di coret dalam daftar keluarga. Kejam memang.

"Saya anak tunggal. Maksudnya anak tunggal yang belum menikah, haha. Aduh maaf kode banget! Saya dua bersaudara, kebetulan punya adik tapi dia gak mau ngakuin saya kakak. Oke maaf saya becanda. Yah, saya punya adik berusia 18 tahun. Dia baru lulus SMA tahun ini."

"Umur saya, dua puluh empat tahun. Kuliah semester akhir, sudah Revisi. Tinggal sidang dan wisuda, Alhamdulillah cepat pengerjaannya. Saya masuk kuliah di umur dua puluh, kebetulan mencari biaya dulu untuk kuliah. Dan setelah biaya terkumpul, saya mencoba peruntungan. Dengan kuliah dan sekalian bekerja."

Putri tersenyum senang melihat Sharen yang berantusias berbicara di depan kamera. Ia sedikit terkikik dan mengambil ponselnya lalu mengirimi seseorang sebuah pesan.

'Target sudah bersedia ma!'


******


Mushkin pamit lebih dulu pada Reno karena sesuatu yang harus di lakukannya, sementara Reno masih melihat Haru yang saat ini sedang menyantap pudding terakhirnya.

Barusan ponselnya berbunyi dan bukan hal baik untuknya.

Pembangunan hotel baru miliknya mengalami permasalahan, ada sebuah kebakaran di dekat proyek yang merambat dan menghabiskan seluruh bahan-bahan bangunan miliknya, bahkan pegawai proyeknya ada beberapa yang menjadi korban.

Situasi disana tidak bisa ia control dalam jarak jauh seperti ini.

Satu-satunya cara adalah ia harus menanganinya sendiri kesana. Dan ini benar-benar bukanlah pilihan yang ingin ia lakukan. Kemarin ia baru saja pergi, dan sekarang saat baru saja beberapa jam bersama Haru, ia harus pergi lagi.

Bagaimana mengatakannya pada Haru? Ia tidak ingin melewati satu hari pun bersama Haru. Lagipula dengan siapa Haru disini selama ia pergi?

Ibunya baru saja mengirimi pesan bahwa ia dan ayahnya pergi ke Balikpapan, lalu Renita juga sedang sangat sibuk beberapa hari lagi.

Apa Haru ia bawa saja?

Tidak, tidak tidak tidak!

Lokasi disana tidak bagus untuk Haru.

Kalau begitu bagaimana lagi?

"Papa, udah ini kita beli eskrim ya! papa bilang mau beliin Haru eskrim, tapi papa.. boleh Haru mengajak tante Sharen?" Mendengar ucapan Haru, Reno kembali berpikir.

Apa ia meminta tolong pada Sharen saja?

Tapi, apa dia bersedia?

Bukan setengah hari, ini mungkin berhari-hari.

"Papaa!" Haru menggoyangkan lengan Reno, membuatnya tersentak dari lamunannya.

"I..iya sayang. Ayo beresin makan pudingnya, nanti jam dua belas kita kesana ya. sekarang Haru mau ke Timezone dulu?"

"Mauuuu.. nanti Haru mau dance papa!"


******


Jam makan siang sudah tiba, Sharen baru saja menidurkan Agni yang sejak tadi bermain ketika ia di wawancara. Wawancara nya berjalan dengan sangat lancar. Bukan hal yang sulit untuknya melakukan hal tersebut. Dirinya yang sangat suka berbicara dan berbagi cerita membuatnya bisa dengan lancar melakukan semua wawancaranya.

Hari ini jadwalnya bekerja setengah hari karena siang setelah makan siang adalah jadwalnya bekerja di klinik THT anak sampai sore, setelah itu ia akan pergi ke kampusnya untuk mengambil jadwal sidangnya.

Ia sebenarnya ingin pulang ke rumahnya saat ini juga, tetapi bagaimana lagi, pekerjaan lebih utama untuknya. Ia harus bersikap professional.

Tetapi perutnya sakit sekali! Ia sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja saat ini.

Ah! Perang batin kah? Ia membencinya. Membuat kepalanya pusing sekali.

Sharen memutuskan untuk melupakan pikirannya, ia menyambar tas nya dengan cepat dan berpamitan pada bunda-bunda yang lain.

Seraya berjalan menuju parkiran, ia merogoh tas nya dan mencari-cari kunci motornya. Setahunya ia meletakkan kuncinya di saku depan, tetapi kenapa sekarang tidak ada?

Rasanya ingin berteriak dan menangis disaat yang bersamaan! Sifat pelupanya kenapa harus keluar di saat-saat seperti ini sih? Ia terus merogoh tas nya, tetapi ia benar-benar tidak menemukan kuni motornya.

Astaga!!!

Akhirnya Sharen menyerah, masa bodoh! Ia naik angkutan umum saja!

Dengan menarik rel sletingnya, Sharen akhirnya berjalan dengan cepat dan

BRUUUK!

Tanpa sengaja ia menabrak sesuatu. Ketika ia mendongak, mulutnya mendadak menganga dengan lebar dan matanya hampir meloncat ingin keluar.

ASTAGA!!!

Pria yang selalu mengagetkannya ada disini. Dan lagi-lagi membuatnya terperanjat.

"Kamu tidak apa-apa?" Suara lembutnya terdengar dan tiba-tiba saja menghangatkan hati Sharen. Apa? Tidak, tidak.. kenapa malah menghangatkan?!

"Sharen?"

"Ah, ya?" Sharen terperanjat. Buru-buru menutup mulutnya yang menganga dan menormalkan matanya, menahan bola matanya agar tak terlihat seperti akan keluar.

Sharen menatap Reno dengan seksama, celana Cargo coklat dengan kaos putih bertuliskan 'Haru's Daddy' dan rambut acak-acakan yang tidak disisir dan hanya dirapikan oleh jari yang menghilangkan kesan berantakan dan menambah kesan tampan dalam penampilannya. Tunggu dulu, tampan? Iya! Memang tampan..heran sekali, pria di hadapannya sudah menjadi bapak-bapak tapi kenapa setampan ini, dan melihat penampilannya ia benar-benar tidak terlihat seperti duda beranak satu ia terlihat seperti mahasiswa semester akhir, sama seperti dirinya. tapi dalam usia yang lebih matang. Haa.. baiklah, kenapa ia malah meracau beginiiii?!!!!

"Sharen?" Reno memanggilnya sekali lagi. keningnya berkerut menatap Sharen yang sejak tadi diam saja di hadapannya. Jarak mereka terlalu dekat sebenarnya, karena setelah bertubrukan. Sharen hanya mundur sedikit. Kalau orang lain melihat mereka, akan memberikan kesan bahwa Reno sedang mencium kepala Sharen. Mengingat tinggi Sharen hanya sebatas lehernya.

Sharen kembali tersentak dari diamnya. Ia kembali melihat Reno. Pria itu sendiri? Mana Haru?

"Haru sedang bermain, begitu melihat ayunan dia langsung semangat mau main." Seolah bisa membaca pikiran Sharen, Reno menjawabnya dengan jelas.

"Oh begitu.." Demi tuhan! Sharen benar-benar merutuki dirinya saat ini, kenapa di depan pria ini dia selalu gugup begini? Padahal pria di hadapannya bukan pria jahat yang dominan dan penuh keintimidasian. Pria di hadapannya adalah pria lembut baik hati dengan kasih sayangnya yang sebesar dunia untuk anaknya. Hahh! Mulai berlebihaan.

"Kamu mau kemana?" Reno melirik ke arah tangan Sharen yang menyelendangkan tas.

"Oh, saya mau pulang."

"Pulang? Kamu gak kerja?"

"Kebetulan hari ini saya setengah hari."

"Kalau begitu kebetulan!" Reno sedikit memekik kegirangan. Tunggu.. ia kegirangan? Untuk alasan apa? Ah, untuk alasan permintaannya pada Sharen. Ya, benar.

"Kebetulan? Kebetulan apa?" Sharen sedikit kebingungan mendengar ucapan Reno. Jangan bilang kalau Reno akan mengajaknya bertemu ibunya lagi? haha tunggu dulu Sharen, berhentilah bermimpi! Baiklah.. bangun.. bangun!!

"Di depan ada kedai eskrim, Haru kebetulan ingin makan eskrim. Dan, yah dia katanya pengen makan eskrim sama tante Sharen." Semua ucapan yang di katakana oleh Reno enteng sekali, perkataannya seringan bulu. Biasa saja, sikapnya juga ramah dan bersahabat seperti sudah kenal lama pada Sharen. Padahal Sharen selalu menahan napasnya untuk berbicara padanya.

"Kamu mau kan? saya ajak makan eskrim?" Sharen mendongak begitu mendengar permintaan Reno. Eskrim ya? kebetulan ia benar-benar amat sangat suka eskrim. Lagipula di traktir kan?

"Boleh.." Putusnya dan tersenyum pada Reno, dalam hatinya ia bersyukur. Baguslah, rejeki anak Sholeh!

Dengan cepat Reno berbalik dan berjalan lebih dulu kemudian Sharen mengikutinya dari belakang. Saat mereka berjalan, beberapa bunda yang melihat mereka tersenyum penuh arti pada Sharen dan Bunda Yeni bahkan sampai mengangkat tangannya untuk menyemangatinya, yang dibalas dengan pelototannya pada mereka.

Saat mereka sampai di arena bermain, Reno berjongkok dan Haru berlari meloncat ke dalam pelukannya kemudian mereka tertawa bersama.

Sejenak Sharen terhanyut dalam tawa mereka, dalam kepalanya ia berpikir..

Bagaimana jika ia berada diantara mereka?

Berada dalam setiap tawa mereka?

YA TUHAAAN!!

Bagaimana bisa ia memikirkan hal itu astaga! Sadarlah Sharen.. sadarlah.. ya ampun.. SADARR!!

"Tante Sharen!"

"Hai sayang.."

Dan tangan mungil Haru kini melingkupi tubuhnya, Sharen telah merampas pelukan Haru dari Reno, membuat Reno sedikit cemberut kepada Haru sementara Haru hanya menjulurkan lidahnya mengejek pada ayahnya. Lucunya..

"Tante mau ikut makan eskrim?" Haru menatapnya dengan tatapan polosnya, benar-benar menggemaskan sekali! Sharen menganggukkan kepalanya dan Haru berteriak kegirangan. Reno tersenyum lalu ia mengambil Haru dalam pelukan Sharen dan menggendongnya.

Tempat eskrim itu tepat berada di sebrang Daycare dan mereka hanya tinggal berjalan sebentar saja. Haru meronta dari gendongan ayahnya, meminta ingin di turunkan. Reno melihat ke arah sekitarnya, setelah dirasa aman, ia menurunkan Haru dan menuntunnya dengan tangan kirinya.

Sharen berjalan sedikit di belakang mereka, kebingungan dengan posisinya disini. Kepalanya pusing memikirkan posisinya diantara mereka. Dan ketika langkahnya tiba-tiba sejajar dengan Haru dan Reno, tangan kecil Haru tiba-tiba saja menggenggamnya.

Sharen menatap Haru kemudian ia bergantian menatap Reno dan pria itu tersenyum.

Jadi mereka berjalan beriringan? Bertiga?

"Papa! Tante! Angkat Haru!" Pekik Haru. Reno mengerutkan keningnya.

"JIno suka diangkat sambil jalan kalau berjalan sama mama sama papanya, Haru pengen di angkat." Jelas Haru. Reno tersenyum tipis dan Sharen juga tersenyum, tapi dalam hatinya ia merasa miris. Apa Haru tidak pernah merasakan hal kecil itu? Tentu saja, ia tidak bisa melakukannya karena setiap bepergian ia hanya bepergian berdua dengan ayahnya. Dan Sharen juga yakin 100% bahwa Reno selalu menggendong Haru kalau mereka sedang berjalan.

Tiba-tiba saja tangan Sharen dan tangan Reno terangkat secara bersamaan. Mereka berjalan dan kemudian mengayunkan Haru lalu mengangkatnya. Membuat Haru tertawa bahagia.

Setiap tiga langkah, mereka kembali mengangkat dan mengayunkan Haru. Mereka berteriak YUHUU dan Haru akan menjawabnya dengan YIPPIII.

Reno tertawa melihat Haru yang begitu senang, Sharen juga sama. Ia menatap Reno pelan dan mereka terkunci dalam tatapan masing-masing lalu saling melemparkan senyum yang begitu tulus.

Setelah itu, mereka kembali mengangkat dan menggoyangkan Haru.

Sampai langkah terakhir ketika mereka tiba di tempat Eskrim, mereka masih berteriak dan Haru masih bersorak penuh kebahagiaan.

Orang-orang bahkan sampai tersenyum memperhatikan mereka, sementara mereka bertiga sibuk dengan dunianya.


*******


Haru berlari lebih dulu dan memilih tempat duduk sendiri.

Ia duduk di kursi yang berada dalam kategori 'Little Marmaid Worlds' dimana semua kursi dan meja yang berada disana adalah semua karakter dalam film Little Marmaid.

Sharen menyusulnya lebih dulu sementara Reno sedang menunggu pesanan mereka yang sudah lebih dulu mereka pesan.

Sharen sedikit kebingungan dengan posisi duduknya. Ia harus duduk dimana?

Maka dengan sedikit pertimbangan, ia duduk saja di sebrang Haru, yaitu di pojok meja.

Tetapi bagaimana kalau Reno nanti duduk di sebelahnya?

Kemudian Sharen memutuskan untuk bergeser, duduk di kursi sebelahnya dan membiarkan kursi pojok kosong.

Tapi kalau begini, ia berarti akan bersebrangan dengan Reno?

Argh! Masa bodoh!

Sharen memukul kepalanya pelan kemudian ia mengangkat kembali pantatnya dan berpindah posisi hingga duduk di kursinya yang semula.

Masa bodoh kalau memang Reno akan dudulk disampingnya.

Memangnya dia sanggup kalau Reno duduk disampingnya?

"ARGH!" Pekiknya pelan. Pada akhirnya ia melemparkan tas nya di kursi kosong di sampingnya dan membiarkannya tergeletak disana. nah, begitu lebih baik. Kalaupun Reno mau duduk disana, ia pasti mengurungkan dirinya karena melihat tas Sharen tersimpan disana.

"Tante kenapa?" Suara Haru yang bertanya tentang keadaannya membuat Sharen mendadak mematung dan ia hanya nyengir saja pada Haru.

"Gak apa-apa, tante tadi lagi bingung."

"Bingung kenapa? Tante bingung pilih eskrimnya? Tapi papa sudah pesan.."

"Bukan.."

'Tante bingung, gimana kalo duduk bersampingan atau bersebelahan sama papa kamu. Bisa copot jantung!'

'Tante tadi lagi mikirin mama tante."

"Mama tante kenapa?"

"Mama tante lagi liburan, tante kangen.."

"Haru juga kangen sama mama Haru.. Mama tante cantik? Kalau mama Haru cantik. Mama tante bisa nyanyi? Kalau mama Haru gak bisa. Soalnya Haru gak bisa denger mama Haru nyanyi."

Ucapan Haru membuat wajah Sharen dipenuhi rasa bersalah dan penyesalan. Dari sekian banyak alasan, kenapa ia memilih alasan ibunya? Membicarakan seorang ibu bagi anak yang tidak pernah bertemu dengan ibunya merupakan topik yang sangat sensitive.

Wajah Haru sudah memerah, ia yakin sebentar lagi Haru akan menangis. Kalau begini caranya, Sharen juga bisa sangat kesusahan. Ia akan merasa benar-benar bersalah karena secara tidak langsung ia menyakiti Haru.

Dengan lembut, tangannya meraih tangan Haru dan menggenggamnya pelan lalu mengusapnya dengan penuh kasih sayang.

"Apa Haru―"

"Ice Cream is here.. Princess!" Reno tiba-tiba saja datang membawa nampan berisi tiga porsi eskrim yang mereka pesan. Perhatian Haru kini tertuju pada eskrimnya dan Sharen bernapas dengan lega. Untuk sementara, Haru bisa melupakan sebentar suasana hatinya yang barusan buruk. Syukurlah..


******


Selama makan Eskrim, perhatian Sharen tertuju pada Reno dan Haru. Selain memakai kaos yang sama, cara mereka makan juga terlihat begitu sama, membuat Sharen tanpa sadar tersenyum. Like Father, Like Daughter!

Melihat mereka membuat Sharen melupakan rasa sakit di perutnya yang begitu menyiksa tadi. Ia tidak menyangka, bahagia sesederhana itu. Untuk Haru, tumbuh tanpa seorang ibu bukanlah hal yang menyenangkan, begitu pun untuk Reno, membesarkan seorang putri seorang diri dengan kegiatannya sebagai pengusaha juga bukanlah hal yang mudah, tapi mereka selalu bersama dan bahkan selalu tertawa. Membuat orang lain iri akan kebahagiaan mereka. Siapa yang tahu kepedihan dalam hati mereka, yang terlihat dari luar hanyalah kebahagiaan saja. Terlebih jika melihat sorot mata Reno yang begitu mencintai anaknya, rasa cintanya bahkan mungkin akan meluap luap ke permukaan.

"Papa! Kenapa papa makan stroberi Haru.." Bibir kecil Haru merenggut kesal melihat ayahnya yang dengan seenaknya saja mengambil stroberi dalam eskrimnya. Reno tertawa lalu mencuri ciuman dari bibir Haru. Sharen sedikit terlupakan, ia merasa menjadi obat nyamuk sekarang.

"Kamu gak suka eskrimnya?" Sharen sedikit terkejut begitu Reno berbicara padanya.

"Hm.. suka kok." Jawabnya pelan. Syukurlah, ia tidak jadi berperan sebagai obat nyamuk.

"Kalau suka di makan dong, nanti makin mencair gak enak Sha.."

APAAAA??

Mata Sharen mengerjap tiba-tiba dengan cepat.

Apa tadi katanyaaa?

SHAAA??

ASTAGA! Pipinya memerah, jantungnya berdetak dengan cepat, tangannya berkeringat, dan bibirnya berusaha sekuat tenaga menahan senyumnya.

Selama dua puluh empat tahun dia hidup di dunia, baru kali ini namanya dipanggil seperti itu.

Reno adalah orang pertama yang memanggilnya dengan sebutan itu.

Dan demi tuhan ia ingin berteriak kegirangan saat ini juga!!

Pria ini..

Kenapa semua hal yang ada dalam dirinya membuat seluruh kerja tubuh Sharen menjadi kacau balau begini??!!


*******


Mereka sudah selesai memakan Eskrim, kecuali Haru. Anak itu menambah pesanannya, membuatnya makan seorang diri sekarang. Reno mengelap mulutnya dengan tissue dan dengan tiba-tiba ia menatap dengan serius pada Sharen.

"Sharen, saya boleh minta tolong sama kamu?"

"Minta tolong apa? Kalau saya bisa bantu, inshaallah saya bantu."

"Kamu mau membantu saya menjaga Haru?" Reno mengucapkannya dengan hati-hati, menunggu tanggapan dari Sharen. Ia berharap begitu besar dalam hatinya.

"Tentu saja, saya mau." Diluar dugaan, Sharen langsung mau. tetapi..

"Bukan setengah hari, tapi mungkin dua sampai empat hari."

APAAA???

DUA SAMPAI EMPAT HARI???

Sharen hampir saja berteriak kalau saja ia tidak menahan mulutnya dengan tangannya.

"Tapi, daycare―"

"Bukan di daycare, tapi di rumah saya."

APAAAAA??

APA KATANYA?

SELAMA EMPAT HARI MENJAGA HARU?

DI RUMAHNYAAA??

Astaga!! Sepertinya pria ini benar-benar diciptakan untuk selalu membuatnya terkejut!

"Begini, Proyek saya sedang dalam masalah yang besar. Itu berada di pangandaran, saya gak bisa kalau harus bawa Haru. Mama saya juga kebetulan lagi di luar kota dan kakak saya benar-benar sibuk. Dan untuk saat ini orang yang saya percaya Cuma kamu." Jelas Reno. Sharen berpikir dalam kepalanya. jadi ia akan menjaga Haru selama empat hari? Berarti selama empat hari juga ia tinggal di rumah Reno? Lalu bagaimana dengan pekerjaannya?

"Kalau kamu memikirkan pekerjaan kamu, saya bisa mewakilkan minta izin. Sekarang hari kamis, empat hari berarti sampai minggu. Kamu bekerja sampai besok kan? Haru boleh kamu bawa ke Daycare, sekalian dia main."

Tunggu dulu.. tunggu duluu..

Ia belum memutuskan!

"Proyek saya kebakaran Sha, dan gak mungkin bawa Haru ke kawasan kebakaran."

Sharen memejamkan matanya. SHA LAGIII?? Jantungnya kembali berdetak kencang mendengar nama itu, dan kalau begini terus ia bisa benar-benar kehilangan fokusnya!

"Saya rela bayar kamu berapa pun, asal kamu mau menjaga Haru." Ucapan Reno membuat Sharen membelalakkan matanya. Tiba-tiba saja sebuah kekesalan menyergap dadanya. Mendengar Reno mengatakan akan membayarnya berapapun membuatnya merasa.. entahlah, ia merasa seperti wanita gila harta yang rela melakukan apa saja termasuk menginap dirumah seorang duda selama empat hari!

"Pak! Saya gak mempermasalahkan uang. Saya juga kan perlu mikir. Daritadi bapak ngomong terus, tiap saya mikir bapak ganti lagi ngomongnya. Lah tiap saya mau ngomong, bapak ngomong lagi."

AKHIRNYA! Sharen menatap kesal ke arah Reno dan mengeluarkan kekesalannya atas sifat bawel Reno yang kedua kalinya pria itu perlihatkan padanya.

Reno menatapnya tidak percaya, ada rasa tidak suka saat ia dipanggil BAPAK oleh Sharen. Hello, dia tidak setua itu! Lagipula dia juga sudah menyuruh Sharen untuk memanggil namanya, kenapa gadis itu tetap memanggilnya BAPAK?? Dan apa barusan? Sharen menatapnya kesal lalu memarahinya?

Ya ampun.. apa sifat aslinya keluar?

Kemarin-kemarin ia masih bersikap begitu manis dan pendiam.

Kenapa hari ini begini?



TBC



Hahaha sudddaaahh dulu yaaa..

Disini scene Reno ama Sharen nya masih sangat sedkit, next part inshaallah ada dibanyakin.

Ini udah lumayan, 21 halaman :D

Mohon maaf untuk segala kesalahan dan terimakasih untuk segala penghargaan /?

Baik vote, read, dan komen..

Aku cinta kaliaaaaan :* lavyuhhhh <3 


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro